Berharap Bisnis Batubara Moncer, Hexindo Bidik Pertumbuhan Pendapatan 15%
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hexindo Adiperkasa Tbk telah menetapkan target pertumbuhan penjualan 15% untuk periode tahun fiskal 1 April 2019 hingga 31 Maret 2020. Distributor alat berat itu mengincar perusahaan swasta, BUMN maupun pemerintah.
Hexindo Adiperkasa memperkirakan, sektor batubara masih akan menjadi kontributor utama dari sisi nilai penjualan. Pasalnya, industri pertambangan biasa menyerap alat berat berukuran jumbo dengan harga jual tinggi.
Sejak semester kedua tahun lalu harga batubara memang dalam tren penurunan. Namun Hexindo Adiperkasa yakin kebutuhan listrik dalam negeri bisa menjadi jaminan akan produksi batubara di dalam negeri.
Selain itu, Hexindo Adiperkasa juga melihat India dan Eropa berpeluang meningkatkan kebutuhan batubara. Alhasil, menciutnya penyerapan batubara dari China bisa diantisipasi. "Memang China tahan impor batubara yang kalori rendah, sementara dialihkan ke impor batubara kalori tinggi," ujar Djonggi Gultom, Direktur PT Hexindo Adiperkasa Tbk kepada KONTAN, Rabu (3/7).
Namun dari sisi volume penjualan, Hexindo Adiperkasa menjagokan penjualan kepada perusahaan sektor kehutanan dan agrobisnis. Adapun total target penjualan alat berat sepanjang 2019 mencapai 2.600 unit.
Asal tahu, Hexindo Adiperkasa menjajakan aneka alat berat. Untuk industri tambang batubara dan nikel contohnya, mereka sedang getol menawarkan articulated dump truck (ADT) Bell yang hadir sejak tahun lalu. Perusahaan tersebut juga menjual excavator, wheel loader, buldozer dan produk lain.
Sebagai perbandingan, KONTAN mencatat jika pada periode 1 April 2018-31 Maret 2019 Hexindo Adiperkasa mengejar penjualan 2.060 unit excavator merek Hitachi. Sementara pada periode tahun fiskal sebelumnya, perusahaan berkode saham HEXA di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut menjual 1.539 unit excavator.
Pada awal tahun fiskal ini, Hexindo Adiperkasa telah menjual 400 unit alat berat per bulan. Volume penjualan tersebut lebih kecil ketimbang realisasi penjualan pada periode yang sama tahun fiskal sebelumnya yakni 600 unit per bulan. Mereka menduga, para pengusaha masih cenderung wait and see alias menunggu momentum yang tepat untuk berekspansi.
Meskipun masih menargetkan pertumbuhan penjualan pada tahun fiskal 1 April 2019-31 Maret 2020, Hexindo Adiperkasa mewaspadai risiko perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang berpotensi mempengaruhi nilai tukar mata uang. Jika fluktuasi kurs terlalu tinggi, mereka khawatir daya beli konsumen terganggu sehingga penyerapan alat berat menjadi seret.
Informasi saja, sepanjang tahun fiskal 1 April 2018–31 Maret 2019 kemarin, Hexindo Adiperkasa mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih 34,41% year-on-year (yoy) menjadi US$ 461,33 juta. Sejalan dengan kinerja top line tersebut, laba tahun berjalan tumbuh 66,74% yoy menjadi US$ 37,6 juta.