Bank Besar Mulai Keluar dari Tekanan Pandemi

Rabu, 27 April 2022 | 04:00 WIB
Bank Besar Mulai Keluar dari Tekanan Pandemi
[]
Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis bank mulai lepas dari tekanan pandemi.  Bank BNI, misalnya, mencatatkan kenaikan laba 63,2% year on year (yoy) dari senilai Rp 2,42 triliun menjadi Rp 3,96 triliun di kuartal I-2022. Kinerja BNI ini melengkapi keberhasilan sejumlah bank besar lain yang juga mencetak laba besar. 

Salah satu penopang perbaikan kinerja BNI  adalah kenaikan pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) sebesar 7,3% yoy menjadi Rp 8,5 triliun, di atas pendapatan operasional sebelum pandemi. Biaya pencadangan kredit  juga turun 26,1% yoy.

Total baki kredit BNI sepanjang kuartal I-2022 tumbuh 5,8% yoy menjadi Rp 591,68 triliun. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar menyatakan, posisi ini di atas  kondisi sebelum pandemi, pada kuartal I 2020.

Royke menyampaikan, BNI akan meningkatkan penyaluran kredit dengan rentang pertumbuhan 7%-10% pada tahun ini, seiring kenaikan permintaan kredit. "Kami tidak merevisi target tahun ini di kisaran 7%-10%, tapi mungkin di 8%-9%. Pertumbuhan ini seiring menguatnya komoditas dan perbaikan ekonomi," ujar Royke, Selasa (26/4). 

Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini memproyeksikan rasio pendapatan bunga bersih atau net interest margin (NIM) akan dijaga di level 4,5%-4,6%. Hingga kuartal I-2022, NIM BNI di level 4,5%. "Kami fokus menggerakkan kredit risiko rendah dan mengimbangi cross selling, sehingga biaya kredit bisa lebih rendah," kata Novita.

Di sisi lain, terkait penguatan modal, BNI membatalkan  rencana penerbitan saham baru atau rights issue.  Novita  menyatakan, penguatan modal akan mengandalkan pendanaan organik atau laba.

"Kami melihat, pertumbuhan profitabilitas BNI menunjukkan tren positif. Artinya, penambahan modal secara organik dari profitabilitas bisa diharapkan pada kuartal ke depan," jelas Novita.

Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BNI di level 19,3% di Maret 2022. Rasio ini naik  120 basis poin dibanding kuartal I-2021 di level 18,1%.

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Demus menilai,  secara fundamental saham BBNI cukup kuat. "Kami melihat butuh akselerasi dalam mengembangkan bisnis, khususnya pada sektor yang tengah booming sekarang di sektor  bank digital," ujarnya.

Ia menilai langkah BNI membeli Bank Mayora yang akan ditransformasi menjadi bank digital sudah tepat. "Yang digandeng BNI yakni Sea limited yang punya ekosistem  besar," kata dia. 

Tapi harus dilihat pola Sea  Limited. Induk Shopee ini  membeli Bank Kesejahteraan Ekonomi dan mentransformasi menjadi Sea Bank yang sama-sama jadi bank digital. Terkait target harga BBNI, Nico menyatakan sudah tercapai. Sebelumnya, ia menargetkan saham BBNI bisa mencapai Rp 9.200 per saham.    

Bagikan

Berita Terbaru

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang
| Kamis, 20 November 2025 | 14:00 WIB

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang

Prospek bisnis United Tractors (UNTR) diprediksi menantang hingga 2026, terlihat dari revisi proyeksi kinerja operasional.

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing
| Kamis, 20 November 2025 | 11:07 WIB

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing

Defisit NPI Indonesia berlanjut tiga kuartal berturut-turut. Transaksi berjalan surplus didorong ekspor nonmigas, namun modal finansial defisit.

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret
| Kamis, 20 November 2025 | 09:53 WIB

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret

Realisasi anggaran tiga K/L tercat baru mencapai sekitar 60% dari pagu                              

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter
| Kamis, 20 November 2025 | 09:45 WIB

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter

Kementerian Keuangan akan turut hadir dalam setiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan yang digelar Bank Indonesia

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol
| Kamis, 20 November 2025 | 09:27 WIB

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol

Hingga akhir Oktober 2025, realisasi penerimaan pajak tercatat masih terkontraksi 3,92%                         

Agresif Menambah Armada, Seberapa Menarik Saham MBSS Untuk Dilirik?
| Kamis, 20 November 2025 | 08:15 WIB

Agresif Menambah Armada, Seberapa Menarik Saham MBSS Untuk Dilirik?

Kinerja MBSS diprediksi membaik dengan penambahan kapal. Diversifikasi ke nikel dan utilisasi armada jadi sorotan.

Ekspansi RAJA Kian Agresif di Bisnis Energi, Lewat Jalur Organik dan Non-Organik
| Kamis, 20 November 2025 | 07:50 WIB

Ekspansi RAJA Kian Agresif di Bisnis Energi, Lewat Jalur Organik dan Non-Organik

Seiring rencana akuisisi dan pendirian anak usaha, ekspektasi terhadap saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) tetap terjaga. 

BEI Mengkaji Penyesuaian Efek Redenominasi Rupiah Ke Pasar Saham
| Kamis, 20 November 2025 | 07:34 WIB

BEI Mengkaji Penyesuaian Efek Redenominasi Rupiah Ke Pasar Saham

Saat ini Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengkaji dampak penerapan redenominasi rupiah terhadap perdagangan saham.

Menakar Prospek Saham BNGA Seiring Kinerja Keuangan yang Diprediksi Makin Sehat
| Kamis, 20 November 2025 | 07:33 WIB

Menakar Prospek Saham BNGA Seiring Kinerja Keuangan yang Diprediksi Makin Sehat

Mulai tahun buku 2024, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA( telah menaikkan dividend payout ratio (DPR) menjadi 60%.

ADMR Ekspansi Smelter Aluminium
| Kamis, 20 November 2025 | 07:32 WIB

ADMR Ekspansi Smelter Aluminium

PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) akan mengoperasikan smelter aluminium fase pertama berkapasitas 500.000 ton per tahun

INDEKS BERITA

Terpopuler