Berita Global

Capital Outflow di Bursa Asia di Januari Sentuh Titik Tertinggi Selama Tujuh Bulan

Senin, 07 Februari 2022 | 19:18 WIB
Capital Outflow di Bursa Asia di Januari Sentuh Titik Tertinggi Selama Tujuh Bulan

ILUSTRASI. Petugas keamanan melintas di pintu berlogo National Stock Exchange (NSE) di Mumbai, India, 28 Mei 2019. REUTERS/Francis Mascarenhas

Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - BENGALUR. Bursa saham Asia menghadapi gelombang arus keluar sepanjang Januari dipicu kekhawatiran pasar terhadap lonjakan imbal hasil di Amerika Serikat. Kecemasan itu muncul sejalan dengan tanda-tanda Federal Reserve akan lebih agresif dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter di tahun ini.

Investor asing melakukan aksi jual di bursa-bursa di Korea Selatan, Taiwan, Filipina, Vietnam, Indonesia hingga India sepanjang bulan lalu. Menurut data Refinitiv, nilai penjualan bersih investor asing di berbagai bursa saham di Asia mencapai US$ 8,4 miliar, terbesar sejak Juli 2021, demikian diperlihatkan data dari bursa saham.

Indeks MSCI Asia Pasifik merosot 4,36% pada Januari, yang menandai penurunan bulanan terbesar dalam enam bulan terakhir.

"Dengan ketidakpastian seputar seberapa agresif Fed perlu, kenaikan imbal hasil obligasi tampaknya mendorong beberapa langkah risk-off di pasar yang menyebabkan arus keluar di ekuitas Asia," kata Jun Rong Yeap, ahli strategi pasar di IG.

 Baca Juga: Mitra di Pakistan Dukung Kashmir, Hyundai Motor Hadapi Seruan Boikot Oleh India

Arus dana keluar tertinggi tercatat di bursa saham India, dengan nilai penjualan bersih mencapai US$ 4,4 miliar, terbesar sejak Maret 2020. Analis mengatakan arus keluar tersebut terutama disebabkan oleh valuasi yang lebih tinggi dan aksi ambil untung oleh investor setelah reli tahun lalu.

Meskipun aksi jual besar-besaran oleh asing, indeks NSE India turun hanya 0,1% bulan lalu, ditopang pembelian yang kuat oleh investor domestik.

Ekuitas Korea Selatan dan Taiwan juga menghadapi arus keluar masing-masing senilai $3,28 miliar dan $1,35 miliar pada Januari, karena saham teknologi mereka terkena lonjakan suku bunga AS bulan lalu.

Di sisi lain, ekuitas Indonesia dan Thailand menerima arus masuk masing-masing senilai sekitar $400 juta.

 Baca Juga: Dolar AS Bisa Jadi Pilihan Investasi Mata Uang yang Menarik

Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat pada kuartal terakhir tahun lalu, karena konsumsi meningkat menyusul pelonggaran pembatasan mobilitas anti-virus dan karena harga komoditas yang lebih kuat mendorong ekspor ke rekor tertinggi.

Secara keseluruhan, analis tidak terlalu pesimis tentang prospek aliran ke ekuitas pasar Asia, meskipun kerentanan mereka terhadap pengetatan Fed tahun ini.

"Fiskal dan giro berada dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya, yang membantu perangkat pendukung kebijakan. Valuasi sederhana, posisi investor ringan, dan fundamental adalah penyangga bagi saham Asia dan EM untuk menahan volatilitas jangka pendek," kata Zhikai Chen, kepala Asian Equities di BNP Paribas Asset Management.

"Kami terus memfokuskan pemilihan saham aktif kami pada nama teknologi terpilih, perputaran konsumsi, perusahaan keuangan yang kuat, serta daya tarik peluang digital India dan ASEAN".

Terbaru