Berita

Covid Belum Mereda, Produk Herbal Dari Emiten Farmasi Diburu

Senin, 02 Agustus 2021 | 06:00 WIB
Covid Belum Mereda, Produk Herbal Dari Emiten Farmasi Diburu

Reporter: Amalia Nur Fitri, Dimas Andi | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Obat-obatan dan produk herbal semakin diminati masyarakat. Terlebih, saat pandemi Covid-19 melanda dan tak kunjung mereda, banyak anjuran untuk mengonsumsi jamu atau ramuan herbal. Produk herbal yang sedang booming antara lain jahe merah.

Kondisi ini juga dirasakan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO). Selama enam bulan pertama tahun ini, Sido Muncul meraih kenaikan penjualan 13,36% year on year (yoy) menjadi Rp 1,65 triliun. Di periode sama tahun lalu, SIDO meraih penjualan Rp 1,46 triliun. 
 
Segmen penjualan jamu herbal dan suplemen masih menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan SIDO, yakni hingga 64,14% setara Rp 1,06 triliun. Adapun jumlah ini meningkat dari semester pertama tahun lalu senilai Rp 923,2 miliar. Dengan kata lain, segmen jamu herbal dan suplemen tumbuh 14,98%. 
 
Bukan hanya SIDO, produsen farmasi lainnya juga mulai memperkuat bisnis herbal. Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius mengatakan, produk obat herbal memiliki prospek bisnis yang positif pada tahun ini seiring masih berlangsungnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Tak sedikit masyarakat yang memerlukan produk herbal untuk menjaga kesehatan tubuh di masa pandemi.
 
“Produk herbal kami pertumbuhannya mencapai dobel digit. Beberapa produk misalnya jahe merah bisa membantu daya tahan tubuh selama pandemi ini,” ungkap dia kepada KONTAN, Jumat (30/7).
KLBF memiliki sejumlah produk obat herbal seperti Komix Herbal, Woods Herbal, Bejo Jahe Merah, H2 Health & Happiness Fatigon Promuno, Promag Herbal, H2 Cordyceps dan lainnya.
 
Vidjongtius menyebutkan, sejauh ini, kontribusi penjualan produk obat herbal masih minim yakni di kisaran 3%--5% terhadap total penjualan bersih KLBF. Namun dia meyakini kontribusi penjualan produk obat herbal akan meningkat seiring tren pasar yang tergolong positif.
 
Maka dari itu, manajemen KLBF berupaya meningkatkan kemampuan pemasaran produk obat herbal, termasuk meluncurkan varian produk obat herbal terbaru. “Direncanakan ada 1-2 produk herbal baru secara rutin setiap tahun,” ungkap Vidjongtius.
 
Sebelumnya, KLBF akan mengembangkan ekosistem produk herbal melalui sinergi berbagai pemangku kepentingan. Saat ini, KLBF telah memulai proyek kolaborasi kecil untuk produk jahe merah. Proyek tersebut telah melibatkan lebih dari 10.000 petani dan ditargetkan bisa mencapai 25.000 petani di seluruh Indonesia.
 
Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk (KAEF) Verdi Budidarmo juga menjelaskan, permintaan produk herbal menunjukkan pertumbuhan walaupun tidak sebesar tiga kategori obat lain. Ia tidak memerinci besaran pertumbuhan permintaan produk herbal. "Di semester I 2021, obat klasifikasi herbal mengalami peningkatan dan diminati masyarakat," jelas dia kepada KONTAN, Minggu (1/8).
 
Hingga semester I 2021, KAEF berhasil meningkatkan pertumbuhan penjualan sebesar 18,61%. Verdi berharap kenaikan itu terus berlanjut hingga akhir tahun. Sebelumnya, pendapatan KAEF diharapkan bisa menyentuh Rp 11,27 triliun tahun ini.
 
"Dari sisi bisnis, tantangan yang kami hadapi adalah banyaknya produk atau obat baru yang dirilis, baik untuk terapi penderita Covid-19 maupun obat penyakit lain," kata Verdi.    

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru
IHSG
7.288,81
0.29%
-21,28
LQ45
985,97
0.44%
-4,40
USD/IDR
15.853
0,35
EMAS
1.222.000
0,41%