Darmi Bersaudara (KAYU) Menjaring Laba dari BerJualan Kayu di Luar Negeri

Sabtu, 06 Juli 2019 | 06:31 WIB
Darmi Bersaudara (KAYU) Menjaring Laba dari BerJualan Kayu di Luar Negeri
[]
Reporter: Aloysius Brama | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memiliki beberapa komoditas unggulan yang diserap oleh pasar internasional. Salah satunya adalah kayu. Ceruk pasar itulah yang diintai PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU), perusahaan pengolah kayu asal Surabaya yang baru saja terpampang di bursa, Kamis (7/5) lalu.

Direktur Independen KAYU Lie Kurniawan menjelaskan, ekspor memang menjadi tulang punggung perusahaan ini. Tahun lalu, perusahaan dengan merek dagang Darbe Wood ini mencatat pendapatan sebesar Rp 37,6 miliar, yang seluruhnya disumbang dari kontribusi ekspor.

Sekitar Rp 36,5 miliar didapat dari pangsa di India. "Sedang sisanya, sekitar Rp 1,2 miliar, disumbang dari pangsa pasar Nepal," kata Lie. Untuk pasar domestik, Lie mengatakan, range harga jual olahan kayu kurang ekonomis.

Meski potensi pasar ekspor besar, namun kemampuan emiten ini memasok produknya terbatas. Selama ini, KAYU hanya bisa memenuhi sekitar 20% permintaan yang datang dari India, karena sumber daya terbatas.

Agar bisa meningkatkan produksi, KAYU pun menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). "Tentu, ini adalah sebuah langkah maju yang sebelumnya tidak pernah kami bayangkan," kata Direktur Utama KAYU Nanang.

KAYU akan menggunakan Rp 22,5 miliar dari dana hasil IPO untuk meningkatkan kinerja. "Yang tadinya kami hanya bisa memenuhi 20% dari permintaan, nanti bisa menjadi 40%," ujar Lie optimistis.

Bisa dibilang, KAYU menadah berkah dari kebudayaan Nepal dan India. "Budaya mereka mengharuskan hunian warga memiliki unsur kayu yang dominan. Karena mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan itu, jadilah mereka impor," ujar Lie.

Produk utama yang dijajakan KAYU adalah kayu olahan seperti kayu decking, door jam, window jam, dan post beam. "Kami tidak menjual langsung dalam produk kayu jadi karena kebijakan negara pangsa pasar kami," jelas Lie.

Untuk bahan baku, Lie mengatakan perusahaan ini memiliki tiga pemasok kayu. Perusahaan pemasok tersebut rata-rata dari Kalimantan.

Selama ini, KAYU memiliki satu pabrik dengan satu mesin pengolahan kayu. KAYU tidak sendiri mengerjakan pesanan, tapi bermitra dengan dua unit usaha lain untuk mengolah pesanan. Peran KAYU lebih kepada pengemasan serta membuka pasar di luar negeri.

Dengan model bisnis ini, KAYU berhasil mencatatkan pengiriman ekspor sebanyak 360 kontainer di 2018 lalu. "Di India, kami punya sekitar 20 klien. Sedangkan di Nepal delapan klien," kata Lie.

Beberapa rasio keuangan KAYU menunjukkan kondisi cukup stabil. Margin laba bersih KAYU pada tahun lalu menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan dari 0,6% di 2017 menjadi sebesar 4,9% di 2018.

KAYU berharap bisa menggandakan pendapatan menjadi Rp 64 miliar pada tahun ini. Realisasi pendapatan tahun lalu sebesar Rp 37 miliar.

KAYU sudah menyiapkan beberapa strategi. Pertama, memperluas pasar mancanegara. "Tahun ini, kami akan mulai coba ekspor ke Korea Selatan dan Australia," ujar Lie. Khusus untuk Korea Selatan, sepanjang tahun lalu, Negeri Ginseng tersebut menyumbang pendapatan ekspor produk kayu olahan sebesar US$ 625 juta.

Lie mengatakan, pihaknya sudah dalam tahap tes pasar dengan mengirim satu kontainer kayu olahan ke Korea Selatan dan Australia. "Belum bisa lihat bagaimana hasilnya karena baru saja. Kami masih menunggu feedback dari pelanggan di sana," tandas Lie kepada Kontan (5/7).

Selama ini, dalam sekali ekspor, KAYU bisa mengirim tujuh hingga delapan kontainer produk kayu olahan. "Kami tidak patok suplai berapa bulan sekali. Tergantung barang di sana habis dalam berapa lama. Biasanya dalam satu sampai tiga bulan kami bisa kirim lagi," kata Lie.

Saat ini, KAYU bisa mengolah kayu sebanyak 30 kontainer per bulan. Rencananya, KAYU akan menambah mesin supaya bisa mengolah sampai 4050 kontainer per bulan. "Dari situ, kami targetkan pertumbuhan pendapatan double digit tahun ini," kata Lie.

Tahun ini, KAYU menganggarkan duit sebesar Rp 18 miliar untuk membeli modal kerja berupa kayu mentah. Selain itu, KAYU juga menganggarkan Rp 4,5 miliar untuk meningkatkan aset produktif berupa mesin. Ekspansi lainnya adalah mendirikan divisi baru, furnicraft, yang memanfaatkan kayu-kayu sisa pengolahan untuk dijadikan produk kerajinan dan furnitur.

