Bisnisnya Terdampak Sanksi Regulator, Didi Global Alami Penurunan Pendapatan

Kamis, 30 Desember 2021 | 14:11 WIB
Bisnisnya Terdampak Sanksi Regulator, Didi Global Alami Penurunan Pendapatan
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Logo aplikasi ride-hailing Didi, 1 Juli 2021. REUTERS/Florence Lo/Illustration/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Didi Global pada Rabu (29/12) melaporkan pendapatan kuartal ketiga tahun ini turun 1,7% karena bisnis domestiknya terpukul dari tindakan keras regulasi.

Melalui pernyataan tertulisnya, Didi juga menyatakan pergantian pejabat di dewan direksi perusahaan. 

Daniel Zhang, Chief Executive Officer raksasa e-commerce China Alibaba Group Holding yang menjabat sebagai direktur di dewan Didi sejak 2018 mengundurkan diri. Dia digantikan oleh Yi Zhang, direktur hukum senior Alibaba Group.

Pihak berwenang China menjatuhkan sanksi keras atas Didi, setelah perusahaan itu bersikeras melakukan pencatatan saham di Bursa Efek New York (NYSE) pada bulan Juni. 

Baca Juga: Didi Global Memperpanjang Masa Larangan bagi Karyawan untuk Menjual Saham IPO

Beijing menuntut Didi menghapus aplikasinya dari toko aplikasi seluler. Sementara Administrasi Cyberspace China (CAC) menyelidiki penanganan data pelanggannya.

Pembatasan tersebut menimpa Didi, yang didirikan pada 2012 oleh mantan karyawan Alibaba Will Wei Cheng dan didukung oleh SoftBank Group, yang merupakan perusahaan ride-hailing yang dominan di China.

Perusahaan sekarang menghadapi persaingan ketat dari layanan ride-hailing oleh pembuat mobil Geely dan SAIC Motor.

Di bawah tekanan dari regulator China yang khawatir tentang keamanan data, Didi pada bulan Desember memutuskan untuk keluar dari NYSE, dan memindahkan pencatatan sahamnya ke bursa Hong Kong.

Harga saham Didi bergerak bak roller coaster di New York. Didi sempat tercatat sebagai IPO terbesar emiten China sejak 2014, dengan melonjak pada hari pertama perdagangannya, dan mengantongi valuasi hingga US$ 80 miliar. Namun setelah terkena jewer regulator di China, saham Didi terus merosot, hingga tergerus 65% dari harga IPO.

Didi mengatakan pada hari Rabu bahwa dewan telah mengizinkannya untuk mencatatkan saham biasa kelas A di papan utama Bursa Efek Hong Kong.

"Perusahaan sedang melaksanakan rencana di atas dan akan memperbarui investor pada waktunya," kata Didi.

Baca Juga: Emiten China yang Melantai di AS akan Pulang Kampung

Pendapatan untuk kuartal ketiga yang berakhir 30 September turun menjadi 42,7 miliar yuan atau setara US$ 6,71 miliar, dibandingkan 43,4 miliar yuan di periode yang sama tahun sebelumnya.

Didi, yang memperluas kehadirannya di Eropa dan Amerika Selatan, mengatakan pendapatan dari operasi internasionalnya hampir dua kali lipat menjadi 966 juta yuan pada kuartal tersebut.

Rugi bersih yang diatribusikan kepada pemegang saham biasa adalah 25,91 yuan.

Bagikan

Berita Terbaru

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:07 WIB

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS

Bank CIMB Niaga berpotensi memiliki bank syariah beraset jumbo. Pasalnya, bank melakukan penjajakan untuk konsolidasi dengan bank syariah​

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:00 WIB

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Kondisi ekonomi global yang tak pasti serta suku bunga tinggi menekan industri barang mewah di tahun 2025

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:50 WIB

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil

Pemangkasan target penjualan mobil baru oleh Gaikindo menjadi 780.000 unit menegaskan tekanan pada industri otomotif belum mereda.

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:48 WIB

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan

Pemulihan daya beli masyarakat mulai terlihat di Oktober 2025, namun belum merata. Kredit rumahtangga jadi penopang utama pertumbuhan kredit OJK.

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,18% secara harian ke Rp 16.646 per dolar AS pada Jumat (12/12).

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 05:20 WIB

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam

SMLE memperkuat bisnis nilam sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia dengan fokus pada kategori wewangian (fragrance & flavors).

INDEKS BERITA

Terpopuler