Atur Strategi Menyusun Portofolio di Era Perang Dagang dan Bunga Rendah

Senin, 05 Agustus 2019 | 08:05 WIB
Atur Strategi Menyusun Portofolio di Era Perang Dagang dan Bunga Rendah
[]
Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para petinggi The Federal Reserve ternyata PHP alias pemberi harapan palsu. Lantaran kerap memberi sinyal dovish, pelaku pasar berharap The Fed menurunkan suku bunga agresif tahun ini. Nyatanya, usai rapat The Fed terakhir, Gubernur The Fed Jerome Powell memberi pernyataan hawkish dan mengindikasikan Fed fund rate tak akan turun agresif.

Akibatnya, pelaku pasar merespons negatif. Ini terlihat di pasar obligasi, sehingga harga surat utang negara (SUN) terkoreksi. Bahkan ada potensi kerugian investasi di obligasi bisa makin dalam.

Terpantau, sepekan lalu yield SUN konsisten bergerak naik, setelah The Fed hanya menurunkan FFR 25 basis poin (bps). Hingga Jumat (2/8) yield SUN seri acuan tenor 10 tahun naik ke 7,54% dari 7,19% di posisi pekan lalu.

Baca Juga: Trump memainkan permainan yang berbahaya dengan ekonomi Amerika Serikat dan dunia

Artinya, di saat yang sama, harga SUN turun. Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan, koreksi pasar obligasi terjadi karena beberapa pelaku pasar berekspektasi The Fed masih akan menurunkan suku bunga dua kali lagi atau menurunkan suku bunga sebanyak 50 bps.

Namun, pidato Powell menunjukkan hal sebaliknya. The Fed cenderung hawkish dan mengindikasikan pro pengetatan moneter. Kelihatannya, The Fed tidak akan agresif memotong suku bunga seperti yang pelaku pasar harapkan , kata Farash, Jumat (2/8). Hal ini membuat investor asing melakukan risk aversion, termasuk terhadap pasar modal Indonesia.

Perang dagang

Ketegangan yang kembali terjadi antara AS dan China memperkuat risk aversion investor. Presiden Donald Trump telah mengancam menerapkan tarif impor 10% pada produk asal China, dengan nilai impor US$ 300 miliar.

Lalu, bagaimana sebaiknya mengatur portofolio investasi agar hasilnya optimal? Perencana keuangan dan manajer investasi merekomendasikan investor mengombinasikan instrumen saham dan emas di tengah kembali memanasnya perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

Baca Juga: Rupiah diproyeksi masih akan terpuruk di awal pekan ini

Farash menilai, untuk investasi jangka panjang, saham masih menarik. Investor bisa mengamati hasil laporan keuangan di kuartal II-2019 dan memilih saham yang mampu mencetak pertumbuhan laba di atas 10%. Untuk saham big caps, Farash merekomendasikan sektor perbankan, konsumer dan telekomunikasi.

Senada, Presiden Direktur Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana memperkirakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa tumbuh ke 7.000 di akhir tahun. Jemmy juga optimistis kinerja reksadana saham akan tumbuh tinggi dibanding reksadana jenis lain.

Perencana keuangan Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan, di tengah panasnya kondisi perang dagang, instrumen saham tetap bisa dijadikan pilihan. Namun, investor sebaiknya menghindari sektor saham yang rentan terkena imbas eskalasi perang dagang.

Baca Juga: Waskita Beton Precast (WSBP) bukukan nilai kontrak baru sebesar Rp 3,25 triliun

Untuk investasi jangka pendek, Eko menyarankan investor mengamankan dana investasi di emas. "Sambil mencari kesimbangan baru, baiknya investor cari produk yang lebih stabil dan likuid, seperti emas, kata dia.

Emas juga bisa dijadikan investasi alternatif, sebelum investor dengan agresif memindahkan investasi ke saham. Senada, Jemmy juga menganggap investasi emas menarik.

Prospek obligasi sejatinya juga tidak buruk-buruk amat. Farash mengamati, secara fundamental dan valuasi, obligasi domestik menjadi menarik setelah terjadi koreksi dalam dua minggu terakhir.

