Bertambah, Jumlah Perusahaan Properti di China yang Bernegosiasi dengan Kreditur

Kamis, 13 Januari 2022 | 15:03 WIB
Bertambah, Jumlah Perusahaan Properti di China yang Bernegosiasi dengan Kreditur
[ILUSTRASI. Logo Evergrande Group di kantor utama perusahaan di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China, 26 September 2021. REUTERS/Aly Song/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HONG KONG/SHANGHAI. Pengembang Cina yang tengah tertekan likuiditas berebut untuk menegosiasikan persyaratan baru dengan pemegang obligasi mereka untuk menghindari default. 

Shimao Group dan Yuzhou Group menjadi dua perusahaan properti terbaru yang mengupayakan perpanjangan atas utang mereka yang jatuh tempo.

Pasar juga mengamati hasil pertemuan Evergrande Group dengan pemegang obligasi dalam negerinya, mengingat periode pemungutan suara untuk menyetujui perpanjangan akan berakhir pada hari ini. 

Perusahaan sejauh ini masih mampu memenuhi pembayaran obligasi domestik, kendati telah gagal bayar pada beberapa obligasi luar negeri.

Baca Juga: Emiten Properti Optimistis Pendapatan Berulang Meningkat

Memikul kewajiban dengan nilai lebih dari US$ 300 miliar, Evegrande mengupayakan penundaan penebusan dan pembayaran kupon obligasi yang bernilai 4,5 miliar yuan, atau setara Rp 10,12 triliun hingga enam bulan mendatang 

Pengembang Cina menghadapi tekanan likuiditas yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah Pemerintah China memberlakukan aturan pembatasan berutang. Banyak pengembang China yang kini terancam mengalami default utang luar negeri, yang berujung ke penurunan peringkat kredit serta obral saham dan obligasi.

Laporan prospek ekonomi Bank Dunia yang terbit awal pekan ini menyebut penurunan parah dan berkepanjangan yang dialami sektor real estat China akan memiliki gaung yang signifikan secara luas ke ekonomi negeri itu. Penyebabnya, total utang domestik dan luar negeri sektor properti China nilainya hampir 30% dari total PDB negara itu.

Baca Juga: AS: Klaim China atas Laut China Selatan Melanggar Hukum

Bank Dunia memperingatkan risiko dan potensi biaya penularan dari deleveraging yang dialami sektor properti China.

Shimao yang berbasis di Shanghai akan mengadakan pertemuan online dengan kreditur di dua sekuritas beragun aset (ABS) pada 17 Januari mendatang, untuk memberikan suara pada proposal perpanjangan pembayaran, menurut dokumen yang diperoleh Reuters pada hari Kamis.

Dua ABS yang terbit di pasar domestik, senilai total 1,17 miliar yuan ($ 183,91 juta), akan jatuh tempo akhir bulan ini. Menurut dokumen yang dilihat Reuters, dan juga dikonfirmasi sejumlah sumber, Shimao berusaha untuk memperpanjang tenggat waktu pembayaran hingga akhir 2022 sambil melakukan beberapa pembayaran secara bertahap sebelum tenggat waktu yang baru.

Yuzhou, yang didirikan di kota pesisir timur Xiamen, juga mengumumkan penawaran pertukaran untuk dua obligasi dolar 2022 yang jatuh tempo akhir bulan ini, senilai total $ 582 juta. Pertukaran itu bertujuan untuk mengulur waktu jatuh tempo hingga satu tahun, untuk menghindari default.

Perusahaan memperkirakan penundaan pembayaran kupon senilai US$ 110 juta yang akan jatuh tempo pada Januari dan Februari, kata Yuzhou dalam sebuah pengajuan. 

Ini juga mencari persetujuan dari pemegang semua obligasi $ 4,5 miliar dolar lainnya untuk mengubah persyaratan yang akan membantunya menghindari default silang jika pemegang obligasi lain mencari pembayaran.

