Banyak Ekspansi, Kinerja Emiten Farmasi Bakal Tumbuh di Atas Estimasi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan bisnis emiten farmasi diperkirakan akan lebih tinggi dari proyeksi Kementerian Perindustrian. Sebelumnya, pemerintah memperkirakan, pertumbuhan industri farmasi, obat kimia dan obat tradisional tahun ini sekitar 9%.
Emiten farmasi BUMN, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) bahkan berani menargetkan pertumbuhan penjualan tahun ini mencapai 20%. KAEF optimistis targetnya akan tercapai.
Manajemen KAEF menyebut kinerja positif sudah tampak semester I-2019. "Belum closing, tapi saya kira bisa tercapai. Iklim investasi kian baik," jelas Direktur Keuangan KAEF IGN Suharta Wijaya.
Jika benar, maka di semester I-2019, pendapatan KAEF bisa mencapai Rp 4,08 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 146,39 miliar.
Untuk memenuhi target ini, KAEF tengah mengembangkan bahan baku obat. Produksi sudah mulai melalui joint venture dengan Korea Selatan melalui PT KF Sungwung Pharmacopia di Cikarang. Pendanaan pengembangan tersebut dari pinjaman bank serta project financing.
Sementara itu, KAEF juga akan tetap mengembangkan produk kosmetik dengan Marcks & Venus sebagai payung brand. Dalam enam bulan ke depan, KAEF juga akan meluncurkan produk decorative, body care dan anti aging series. Rencana ekspansi tersebut akan berdampak terhadap pertumbuhan kinerja tahun depan.
KAEF juga memiliki opsi pendanaan dengan merilis surat utang jangka menengah alias medium term notes (MTN) II pada September 2019. Suharta menjelaskan, MTN ini senilai Rp 1 triliun dengan tenor tiga tahun. Dia menyebut, dana hasil MTN ini akan digunakan untuk ekspansi dan refinancing pinjaman bank jangka pendek.
KAEF berencana mengakuisisi dua rumahsakit milik BUMN dan swasta di Jakarta. KAEF menganggarkan belanja modal sebesar Rp 4,2 triliun untuk ekspansi tersebut. Sebelumnya, KAEF menerbitkan MTN I dan MTN Syariah Mudhabarah I dengan total nilai Rp 500 miliar.
Sementara PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) meyakini pertumbuhan penjualan tahun ini mencapai 6%-8%. "Produksi juga ditargetkan di kisaran sama," jelas Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius, Senin (15/7). Hingga semester I-2019, dia menyebut, produksi KLBF tumbuh 7%.
Agar kinerja stabil, KLBF akan fokus pada produk obat resep untuk kebutuhan BPJS Kesehatan dan obat bebas. Obat resep BPJS menyumbang 20% terhadap pendapatan emiten tersebut.
KLBF juga tengah mendirikan pabrik obat biologis, injeksi dan obat bebas. "Ketiga pabrik sudah mau selesai dan siap produksi di 2020," imbuh Vidjongtius.
Tahun lalu, penjualan KLBF mencapai Rp 21,07 triliun dengan laba bersih Rp 2,45 triliun. Pertumbuhan penjualan di 2018 didukung penjualan divisi obat resep Rp 4,8 triliun, setara dengan 22,9% dari total penjualan Kalbe di 2018.