Australia Kemungkinan Naikkan Bunga Lagi, Namun Tidak Sebesar 75 Basis Poin

Selasa, 21 Juni 2022 | 11:21 WIB
Australia Kemungkinan Naikkan Bunga Lagi, Namun Tidak Sebesar 75 Basis Poin
[ILUSTRASI. Gubernur Reserve Bank of Australia Philip Lowe pada sebuah forum di Armidale, New South Wales, Australia, 24 September 2019. REUTERS/Jonathan Barrett/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Gubernur bank sentral Australia pada Selasa mengisyratkan pengetatan moneter akan berlanjut karena suku bunga masih "sangat rendah." Kenaikan bunga dinilai perlu untuk menghambat laju inflasi.

Namun Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA) Philip Lowe menepis kemungkinan bunga acuan naik hingga 75 basis poin (bps). Ia juga mempertanyakan ekspektasi pasar tentang bunga sebesar 4% di akhir tahun.

Lowe memperingatkan harga-harga akan meningkat baik secara global maupun domestik. Proyeksi inflasi di Australia kini mencapai 7% pada akhir tahun, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 6%. Itu akan menjadi kenaikan harga tercepat dalam beberapa dekade dan jauh di atas kisaran target jangka panjang RBA, yaitu 2%-3%.

"Saat kami memetakan kembali ke inflasi 2 hingga 3%, warga Australia harus bersiap untuk kenaikan suku bunga lebih banyak," Lowe memperingatkan dalam sebuah pidato. "Tingkat suku bunga masih sangat rendah untuk ekonomi dengan pengangguran rendah dan yang mengalami inflasi tinggi."

Baca Juga: AS Diambang Resesi, Apa Resesi Ekonomi? Apa Dampaknya Ke Indonesia

Suku bunga resmi saat ini di 0,85% seusai kenaikan sebesar 50 bps di awal bulan ini. Sebelumnya, pada awal bulan Mei, bunga naik seperempat poin.

Risalah pertemuan Juni yang dirilis pada hari Selasa, menunjukkan dewan bank sentral membahas kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 50 basis poin dan memilih yang terakhir karena kebijakan perlu "dinormalisasi" untuk mencegah inflasi.

Sejak itu, Federal Reserve di Amerika Serikat telah menaikkan 75 basis poin. Itu memicu spekulasi RBA akan mengambil langkah serupa.

"Saat ini, keputusan yang akan kami ambil adalah 25 atau 50 lagi pada pertemuan berikutnya," kata Lowe saat ditanyai soal itu.

Dia juga mencatat bahwa mencocokkan taruhan pasar sebesar 4% pada akhir tahun akan membutuhkan siklus pengetatan paling tajam dalam sejarah RBA modern dan akan berdampak buruk terhadap pengeluaran konsumen.

Baca Juga: Ekonomi AS Diramal Selangkah Lagi ke Jurang Resesi, Tahun Ini atau Tahun Depan?

"Saya pikir itu akan sangat memperlambat ekonomi," kata Lowe. "Saya tidak berpikir itu sangat mungkin."

Investor merespons dengan memperkirakan peluang kenaikan 75 basis poin di bulan Juli dan memangkas proyeksi untuk akhir tahun, meskipun suku bunga masih terlihat di 3,5%.

Lowe menekankan RBA akan mengamati bagaimana pengeluaran rumah tangga merespons kenaikan biaya pinjaman mengingat upah riil turun dan harga rumah turun dari level tertingginya.

Namun, dia mengatakan penting bahwa ekspektasi inflasi tetap berlabuh di sekitar 2%-3%. Dan harga yang lebih tinggi sekarang tidak sesuai dengan ekspektasi kenaikan inflasi di masa depan.

"Suku bunga yang lebih tinggi berperan di sini, dengan membantu memastikan bahwa pengeluaran tumbuh secara luas sejalan dengan kapasitas ekonomi untuk memproduksi barang dan jasa," kata Lowe.

Bagikan

Berita Terbaru

Sentimen Ekonomi Domestik Bisa Dorong Laju IHSG, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:35 WIB

Sentimen Ekonomi Domestik Bisa Dorong Laju IHSG, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

IHSG berpeluang bergerak di zona hijau pada hari ini, ditopang sejumlah data ekonomi domestik yang membaik. ​Sejumlah saham ini layak dicermati.

Emas Masih Jadi Jawara Portofolio di November
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:30 WIB

Emas Masih Jadi Jawara Portofolio di November

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas spot telah mencetak return 6,47% secara bulanan (MoM) dan naik sebesar 50,08% secara year to date (YtD)

Surplus Neraca Dagang Menyusut
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:28 WIB

Surplus Neraca Dagang Menyusut

Indonesia telah mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 66 bulan berturut-turut               

Himbara Siap Bila Dana SAL Ditarik Pemerintah
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:25 WIB

Himbara Siap Bila Dana SAL Ditarik Pemerintah

Berhembus kabar bahwa pemerintah akan segera menarik dana saldo anggaran lebih (SAL) yang di tempatkan di bank-bank milik Danantara​

Geliat Bisnis Pariwisata di Ujung Tahun
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:20 WIB

Geliat Bisnis Pariwisata di Ujung Tahun

Perjalanan wisata pada Nataru kali ini diperkirakan naik 15% dibandingkan Nataru tahun lalu (year-on-year).

Efektivitas Belanja Masih Menjadi Sorotan
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:18 WIB

Efektivitas Belanja Masih Menjadi Sorotan

Alokasi belanja prioritas 2026 tembus Rp 2.567 triliun, hampir 70% dari pagu belanja APBN           

Rupiah Terangkat Dolar AS yang Lesu
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:15 WIB

Rupiah Terangkat Dolar AS yang Lesu

Mengutip data Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,07% secara harian ke level Rp 16.663 per dolar AS.

Meski Ekspansi Kencang, Risiko Tetap Membayang
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:11 WIB

Meski Ekspansi Kencang, Risiko Tetap Membayang

Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur November tercatat 53,3, tertinggi sejak Februari 2025   

Fenomena Bajak-Membajak Karyawan di Bank Himbara
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:10 WIB

Fenomena Bajak-Membajak Karyawan di Bank Himbara

Sumber KONTAN mengungkapkan, BRI belakangan banyak memboyong talenta muda dari bank lain, terutama PT Bank Mandiri Tbk. ​

Air Murka
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:10 WIB

Air Murka

Deforestasi, degradasi lahan, dan alih fungsi kawasan secara sembarangan telah mengikis kemampuan alam untuk menahan air.

INDEKS BERITA

Terpopuler