Daya Pikat Pasar Saham di Indonesia Masih Tinggi

Selasa, 16 Agustus 2022 | 04:30 WIB
Daya Pikat Pasar Saham  di Indonesia Masih Tinggi
[]
Reporter: Nur Qolbi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di usia yang telah mencapai 45 tahun, pasar modal Indonesia diisi 808 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data yang diolah KONTAN, sejak 2018 sampai 10 Agustus 2022 terdapat 259 emiten baru. 

Ada saham IPO yang mencatatkan kenaikan harga ratusan hingga ribuan persen dibanding harga initial public offering (IPO). Di sisi lain, ada juga IPO yang bernilai emisi besar tapi sahamnya turun. Sebut saja PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL). 

Dari 259 emiten yang tercatat, sebanyak 27 saham menjadi saham gocap, atau lebih dari 10%. Kendati begitu, ini bukan berarti pasar saham dalam negeri kurang oke sebagai tempat investasi. Para analis sepakat menyebut jika bursa saham Indonesia masih menarik. 

Baca Juga: Asing Lanjut Net Buy Rp 209 Miliar Saat IHSG Turun, Intip Saham yang Banyak Diburu

Senior Investment Analyst Stockbit Sekuritas Anggaraksa Arismunandar menyebut, imbal hasil (return) tahunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara jangka panjang masih 15% per tahun. 

Meski beberapa kali menghadapi krisis, setiap fase koreksi IHSG selalu diikuti fase bullish atau rally yang membentuk level all-time high baru. "Jumlah emiten, investor, dan market cap beriringan terus bertumbuh juga menjadi indikator bagus," kata Anggaraksa. 

Menurut Anggaraksa, setiap saham memang akan memiliki perjalanan pergerakan saham berbeda ketika berlanjut ke pasar sekunder. Dalam jangka panjang, ada beberapa faktor yang akan memengaruhi harga saham di pasar sekunder. Mulai kinerja emiten, valuasi saham, sektor industri yang terkait, serta minat investor. 

Analis Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus juga menambahkan, saham berkapitalisasi pasar besar mencatatkan penurunan harga lebih dipengaruhi fundamental. Contohnya GOTO dan BUKA yang tertekan akibat kenaikan bunga yang dapat membebani kinerja perusahaan.

Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,50% ke 7.093, Saham-saham Ini Paling Banyak Dijual Asing

Sebaliknya, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menilai, kenaikan harga saham emiten juga diikuti oleh fundamental baik dari sisi sektor industri ataupun kinerja emiten ke depan. Misalnya PT Adaro Minerals Tbk (ADMR) mendapat katalis dari kuatnya harga komoditas batubara di 2021.

Kemudian, STAA dan TAPG juga terdongkrak kenaikan harga CPO. ARKO juga baru masuk ke ekosistem grup Astra melalui United Tractors, dengan bisnis energi terbarukan.

Anggaraksa menyarankan, investor memilih saham dengan likuiditas yang tinggi. "Ini untuk menghindari risiko dan kesulitan saat menjual," ucap dia. 

Daniel juga menyarankan, investor mengenal emiten dan fundamental emiten, seperti kinerja dan sektor bisnisnya. Investor juga harus mempertimbangkan jangka waktu berinvestasi. 

Baca Juga: Meski Saham Tertekan, Summarecon (SMRA) dan Lippo Karawaci (LPKR) Punya Kinerja Cerah

Bagikan

Berita Terbaru

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:00 WIB

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis

Pertumbuhan kinerja didukung peningkatan volume pasien swasta serta permintaan layanan medis berintensitas lebih tinggi di sejumlah rumah sakit.

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar
| Selasa, 18 November 2025 | 07:46 WIB

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar

SMRA melakukan transaksi afiliasi berupa penambahan modal oleh perusahaan terkendali perseroan itu pada perusahaan terkendali lain.

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026
| Selasa, 18 November 2025 | 07:33 WIB

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026

EXCL berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 30,54 triliun. Nilai ini melonjak 20,44% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 25,36 triliun.​

Penurunan BI Rate Tak Mampu Dongkrak Kredit Multiguna
| Selasa, 18 November 2025 | 07:11 WIB

Penurunan BI Rate Tak Mampu Dongkrak Kredit Multiguna

Pemangkasan suku bunga acuan BI hingga  1,25% sepanjang tahun ini ke level 4,75% tak mampu mendongkrak kredit multiguna

ICBP Diproyeksi Sulit Penuhi Target Pertumbuhan Penjualan
| Selasa, 18 November 2025 | 07:10 WIB

ICBP Diproyeksi Sulit Penuhi Target Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan ICBP pada 2025 kemungkinan tidak mencapai target yang di tetapkan perusahaan, sekitar 7%-9%.

BPD Sudah Antisipasi Lonjakan Belanja Pemda Menjelang Akhir Tahun
| Selasa, 18 November 2025 | 07:05 WIB

BPD Sudah Antisipasi Lonjakan Belanja Pemda Menjelang Akhir Tahun

Bank Pembangunan Daerah (BPD) berpotensi menghadapi tekanan likuiditas menjelang akhir tahun​ seiring kenaikan belanja Pemda

Nilai Tukar Rupiah Masih Akan Tertekan pada Selasa (18/11)
| Selasa, 18 November 2025 | 06:55 WIB

Nilai Tukar Rupiah Masih Akan Tertekan pada Selasa (18/11)

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,17% secara harian ke level Rp 16.736 per dolar AS pada Senin (17/11)

Pertumbuhan Ekonomi Masih Jauh dari Harapan, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 18 November 2025 | 06:33 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Masih Jauh dari Harapan, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2025 kemarin hanya sedikit di atas 5%, masih jauh dari harapan.

Reksadana Pendapatan Tetap Masih Akan Bersinar di 2026
| Selasa, 18 November 2025 | 06:30 WIB

Reksadana Pendapatan Tetap Masih Akan Bersinar di 2026

Menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang menjadi motor utama kenaikan tersebut.

Boleh Ajukan KUR Berkali-Kali, Bunga Flat
| Selasa, 18 November 2025 | 06:28 WIB

Boleh Ajukan KUR Berkali-Kali, Bunga Flat

Target penyaluran KUR tahun 2026 mencapai Rp 320 triliu, dengan 65% di antaranya dialokasikan bagi UMKM sektor produksi

INDEKS BERITA

Terpopuler