Apalagi, suku bunga deposito dan imbal hasil reksadana pasar uang terus turun. Obligasi dengan fixed rate atau ada floor rate bisa dijadikan pilihan investasi menarik saat ini, kata Farash.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Penguatan Perlindungan Sosial & Kerek Daya Beli, Kunci Utama Pertumbuhan Ekonomi
| Kamis, 12 Juni 2025 | 14:00 WIB

Penguatan Perlindungan Sosial & Kerek Daya Beli, Kunci Utama Pertumbuhan Ekonomi

Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7% dari sebelumnya 4,9%. 

Menjajal Fasilitas Migas Steam Flood Terbesar di Dunia yang Berada di Rokan
| Kamis, 12 Juni 2025 | 13:04 WIB

Menjajal Fasilitas Migas Steam Flood Terbesar di Dunia yang Berada di Rokan

Blok Rokan, terutama di Lapangan Duri menyimpan sumber daya minyak berat atau biasa disebut heavy oil.

Tokopedia & TikTok Shop Resmi Meluncurkan Seller Center
| Kamis, 12 Juni 2025 | 08:45 WIB

Tokopedia & TikTok Shop Resmi Meluncurkan Seller Center

Melalui dasbor terpadu, para penjual kini dapat mengelola operasional di Tokopedia dan TikTok Shop secara lebih efisien

Profit 32,44% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Lumayan (12 Juni 2025)
| Kamis, 12 Juni 2025 | 08:38 WIB

Profit 32,44% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Lumayan (12 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (12 Juni 2025) Rp 1.928.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 32,44% jika menjual hari ini.

Adi Sarana Armada (ASSA) Genjot Bisnis Rental Kendaraan untuk Korporasi
| Kamis, 12 Juni 2025 | 08:30 WIB

Adi Sarana Armada (ASSA) Genjot Bisnis Rental Kendaraan untuk Korporasi

Per akhir 2024, total kendaraan yang dikelola ASSA Rent mencapai sekitar 30.000 unit, terdiri dari kendaraan roda empat dan roda dua.

Kinerja BRMS Melenggang Berkat Peningkatan Produksi Emas, Target Harga bisa Segini
| Kamis, 12 Juni 2025 | 08:29 WIB

Kinerja BRMS Melenggang Berkat Peningkatan Produksi Emas, Target Harga bisa Segini

Seiring kenaikan produksi emas dan tambahan operasional tambang, kinerja keuangan BRMS bakal terjaga hingga beberapa tahun ke depan.

Malindo Feedmill (MAIN) Terus Melebarkan Pasar Ekspor
| Kamis, 12 Juni 2025 | 08:15 WIB

Malindo Feedmill (MAIN) Terus Melebarkan Pasar Ekspor

MAIN akan memperluas pasar ekspor dengan menggarap sejumlah negara, khususnya Timur Tengah dan Asia.

HGII Membidik Kapasitas Energi Hijau hingga 100 Megawatt
| Kamis, 12 Juni 2025 | 07:01 WIB

HGII Membidik Kapasitas Energi Hijau hingga 100 Megawatt

Berdasarkan proyeksi tersebut, sebanyak 58 MW pembangkit listrik yang akan dibangun HGII yaitu berasal dari energi hidro.

Ada Potensi Rupiah Melemah pada Kamis (12/6)
| Kamis, 12 Juni 2025 | 06:45 WIB

Ada Potensi Rupiah Melemah pada Kamis (12/6)

Investor saat ini masih menantikan hasil konkret dari pembicara kesepakatan tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Rezeki Nomplok, TPIA Menebar Dividen US$ 30 Juta dari Sisa Laba Ditahan Tahun 2018
| Kamis, 12 Juni 2025 | 06:42 WIB

Rezeki Nomplok, TPIA Menebar Dividen US$ 30 Juta dari Sisa Laba Ditahan Tahun 2018

Dividen tunai itu pada bentuk simbolis saja, bukan sebagai katalis untuk mengangkat harga saham emiten milik Prajogo Pangestu tersebut.

INDEKS BERITA

Terpopuler