Nomura memperkirakan krisis kas di sektor ini akan semakin parah. Ini merujuk ke nilai utang domestik dan luar negeri yang jatuh tempo pada kuartal pertama dan kedua mencapai sekitar 210 miliar yuan, naik dibandingkan nilai di kuartal keempat tahun lalu, yaitu 191 miliar yuan.

Baca Juga: DAZN Selangkah Lagi Mengakuisisi Pemegang Hak Siar Pertandingan Liga Premier

Pengembang juga mati-matian mengumpulkan dana untuk membayar utang.

Pemain utama Sunac China Holdings Ltd pada Kamis mengatakan akan mengumpulkan US$ 580,1 juta dari penjualan saham.

Menurut pemberitaan media pada Rabu, yang mengutip catatan pendaftaran perusahaan, bahwa saham senilai 110 juta yuan di beberapa perusahaan yang dipegang Sunac telah dibekukan oleh pengadilan Shenzhen.

Menanggapi laporan tersebut, Sunac mengatakan pembekuan itu disebabkan oleh "perselisihan kecil" antara perusahaan dan mitranya, tetapi para pihak telah mencapai rekonsiliasi dan memutuskan untuk mencairkan saham.

Baca Juga: Pemilik Tinkoff, Bank Onlilne Rusia Mengakuisisi Perusahaan Layanan Kripto Aximetria

Secara terpisah, pengembang yang lebih kecil Agile Group menjanjikan 65,6 juta saham unit manajemen propertinya, A-Living Smart City Services, pada 6 Januari untuk jumlah yang tidak ditentukan, pengajuan bursa menunjukkan.

Saham pengembang Cina umumnya turun pada hari Kamis, dengan Sunac dan Agile masing-masing jatuh 19% dan 12%, pada sore hari. Shimao turun 7,6% sementara Yuzhou merosot 7%. Evergrande turun 3%.

Salah satu obligasi Yuzhou berdenominasi yuan jatuh 21,8% di pagi hari sebelum diperintahkan untuk menghentikan sementara perdagangan.

Kendati sempat mengalami penangguhan sementara, dua obligasi Shanghai Shimao yang diperdagangkan di bursa Shanghai melonjak lebih dari 30%.

Bagikan

Berita Terbaru

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari
| Kamis, 25 Desember 2025 | 13:43 WIB

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari

IHSG melemah 0,83% untuk periode 22-24 Desember 2025. IHSG ditutup pada level 8.537,91 di perdagangan terakhir, Rabu (24/12).

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 11:05 WIB

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?

Potensi kenaikan harga saham terafiliasi Bakrie boleh jadi sudah terbatas lantaran sentimen-sentimen positif sudah priced in.

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:08 WIB

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil

Imbal hasil instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang turun sejak awal tahun, berbalik naik dalam dua bulan terakhir tahun 2025.

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:05 WIB

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham

Sebagai pelopor, PTBA berpeluang menikmati insentif royalti khusus untuk batubara yang dihilirisasi.

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena
| Kamis, 25 Desember 2025 | 09:05 WIB

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena

Harga batubara Australia, yang menjadi acuan global, diproyeksikan lanjut melemah 7% pada 2026, setelah anjlok 21% di 2025. 

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam
| Kamis, 25 Desember 2025 | 08:10 WIB

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam

Fitur Fixed Price di aplikasi MyBluebird mencatatkan pertumbuhan penggunaan tertinggi, menandakan preferensi konsumen terhadap kepastian harga.

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026
| Kamis, 25 Desember 2025 | 07:10 WIB

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026

Santika Hotels & Resorts menyiapkan rebranding logo agar lebih relevan dan dapat diterima oleh seluruh lapisan generasi.

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:37 WIB

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)

Pemerintah rem produksi nikel ke 250 juta ton 2026 untuk atasi surplus 209 juta ton. NCKL proyeksi laba Rp 10,03 triliun, rekomendasi buy TP 1.500

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:00 WIB

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?

Kenaikan harga saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) belakangan ini dinilai lebih bersifat spekulatif jangka pendek.

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

INDEKS BERITA

Terpopuler