Rencana Vale Indonesia (INCO) Mengembangkan Blok Bahadopi dan Pomalaa Masih Terhambat

Senin, 05 Agustus 2019 | 07:34 WIB
Rencana Vale Indonesia (INCO) Mengembangkan Blok Bahadopi dan Pomalaa Masih Terhambat
[]
Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - LUWU TIMUR. Rencana ekspansi PT Vale Indonesia Tbk ke luar area pertambangan Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, belum juga berjalan. Padahal produsen nikel ini telah mendapat komitmen dari mitra yang akan diajak kerjasama (joint venture).

Rencananya, perusahan yang memiliki kode emiten INCO ini akan mengembangkan Blok Bahodopi di Sulawesi Tengah dan Blok Pomalaa Sulawesi Tenggara. Wakil Presiden Direktur INCO Febrianty Eddy menjelaskan, soal pengelolaan tambang di blok Pomalaa dan blok Bahodopi ini, sudah ada pihak yang akan diajak kerjasama.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) buka semua opsi untuk melepas 20% saham

Untuk blok Pomalaa, misalnya, perusahaan ini menggandeng Sumitomo dari Jepang. Sedangkan untuk blok Bahadopi, INCO akan menggandeng partner dari China.

Untuk investasi di blok Pomalaa, Febrianty menjelaskan, kebutuhan dananya mencapai US$ 2,5 miliar untuk membangun pabrik. Dananya sebagian besar akan ditanggung oleh Sumitomo Jepang.

Nantinya, Sumitomo akan mengambil porsi mayoritas kepemilikan di blok Pomalaa, yakni sekitar 51%. "Kami akan membentuk entitas baru di blok ini," kata dia. Artinya, sekitar US$ 1,28 miliar akan didanai oleh pemegang 20,09% saham INCO, yakni Sumitomo Metal Mining Co Ltd.

Febrianty menambahkan, Sumitomo berani mengembangkan proyek di Pomalaa karena mereka memang sudah memiliki teknologi sesuai karakter potensi nikel yang ada di kawasan tersebut. Kabarnya, teknologi yang akan dipakai akan sama dengan yang di Filipina.

Baca Juga: XL Axiata (EXCL) buka jaringan baru di markas besar Vale Indonesia (INCO)

Teknologi tersebut adalah teknologi high pressure acid leaching process (HPAL), yang dapat mengubah bijih nikel oksida tingkat rendah. Teknologi ini diklaim sangat cocok dengan karakter nikel di Pomalaa. Apalagi wilayah tersebut memiliki kadar cobalt cukup tinggi, yakni sekitar 10%. Buat perbandingan, di Sorowako kadar nikelnya hanya sekitar 1%.

Jika blok ini jadi beroperasi, INCO berharap bisa mendapat tambahan pasokan nikel sebanyak 40.000 ton per tahun. Sebelumnya, produksi nikel matte INCO hanya sekitar 70.000 ton per tahun. "Target tahun ini di kisaran 71.000–73.000 ton," terang Adi Susatio, GM Treasury & Investor Relations INCO.

Asal tahu saja, sepanjang semester satu tahun ini, Vale Indonesia telah menjual dan memproduksi nikel masing-masing sebanyak 30.832 metrik ton dan 30.711 metrik ton.

Meski telah memiliki hitungan, INCO belum juga bisa melanjutkan proses ekspansi ini. Pasalnya, perusahaan ini masih belum mendapatkan izin Amdal. "Kami berharap pemerintah segera mengeluarkan izin sehingga kami bisa ekspansi," terang Febrianty.

Kinerja melempem

Sementara untuk ekspansi ke blok Bahadopi, perusahaan ini membutuhkan dana segar sekitar US$ 1,6 miliar–US$ 1,8 miliar untuk pembangunan pabrik. Namun, Febrianty belum mau menjelaskan lebih lanjut, apakah skema yang dilakukan untuk blok Bahadopi tersebut akan sama seperti proyek blok Pomalaa.

