Bunga Acuan Melandai, Beban Utang Pemerintah Tak Berubah

Selasa, 23 Juli 2019 | 06:00 WIB
Bunga Acuan Melandai, Beban Utang Pemerintah Tak Berubah
[]
Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemangkasan bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis points (bps) tak banyak mengubah beban utang yang ditanggung pemerintah. Perkiraan pemerintah, pembayaran bunga utang sampai akhir tahun tetap sama dengan target yang termuat di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019.

Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, realisasi  pembayaran bunga utang semester I-2019 sebesar Rp 134,7 triliun. Sementara perkiraan, pembayaran bunga utang di semester II-2019 sebesar Rp 141,3 triliun, hingga total pembayaran bunga utang sepanjang 2019 ini Rp 276,1 triliun, atau sama dengan target APBN 2019.
Besaran pembayaran bunga utang pemerintah dipengaruhi oleh sejumlah kondisi makro. Misalnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dan tingkat bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan.

Dari sisi nilai tukar, pemerintah memperkirakan rata-rata nilai tukar sepanjang tahun ini Rp 14.250 per dollar AS. Angka ini lebih kuat ketimbang asumsi yakni sebesar Rp 15.000 per dollar AS.

Tapi, pemerintah memperkirakan tingkat bunga SPN 3 bulan tahun ini 5,6%. Perkiraan ini lebih tinggi ketimbang target APBN yakni 5,3%. Adapun tingkat bunga SPN 3 bulan di semester kedua tahun ini diprediksi mencapai 5,4%

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, kenaikan tingkat bunga SPN 3 bulan merupakan implikasi dari kenaikan suku bunga The Fed yang diikuti kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) sepanjang tahun lalu. Tahun lalu, BI beberapa kali menaikkan bunga acuan dengan total sebesar 175 bps dari 4,25% menjadi 6%. Kenaikan bunga itu masih terasa hingga kini.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai tingkat bunga SPN 3 bulan tinggi lantaran defisit APBN pada semester I-2019 lebih tinggi dari target. "Tetapi, sampai dengan akhir tahun jika ada stimulus yang dapat menggairahkan investasi langsung maka SPN 3 bulan bisa turun," kata Josua, Senin (22/7).

Baru terasa tahun depan

Ekonom Maybank Luthfi Ridho juga menilai, pemangkasan bunga acuan BI belum bisa memberi dampak positif bagi penghematan pembayaran bunga utan. Stimulus moneter ini baru memberikan efek kepada bunga utang pada penerbitan surat utang November atau akhir tahun. "Dampak bunga utangnya nanti untuk tahun depan," kata Luthfi kepada KONTAN.

Meski demikian menurutnya, pemerintah masih bisa mengupayakan penghematan beban bunga utang tahun ini. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menjaga stabilitas rupiah. Salah satunya lewat insentif fiskal yang dapat menggairahkan dunia usaha.

Jika dunia usaha bergairah, investasi dan konsumsi meningkat, sehingga rupiah bisa lebih stabil. "Sejauh ini insentif pajak sudah cukup on tranck. Hanya saja apakah ini mampu mendongkrak dunia usaha?," kata Luthfi.

Selain itu, ada pengaruh fluktuasi harga minyak global. Harga minyak jenis Brent kemarin berada di level US$ 63,42 per barel. Angka ini tumbuh 18% secara year to date (ytd). Menurut Luthfi, rupiah stabil jika harga minyak brent tidak di atas US$ 70 per barel.

Bagikan

Berita Terbaru

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas
| Selasa, 16 Desember 2025 | 10:00 WIB

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas

Dengan level harga yang sudah naik cukup tinggi, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) rentan mengalami aksi ambil untung.

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:21 WIB

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer

Secara month-to-date, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)  sudah mengalami penurunan 5,09%. ​

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:16 WIB

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan

Emiten perhotelan, PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO) mengumumkan perubahan pemegang saham pengendali.

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:11 WIB

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar

Besaran nilai dividen ini mengacu pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk KKGI per akhir 2024 sebesar US$ 40,08 juta. 

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:06 WIB

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada bulan ini, namun tetap ada peluang penurunan

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:46 WIB

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus

Saham-saham big caps atau berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia berpotensi terpapar fenomena reli Santa Claus.

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:42 WIB

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri

Utang luar negeri Indonesia per akhir Oktober 2025 tercatat sebesar US$ 423,94 miliar               

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi
| Selasa, 16 Desember 2025 | 07:00 WIB

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi

Pada Senin (15/12), kurs rupiah di pasar spot turun 0,13% menjadi Rp 16.667 per dolar Amerika Serikat (AS).

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah

Penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2025 melonjak ke rekor tertinggi sebesar Rp 252,16 triliun hingga November.

 Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan

Momentum Harbolnas yang berlangsung menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendorong permintaan layanan paylater

INDEKS BERITA