Sebagai perusahaan yang bergantung pada ekspor, pihaknya harus berhadapan dengan fluktuasi mata uang. Kurs rupee India juga bergejolak. Lie mengaku, perusahaan ini belum bisa melakukan hedging, tapi, menyiasati dengan pembayaran lebih fleksibel pada klien.

Harga melesat setelah IPO

Terdaftar di bursa saham melalui papan pengembangan, PT Darmi Bersaudara Tbk merupakan salah satu yang usaha kecil-menengah yang mengincar dana segar dari pasar modal. Dengan melepas 150 juta saham perdana kepada publik seharga Rp 150, KAYU meraup dana Rp 22,5 miliar dari bursa.

Saham KAYU laris manis di hari perdagangan bursa. Di hari perdana perdagangan Kamis (4/7), harganya naik 69,33% ke level Rp 254 per saham. Jumat kemarin, harganya lanjut naik 24,41% ke Rp 316 per saham.

Hingga Juli ini, pemegang saham terbesar emiten dengan merek dagang Darbe Wood, yaitu PT Darbe Putra Makmur, dengan kepemilikan 360,5 juta saham atau 54,12%. Selanjutnya diikuti PT Indymike Inti Investama, PT Cladia Karya Investama, dan PT Marinay Berjaya Investama masing-masing 51,5 juta, atau setara 7,24%.

Bagikan

Berita Terbaru

Kilau Harga Emas, Tak Sejalan Besaran Cuan di Saham Antam (ANTM)
| Senin, 24 Februari 2025 | 21:12 WIB

Kilau Harga Emas, Tak Sejalan Besaran Cuan di Saham Antam (ANTM)

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan dan Wilbert Arifin menetapkan target harga ANTM di Rp 1.900 per saham.

Transaksi Jumbo di Pasar Negosiasi, GIC Jual Seluruh Kepemilikannya di EMTK & BUKA
| Senin, 24 Februari 2025 | 20:49 WIB

Transaksi Jumbo di Pasar Negosiasi, GIC Jual Seluruh Kepemilikannya di EMTK & BUKA

Merujuk data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 31 Januari 2025, kepemilikan GIC di EMTK berjumlah 4.290.909.100 saham (6,99%).

Transaksi IIMS 2025 Meningkat, Ini Penjualan Mobil Nasional Dalam 8 Tahun Terakhir
| Senin, 24 Februari 2025 | 15:02 WIB

Transaksi IIMS 2025 Meningkat, Ini Penjualan Mobil Nasional Dalam 8 Tahun Terakhir

Nilai transaksi pada IIMS 2025 naik 3,2% menjadi Rp 6,91 triliun dari Rp 6,7 triliun pada tahun lalu.

Jadi Tujuan Ekspor CPO Utama, Rencana Kenaikan Pajak Impor India Bisa Menyusahkan
| Senin, 24 Februari 2025 | 13:07 WIB

Jadi Tujuan Ekspor CPO Utama, Rencana Kenaikan Pajak Impor India Bisa Menyusahkan

Berdasarkan data BPS, India telah menjadi importir utama minyak sawit atau CPO Indonesia sejak tahun 2012.

Paling Moncer di LQ45 Pekan Lalu, Ini 10 Besar Investor Asing Pemilik Saham AMMN
| Senin, 24 Februari 2025 | 11:28 WIB

Paling Moncer di LQ45 Pekan Lalu, Ini 10 Besar Investor Asing Pemilik Saham AMMN

Vanguar Group menjadi investor institusi asing yang paling banyak mendekap saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).

Realisasi Penyaluran KUR Mencapai Rp 7 Triliun
| Senin, 24 Februari 2025 | 09:21 WIB

Realisasi Penyaluran KUR Mencapai Rp 7 Triliun

Pemerintah menargetkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat atau KUR sebesar Rp 300 triliun pada tahun ini

Asing Masuk Rp 7,58 Triliun di Pekan Ketiga Februari
| Senin, 24 Februari 2025 | 09:01 WIB

Asing Masuk Rp 7,58 Triliun di Pekan Ketiga Februari

Aliran modal asing masuk ke pasar surat berharga negara (SBN) dan ke Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Dana Pensiun Guru AS dan JP Morgan Paling Banyak Borong Saham TLKM, Intip Prospeknya
| Senin, 24 Februari 2025 | 08:27 WIB

Dana Pensiun Guru AS dan JP Morgan Paling Banyak Borong Saham TLKM, Intip Prospeknya

Salah satu tantangan yang dihadapi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) adalah pertumbuhan average revenue per user (ARPU).

Jangan Tebang Pilih Efisiensi Anggaran
| Senin, 24 Februari 2025 | 08:16 WIB

Jangan Tebang Pilih Efisiensi Anggaran

Pemerintah berencana mengembalikan dana sebesar Rp 58 triliun kepada 17 kementerian dan lembaga (K/L)

Kepemilikan SBN oleh BI Bakal Makin Besar
| Senin, 24 Februari 2025 | 08:07 WIB

Kepemilikan SBN oleh BI Bakal Makin Besar

Menilik efek dari rencana Bank Indonesia menjadi pembeli surat berharga negara (SBN) untuk mendanai program 3 juta rumah

INDEKS BERITA

Terpopuler