AS Menegaskan Larangan Investasi di Perusahaan yang Terkait dengan Militer China

Selasa, 29 Desember 2020 | 16:39 WIB
AS Menegaskan Larangan Investasi di Perusahaan yang Terkait dengan Militer China
[ILUSTRASI. Pintu masuk ke New York Stock Exchange (NYSE) yang berada di New York, Amerika Serikat. 24 November 2020. REUTERS/Brendan McDermid]
Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON.  Pemerintah Amerika Serikat (AS), Senin (28/12), menegaskan perintah eksekutif yang melarang pemilik modal di negerinya membeli sekuritas yang diterbitkan perusahaan yang diduga dikendalikan militer China. Penegasan itu muncul setelah sejumlah lembaga pemerintah di AS  menyatakan kesulitan menerapkan perintah yang terbit di bulan November itu.

Kementerian Keuangan AS menerbitkan panduan yang menyatakan bahwa perintah eksekutif yang dirilis bulan lalu itu berlaku untuk investasi dalam exchange traded fund dan index fund. Larangan juga berlaku untuk investasi di anak perusahaan dari perusahaan China yang dinyatakan Pemerintah AS sebagai dimiliki atau dikendalikan oleh militer China.

Baca Juga: Xi Jinping: Hubungan China-Rusia akan semakin kuat di tengah krisis

Penegasan dalam bentuk frequently asked question itu dipublikasikan di situs web milik Kementerian Keuangan, Senin kemarin. Pengumuman diberikan setelah Reuters dan kantor berita lain melaporkan tentang perdebatan yang muncul di Pemerintahan Donald Trump atas pelaksanaan pedoman tersebut. Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan telah menolak tawaran Kementerian Keuangan untuk mempermudah perintah eksekutif, tutur sumber yang dikutip Reuters.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Senin (28/12), mengatakan, pengumuman itu memastikan AS tidak berkontribusi bagi pengembangan dan modernisasi militer, intelijen, dan layanan keamanan Tiongkok.

Baca Juga: Amandemen UU Pertahanan Nasional, China menentang perang

"Ini seharusnya menghilangkan kekhawatiran bahwa investor AS mungkin secara tidak sadar mendukung (perusahaan yang dikendalikan militer China) melalui investasi langsung, tidak langsung, atau pasif lainnya," ujar dia.

Gedung Putih telah melarang investor di AS membeli efek yang diterbitkan 35 perusahaan China yang diduga memiliki afiliasi dengan militer China, mulai November 2021. Beberapa media melaporkan, Kementerian Keuangan AS berusaha mengecualikan anak-anak perusahaan dari 35 perusahaan tersebut dari sasaran perintah Gedung Putih.

Panduan yang dirilis pada Senin menetapkan bahwa larangan tersebut juga berlaku untuk "setiap anak perusahaan dari perusahaan yang diduga terkait dengan militer China, setelah anak perusahaan tersebut terdaftar secara publik oleh Kementerian Keuangan.

Pengumuman itu menambahkan bahwa kementerian akan mendata perusahaan publik, yang 50% atau lebih sahamnya dimiliki, atau dikendalikan oleh perusahaan yang terkait dengan militer China.

"FAQ yang diterbitkan Kementerian Keuangan mewakili kemenangan yang jelas bagi komunitas keamanan AS dalam upaya mempertahankan sanksi pasar modal yang kuat," kata Roger Robinson, mantan pejabat Gedung Putih yang mendukung pembatasan akses perusahaan China ke pemilik modal di AS.

Baca Juga: Revisi UU Pertahanan Nasional, kebijakan militer China bersifat defensif

Perintah eksekutif yang terbit November lalu, memberi gigi bagi undang-undang yang terbit di tahun 1999 yang mengamatkan Kementerian Pertahanan untuk menyusun daftar perusahaan-perusahaan yang terkait dengan militer China.

Pentagon, yang telah memenuhi mandat tersebut di tahun ini, telah menyebut 35 nama dalam daftar perusahaan yang terkait dengan militer China. Nama-nama yang masuk dalam daftar itu seperti perusahaan minyak CNOOC Ltd dan pembuat chip top China, Semiconductor Manufacturing International Corp.

