Bursa Global Anjlok Terseret Sinyal Resesi

Selasa, 06 Agustus 2024 | 05:30 WIB
Bursa Global Anjlok Terseret Sinyal Resesi
[ILUSTRASI. Pedestrians stand in front of an electric board displaying the Nikkei stock average outside a brokerage in Tokyo, Japan, July 11, 2024. REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awan gelap menggelayuti bursa saham di berbagai wilayah dunia. Aksi jual saham dialami hampir semua indeks saham di bursa saham berbagai negara. Kondisi paling buruk dialami indeks saham Nikkei 225 yang ditutup anjlok 12,4% pada Senin (5/8). 

Investor di seluruh dunia panik lantaran kekhawatiran Amerika Serikat (AS) bakal mengalami resesi menyeruak. Ini dipicu melemahnya data ketenagakerjaan AS.

Ini terjadi karena Sahm Rule, yang disebut sebagai salah satu indikator resesi, terpenuhi. Menurut rumus yang dibuat mantan ekonom Gedung Putih Claudia Sahm ini, bila selisih antara rerata tingkat pengangguran dalam tiga bulan terakhir dengan tingkat pengangguran terendah setahun terakhir mencapai 0,5 poin persentase, ada potensi krisis terjadi.

Baca Juga: Saham Pilihan Analis untuk Bulan Agustus Saat IHSG Sedang Terguncang

Di Mei, Juni dan Juli tahun ini, AS mencetak angka pengangguran 4%, 4,1% dan 4,3%. Jadi rata-ratanya sekitar 4,13%. Angka tingkat pengangguran terendah setahun terakhir di AS 3,6% di Juli 2023. Jadi ada selisih 0,53 poin persentase.

Investor pun memilih melepas aset berisiko, terutama saham. Penurunan yang terjadi di indeks saham berbagai negara membuat performa sejumlah indeks saham berbalik merah dalam sehari. 

Jumat (2/8) lalu, Nikkei 225 masih tercatat naik 7,31% sejak awal tahun. Kemarin, indeks ini anjlok 5,99%. 

Kemarin, yield US Treasury tenor 10 tahun juga sempat turun ke level terendah dalam satu tahun. Sementara yield US Treasury tenor 2 tahun naik. Alhasil, kurva imbal hasil terbalik, yang juga biasanya jadi sinyal resesi, terbentuk.

Potensi resesi

Kekhawatiran resesi juga mempengaruhi pasar carry trade. Nilai tukar yen menguat terhadap dollar AS. Per pukul 20.20 WIB, yen menguat 2,79% terhadap dollar AS.

"Pergerakan yen yang cukup cepat membatalkan perdagangan carry trade yang besar," kata Kyle Rodda, analis pasar keuangan senior Capital.com, dikutip Reuters, kemarin. 

Baca Juga: Commodities Under Pressure As Stocks Slide on US Economic Worries

Maklum, kekhawatiran resesi ini membuat pelaku pasar makin yakin The Fed akan menurunkan suku bunga. Goldman Sachs Group Inc pada Minggu (4/8) menyebut, potensi resesi AS tahun depan bertambah menjadi 25% dari asumsi semula 15%. 

Namun asumsi ini bisa mereda asal bank sentral AS menurunkan bunga 25 basis poin pada September, November dan Desember. Saat yang sama, Bank of Japan baru saja menaikkan suku bunga lagi. 

Rodda menyebut, investor lantas berusaha menutup kerugian akibat perubahan suku bunga. "Kami melihat saat ini terjadi deleveraging massal, yakni ketika investor mulai menjual aset untuk menutup kerugian," kata dia.

Kendati begitu, tidak semua pengamat menilai resesi akan terjadi. Bahkan, Claudia Sahm masih yakin resesi tidak akan terjadi. "Laporan tenaga kerja ini memang sangat membingungkan, tapi ini bukan krisis," tandas dia, seperti dikutip Yahoo Finance.

Head of Empiric Equity Allspring Neville Javeri bahkan melihat The Fed belum akan menurunkan bunga. Sebab, bank sentral AS ini juga harus menjaga inflasi, bukan cuma sektor tenaga kerja. "Saya ragu Fed akan memangkas bunga cuma karena terjadi sell off di pasar," kata dia.

