Bunga Naik, Potensi Gagal Bayar Surat Utang Bakal Terkerek

Senin, 30 Oktober 2023 | 21:40 WIB
Bunga Naik, Potensi Gagal Bayar Surat Utang Bakal Terkerek
[ILUSTRASI. Perusahan dengan rating rendah berpotensi kesulitan mencari pendanaan]
Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Tren kenaikan suku bunga ke level tertinggi sejak krisis keuangan membuat dampak buruk bagi perusahaan di kawasan emerging market. Padahal pada tahun depan, ada sekitar US$ 400 miliar utang jatuh tempo.

Manajer keuangan dan perusahaan pemeringkat kredit menyebut, jika suku bunga tinggi  bertahan lama, situasi ini akan semakin rumit bagi perusahaan dengan kualitas rating rendah. Perjuangan makin berat juga ada pada obligasi korporasi yang akan jatuh tempo pada tahun 2025 dengan nilai US$ 300 miliar.

Bagi perusahaan berkualitas tinggi, lonjakan suku bunga bisa ditransmisikan dalam bentuk kenaikan suku bunga. Oleh karena itu, Sergey Dergachev, Manajer Portofolio dan Kepala Surat Utang Emerging-Market Union Investment Privatfonds GmbH mengatakan, beberapa perusahaan yang lebih kaya bisa menghindari gagal bayar.

Baca Juga: Wall Street Terangkat Saham Megacap Menjelang Keputusan Suku Bunga The Fed

Meski memang ada di sebagian pasar dengan kondisi lebih rentan berpotensi terganggu. "Saya melihat khususnya beberapa perusahaan termasuk di China, Argentina, Brasil, dan Ukraina yang rentan terhadap potensi pembiayaan kembali utang saat kondisi ini," kata Dergachev.

Kupon lebih tinggi

Kondisi ini, menurut Dergachev, sudah nyata terlihat di Kolombia hingga Dubai. Sejumlah perusahaan tidak punya pilihan selain menanggung bunga lebih besar terhadap utang jatuh tempo mereka yang akan datang, meski hingga dua kali lipat lebih tinggi.

Semisal, Ecopetrol SA, perusahaan di Kolombia harus membayar 8,62% dan 9% untuk utang US$ 1,5 miliar pada Juni lalu. Bunga tersebut naik dari 4% dalam dua tahun.

Baca Juga: Pada September, Posisi Utang Pemerintah Naik Jadi Rp 7.891,61 Triliun

Perusahaan yang berbasis di Dubai, Shelf Drilling Holdings Ltd menjual obligasi senilai US$ 1,1 miliar bulan lalu dengan imbal hasil 10,125%. Bunga ini merupakan tawaran tertinggi kupon Shelf Drilling.

Menurut data Bloomberg, perusahaan dari negara berkembang telah gagal bayar sebesar US$ 26 miliar di 2023. Angka ini menambah daftar gagal bayar selama siklus pengetatan moneter The Fed. Pada tahun 2021, gagal bayar obligasi korporasi mencapai US$ 9,3 miliar, dan pada 2020 sebesar US$ 9,5 miliar.

Manajer Keuangan Muzinich & Co, Warren Hyland mengatakan, perusahaan dengan peringkat kredit yang lebih lemah akan kesulitan pendanaan. Sebab menurut dia, investor kini berpikir ulang untuk membeli obligasi dari negara emerging market.

Para trader kini pun sudah mengurangi investasi di aset negara berkembang. Indeks EM USD Aggregate Corporate turun 0,6% di 2023, padahal perusahaan di AS memberi imbal hasil 4,3%.

Baca Juga: Tren Suku Bunga Tinggi Akan Tambah Biaya Usaha Korporasi

Bagikan

Berita Terbaru

Harga Saham Aneka Tambang (ANTM) Melemah, Asing Asyik Akumulasi Termasuk JPMorgan
| Kamis, 04 Desember 2025 | 12:57 WIB

Harga Saham Aneka Tambang (ANTM) Melemah, Asing Asyik Akumulasi Termasuk JPMorgan

Jika harga ANTM ditarik hingga tiga bulan terakhir maka sudah ada penurunan sebesar 16,38%. Selain itu, ada juga ekspektasi penurunan suku bunga.

Archi Indonesia (ARCI) Siap Menyebar Dividen Interim Hampir Setengah Triliun
| Kamis, 04 Desember 2025 | 10:27 WIB

Archi Indonesia (ARCI) Siap Menyebar Dividen Interim Hampir Setengah Triliun

Di periode ini, ARCI membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk US$ 70,47 juta.

Ada Ruang Bagi BI Pangkas Bunga 0,5%
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:46 WIB

Ada Ruang Bagi BI Pangkas Bunga 0,5%

Inflasi yang masih rendah membuka peluang pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia ke depan      

BEI Pastikan Pesanan IPO RLCO Sesuai dengan Jadwal
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:43 WIB

BEI Pastikan Pesanan IPO RLCO Sesuai dengan Jadwal

BEI memastikan, pesanan IPO RLCO masih sesuai jadwal prospektus, yaitu 4 Desember 2025 pukul 12:00 WIB.

Kinerja Emiten Grup Sinar Mas Masih Belum Bernas
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:39 WIB

Kinerja Emiten Grup Sinar Mas Masih Belum Bernas

Kinerja sejumlah emiten Grup Sinar Mas jeblok di sembilan bulan 2025. Tapi, pergerakan saham emiten lebih kinclong ketimbang kinerja keuangannya.​

Strategi APEX Menghadapi Tantangan Industri di Migas Lewat Efisiensi dan Teknologi
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:38 WIB

Strategi APEX Menghadapi Tantangan Industri di Migas Lewat Efisiensi dan Teknologi

PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) memproyeksikan pendapatan pada 2026 bakal lebih baik dari tahun ini.

Harga Pelaksanaan Turun, Penyerapan Saham Rights Issue PANI Bisa Tinggi
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:27 WIB

Harga Pelaksanaan Turun, Penyerapan Saham Rights Issue PANI Bisa Tinggi

Langkah PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) merevisi jadwal dan harga pelaksanaan rights issue menuai respons positif dari pelaku pasar saham.

IHSG Bisa Mendaki Tinggi di Tahun Kuda Api
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:19 WIB

IHSG Bisa Mendaki Tinggi di Tahun Kuda Api

JP Morgan Sekuritas memproyeksi level Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa tembus 10.000 pada 2026

Investasi Belum Bisa Jadi Tumpuan Ekonomi
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:06 WIB

Investasi Belum Bisa Jadi Tumpuan Ekonomi

Realisasi investasi melambat, bahkan realisasi FDI terkontraksi dan terendah sejak pandemi          

Daya Intiguna Yasa (MDIY) Genjot Penjualan di Akhir Tahun
| Kamis, 04 Desember 2025 | 07:30 WIB

Daya Intiguna Yasa (MDIY) Genjot Penjualan di Akhir Tahun

Perluasan jumlah toko juga dilakukan untuk memperkuat posisi pihaknya sebagai pemimpin di pasar ritel perlengkapan rumah tangga di Tanah Air

INDEKS BERITA

Terpopuler