Sejak perintah eksekutif yang terbit November lalu,  penyusun indeks di AS sudah mencoret nama beberapa perusahaan yang masuk dalam daftar tersebut dari kelompok saham pembentuk indeks.

Selanjutnya: Ant Group Akan Membentuk Holding bagi Lini Bisnis Keuangannya

 

Bagikan

Berita Terbaru

Transaksi Aplikasi Digital Perbankan Melesat Hingga Dua Digit
| Selasa, 17 Juni 2025 | 05:30 WIB

Transaksi Aplikasi Digital Perbankan Melesat Hingga Dua Digit

Bank Indonesia (BI) mencatat, jumlah transaksi mobile banking sepanjang kuartal I-2025 mencapai 5,57 miliar, tumbuh 28,22% secara tahunan,​

FKS Food Sejahtera (AISA) Intip Peluang dari Stimulus Ekonomi
| Selasa, 17 Juni 2025 | 05:20 WIB

FKS Food Sejahtera (AISA) Intip Peluang dari Stimulus Ekonomi

AISA optimistis dapat menjaga momentum pertumbuhan kategori ini, serta mendapatkan porsi signifikan dari pertumbuhan selama bulan Juni dan Juli,

Pelita Teknologi (CHIP) Sebar Dividen dan Bidik Omzet Tumbuh 10%
| Selasa, 17 Juni 2025 | 05:15 WIB

Pelita Teknologi (CHIP) Sebar Dividen dan Bidik Omzet Tumbuh 10%

Pada 2025, CHIP masih akan tetap fokus pada pilar bisnis strategisnya. Yakni, infrastruktur teknologi, produk unggulan dan ekspansi pasar. ​

Timur Tengah Panas, Premi Asuransi Marine Cargo Bisa Naik
| Selasa, 17 Juni 2025 | 04:55 WIB

Timur Tengah Panas, Premi Asuransi Marine Cargo Bisa Naik

Tarif premi asuransi marine cargo bisa ikut tersulut memburuknya konflik geopolitik di kawasan Timur Tengah

Tantangan di Balik Penurunan Bunga Acuan BI
| Selasa, 17 Juni 2025 | 04:49 WIB

Tantangan di Balik Penurunan Bunga Acuan BI

Penurunan BI Rate merupakan langkah tepat untuk merangsang perekonomian nasional, namun bukan solusi tunggal.

Kontrak Baru BUMN Karya Belum Perkasa
| Selasa, 17 Juni 2025 | 04:45 WIB

Kontrak Baru BUMN Karya Belum Perkasa

Nilai kontrak baru emiten BUMN Karya merosot hingga di sepanjang periode Januari hingga Mei tahun 2025

Persaingan Bisnis Mobil Listrik Makin Ketat
| Selasa, 17 Juni 2025 | 04:35 WIB

Persaingan Bisnis Mobil Listrik Makin Ketat

Semakin banyak merek yang meluncurkan mobil listrik, dan para APM tentu punya strategi pemasaran masing-masing untuk memikat konsumen

Hasil Investasi Asuransi Jiwa Terjun Bebas
| Selasa, 17 Juni 2025 | 04:30 WIB

Hasil Investasi Asuransi Jiwa Terjun Bebas

Industri asuransi jiwa mencetak kinerja investasi yang tak menggembirakan seiring tekanan berat di pasar modal pada awal tahun 2025. 

Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Terus Ekspansi Gerai Baru
| Selasa, 17 Juni 2025 | 04:20 WIB

Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Terus Ekspansi Gerai Baru

AMRT menargetkan penambahan 800 gerai baru di sepanjang tahun ini dan menyiapkan sejumlah strategi bisnis.

Banjir Produk China  Gara-Gara Perang Tarif
| Selasa, 17 Juni 2025 | 04:10 WIB

Banjir Produk China Gara-Gara Perang Tarif

Saat daya beli masyarakat belum pulih, produk murah China cepat menguasai pasar domestik akibat efek perang tarif AS-China

INDEKS BERITA

Terpopuler