ATPK Beralasan, Harga Batubara Tertekan Bikin Penambangan Belum Bisa Berjalan

Sabtu, 15 Juni 2019 | 09:00 WIB
ATPK Beralasan, Harga Batubara Tertekan Bikin Penambangan Belum Bisa Berjalan
[]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas penambangan PT Bara Jaya Internasional Tbk (ATPK) hingga tutup kuartal I-2019 kemarin berhenti. Perusahan tersebut berharap bisa lebih optimal mengeduk batubara pada semester II-2019 nanti.

Bara Jaya sengaja puasa menambang lantaran harga batubara belum seperti yang diharapkan. Menurut kalkulasi, bisnis akan menguntungkan tatkala harga batubara mereka paling tidak dibeli dengan harga US$ 30 per ton.

Sementara harga batubara kini berada pada kisaran US$ 19 per ton. Asal tahu, Bara Jaya memproduksi batubara kalori rendah dengan kandungan kalori 3.400 gross air received (gar).

Selain patokan harga jual, Bara Jaya juga mensyaratkan kepastian kontrak dengan pembeli sebelum memulai produksi batubara. Karena belum ada kepastian, manajemen perusahaan itu belum bisa memastikan target volume penambangan batubara 2019.

Sejalan dengan itu, bisnis penyewaan alat tambang Bara Jaya belum bisa terwujud. Aktivitas penambangan yang tidak optimal menyebabkan banyak alat tambang yang nganggur. Padahal, semula mereka bermaksud menyewakannya sebagai tambahan pemasukan

Adapun usaha Bara Jaya sejauh ini hanya mengandalkan penjualan batubara. Mayoritas pemasaran batubara ke India. "Kami mengandalkan penjualan dengan skema kontrak jangka pendek atau spot basis market," kata Andreas Andy, Sekretaris Perusahaan PT Bara Jaya Internasional Tbk saat ditemui KONTAN, Jumat (14/6).

Informasi saja, pada tahun 2015–2016 lalu Bara Jaya juga pernah menonaktifkan produksi batubara karena harga jual yang tidak menguntungkan. Apa boleh buat, harga jual batubara di luar kendali perusahaan tersebut.

Menginjak tahun 2017 hingga tahun lalu, Bara Jaya kembali aktif menambang batubara. Volume produksi 2018 mencapai 96.000 ton. Realisasi produksi tersebut sekitar 38,4% terhadap total kemampuan produksi mereka yang mencapai 250.000 ton batubara per tahun.

Volume penambangan tahun lalu lebih besar ketimbang 2017 yang sebanyak 45.000 ton batubara. Namun, harga batubara tahun 2017 menyentuh US$ 32 per ton. Sementara harga batubara pada tahun 2018 lebih kecil, yakni US$ 26 per ton–US$ 27 per ton.

Mengintip situs resmi Bara Jaya, anak usahanya yakni PT Modal Investasi Mineral, memiliki dua izin usaha pertambangan (IUP) melalui PT Mega Alam Sejahtera dan PT Sarana Mandiri Utama. Namun baru Mega Alam yang beroperasi secara komersial.

Bagikan

Berita Terbaru

Xerox Holdings Bakal Akuisisi Lexmark Senilai US$ 1,5 Miliar
| Senin, 23 Desember 2024 | 19:48 WIB

Xerox Holdings Bakal Akuisisi Lexmark Senilai US$ 1,5 Miliar

Lexmark perusahaan yang berbasis di Lexington, Kentucky dibentuk sebagai bentuk spin off dari IBM pada bulan Maret 1991.

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya
| Senin, 23 Desember 2024 | 15:51 WIB

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya

CBDK meminta harga IPO 19x-26x P/E sepanjang tahun 2025, lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis di sektornya yang hanya 6x-9x P/E.

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir
| Senin, 23 Desember 2024 | 14:21 WIB

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir

Mirae Asset minta waktu hingga 16 Januari 2025 untuk memberikan tanggapan karena proposal penggugat harus dirapatkan melibatkan seluruh direksi.

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang
| Senin, 23 Desember 2024 | 13:58 WIB

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang

Saham-saham dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) besar tak melulu jadi pilihan tepat untuk investasi jangka panjang.

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

INDEKS BERITA

Terpopuler