Selain disibukkan oleh rencana ekspansi, INCO juga dihadapkan oleh penurunan kinerja keuangan. Berdasarkan laporan keuangan semester I-2019, EBITDA anggota indeks KOMPAS100 ini turun 70,64% secara tahunan menjadi US$ 32,8 juta. "Kinerja kami di kuartal II tahun ini belum optimal karena proyek Larona baru berjalan pada April 2019. Tapi, produksi mulai normal di Mei dan Juni. Kami berharap selanjutnya di sisa tahun ini," ujar Adi.

Baca Juga: Beli mesin baru, Vale Indonesia (INCO) klaim jadi banyak berhemat

Di semester II tahun ini, INCO berharap produksi akan berjalan normal karena program maintenance pabrik yang besar sudah dilakukan di semester I lalu. Dengan asumsi harga nikel seperti saat ini, Adi sangat berharap kinerja finansial akan positif.

"Tergantung harga nikel dan komoditas lain. Karena kami 30% biaya produksi adalah biaya energi, seperti coal dan fuel, dengan harga cukup fluktuatif," jelas Adi kepada KONTAN, kemarin.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Perbaikan Jalan Pakai Olahan Limbah Pembakaran
| Minggu, 16 November 2025 | 05:10 WIB

Perbaikan Jalan Pakai Olahan Limbah Pembakaran

Tidak lagi masuk kategori B3, fly ash bottom ash (FABA) sisa dari PLTU bisa diolah jadi paving block serta bahan baku semen.

 
Menyantap Bisnis Sehat Menu Gluten
| Minggu, 16 November 2025 | 05:05 WIB

Menyantap Bisnis Sehat Menu Gluten

Bisnis makanan bebas tepung terigu tumbuh pesat, pasarnya digerakkan kesadaran untuk hidup sehat dan kebutuhan medis. 

Paradoks Ekonomi RI
| Minggu, 16 November 2025 | 04:35 WIB

Paradoks Ekonomi RI

Melonjaknya angka pengangguran itu sejalan dengan tren pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masih tetap marak hingga saat ini.​

 
Comeback Saham BUMI Sebagai Saham Sejuta Umat Menggeser GOTO?
| Sabtu, 15 November 2025 | 16:54 WIB

Comeback Saham BUMI Sebagai Saham Sejuta Umat Menggeser GOTO?

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kini memimpin volume transaksi BEI, menggeser GOTO. Pahami penyebab lonjakan harga saham BUMI yang fantastis.

Haji Isam dan Oscar Darmawan Dikabarkan Tertarik Garap Bursa Kripto
| Sabtu, 15 November 2025 | 08:16 WIB

Haji Isam dan Oscar Darmawan Dikabarkan Tertarik Garap Bursa Kripto

Pengelola bursa kripto di Indonesia, PT Central Finansial X (CFX), bakal kedatangan pesaing tangguh.

Redenominasi Rupiah dan Kesiapan Sistem
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:46 WIB

Redenominasi Rupiah dan Kesiapan Sistem

Redenominasi bukan sekadar menghapus nol di atas kertas, melainkan membangun kepercayaan baru terhadap nilai ekonomi Indonesia.

Keadilan Iklim COP30
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:31 WIB

Keadilan Iklim COP30

COP 30 harus kembali ke akarnya, memastikan rakyat yang paling terdampak mendapatkan perlindungan utama.

Waspada Lonjakan Inflasi Pangan Berlanjut
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:26 WIB

Waspada Lonjakan Inflasi Pangan Berlanjut

BI mewaspadai pergerakan inflasi kelompok pangan alias volatile food yang mulai meningkat beberapa waktu terakhir.

Cerita Direktur Sreeya Sewu Indonesia Mengadopsi Strategi Value Investing
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:15 WIB

Cerita Direktur Sreeya Sewu Indonesia Mengadopsi Strategi Value Investing

Mengupas strategi berinvestasi Natanael Yuyun Suryadi, Direktur PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SPID) 

 Membentuk Ulang Industri Lelang
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:06 WIB

Membentuk Ulang Industri Lelang

Menyusuri perjalanan karier Deny Gunawan hingga menjabat Chief Operating Officer (COO) PT JBA Indonesia

INDEKS BERITA