"Risiko kredit juga akan mereda," prediksi Kepala Strategi Kredit Eropa Bloomberg Intelligence Mahesh Bhimalingam. Ia yakin, metrik dan kualitas kredit masih cukup solid jika bank sentral segera bertindak. 

Baca Juga: Pasar Keuangan Global Terpukul, Investor Sebaiknya Pertahankan Alokasi di Aset Stabil

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Reli TRIN Mulai Patah, Analis: Kenaikan Masih Didominasi Sentimen Non Fundamental
| Senin, 15 Desember 2025 | 10:00 WIB

Reli TRIN Mulai Patah, Analis: Kenaikan Masih Didominasi Sentimen Non Fundamental

Reli saham TRIN terpicu kehadiran Rahayu Saraswati Djojohadikusumo sebagai calon pemegang saham strategis dan Komisaris Utama.

Bencana Sumatra dan Peran Investor Dalam Menjaga Lingkungan
| Senin, 15 Desember 2025 | 09:12 WIB

Bencana Sumatra dan Peran Investor Dalam Menjaga Lingkungan

Sebagai investor dan pengelola dana yang rasional maka konsep ESG investing akan sangat penting diperhatikan.

Ramai Penerbitan Obligasi ESG Sampai Akhir Tahun
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:49 WIB

Ramai Penerbitan Obligasi ESG Sampai Akhir Tahun

Korporasi getol meluncurkan obligasi bertema ESG di tahun ini. Nilai penerbitannya melampaui tahun 2024 lalu.

Mencari Reksadana Terbaik Tahun 2025 dengan Jensen Alpha
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:36 WIB

Mencari Reksadana Terbaik Tahun 2025 dengan Jensen Alpha

Namun dalam pemilihan investasi, investor hendaknya tetap memperhatikan faktor risiko yang harus ditanggung. 

ESG & Keberlanjutan HMSP:  Mengepul Dengan Produk Bebas Asap
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:32 WIB

ESG & Keberlanjutan HMSP: Mengepul Dengan Produk Bebas Asap

Isu kesehatan dan dampak sosial melekat di perusahaan rokok. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) terus bertransisi untuk mengatasi isu tersebut.

Cadangan Devisa Akhir Tahun Berpotensi Menguat
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:23 WIB

Cadangan Devisa Akhir Tahun Berpotensi Menguat

BI mencatat, pada periode 8 hingga 11 Desember 2025, nonresiden beli neto sebesar Rp 1,14 triliun di pasar saham dan Rp 2,85 triliun di pasar SBN

Nataru Jadi Momentum Bagi Industri Ritel, Cek Target Harga Saham AMRT, ACES, dan MAPI
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:17 WIB

Nataru Jadi Momentum Bagi Industri Ritel, Cek Target Harga Saham AMRT, ACES, dan MAPI

Kinerja keuangan emiten peritel seperti AMRT, ACES, dan MAPI diprediksi bisa membaik di kuartal IV-2025.

Panca Anugrah Wisesa (MGLV) Siap Menambah Lini Produk Baru
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:05 WIB

Panca Anugrah Wisesa (MGLV) Siap Menambah Lini Produk Baru

Perusahaan akan menambah lini produk baru berupa outdoor furnitur dari salah satu nama beken asal Italia.

Manuver Keluarga Presiden Prabowo: Arsari Caplok COIN, Rahayu Saraswati Borong TRIN
| Senin, 15 Desember 2025 | 07:55 WIB

Manuver Keluarga Presiden Prabowo: Arsari Caplok COIN, Rahayu Saraswati Borong TRIN

Ekspansi bisnis keluarga Prabowo diterjemahkan pasar sebagai sinyal arah kebijakan ekonomi masa depan.

Pajak Bisa Pantau Properti WNI di Luar Negeri
| Senin, 15 Desember 2025 | 07:48 WIB

Pajak Bisa Pantau Properti WNI di Luar Negeri

Pertukaran data properti dengan negara-negara OECD ditargetkan mulai berlaku di 2030                

INDEKS BERITA

Terpopuler