China, ASEAN dan Ujian Hijau Indonesia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketika Xi Jinping berbicara tentang iklim, ia tidak sedang menyelamatkan bumi. Ia sedang merancang ulang peta ekonomi dunia. Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB pada 24 September lalu, Presiden China itu mengumumkan komitmen menurunkan emisi gas rumah kaca bersih 7%-10% dari puncaknya pada 2035, meningkatkan pangsa energi nonfosil menjadi lebih dari 30%, serta memperluas kapasitas angin dan surya hingga enam kali lipat dari level 2020 sehingga mencapai 3.600 gigawatt. Ia juga berjanji memperluas pasar karbon nasional, meningkatkan stok hutan hingga 24 miliar meter kubik, dan menjadikan kendaraan energi baru sebagai arus utama di pasar domestik.
Langkah ini bukan sekadar kebijakan lingkungan, melainkan cetak biru industrialisasi tahap baru. Beijing sedang mengalihkan mesin pertumbuhannya dari manufaktur berat ke ekonomi hijau berteknologi tinggi, sekaligus memperluas pengaruh global melalui ekspor energi bersih. Dunia boleh menyebutnya transisi menuju dekarbonisasi, tetapi bagi China, kebijakan hijau adalah strategi pembangunan dan daya saing industri.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah berlangganan? MasukBerlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Kontan Digital Premium Access
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Rp 120.000
Business Insight
Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan