Deflasi Terdalam

Jumat, 04 Oktober 2024 | 05:34 WIB
Deflasi Terdalam
[ILUSTRASI. TAJUK - Haris Hadinata]
Harris Hadinata | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deflasi Indonesia yang terjadi selama lima bulan berturut-turut tahun ini ramai diperbincangkan. Di media sosial, masalah deflasi ini bahkan jadi sumber tubir alias keributan terbaru. 

Banyak warganet menganggap deflasi yang terjadi lima bulan berturut-turut ini sebagai sinyal bahaya ekonomi memburuk. Apalagi, banyak yang membandingkan deflasi beruntun tahun ini dengan deflasi beruntun yang terjadi di 1999 silam, usai krisis moneter melanda.

Di sisi lain, ada juga warganet yang menilai ekonomi sebenarnya baik-baik saja. Salah satu warganet ada yang berusaha membuktikan pendapatnya dengan mendatangi salah satu konter penjual ponsel pintar seri yang sedang menawarkan ponsel seri terbaru, yang kebetulan ramai diburu konsumen.

Badan Pusat Statistik mencatat, deflasi di September lalu mencapai 0,12% secara bulanan. Buat perbandingan, di Agustus, deflasi cuma 0,03% secara bulanan. BPS juga menyebut, ini deflasi terdalam selama lima tahun terakhir pemerintahan Joko Widodo.

Tentu sudah banyak yang tahu, deflasi adalah kondisi di mana harga-harga turun, kebalikan dari inflasi. Harga turun bisa diduga karena permintaan juga menyusut. Alhasil, deflasi kerap dikaitkan dengan pelemahan daya beli masyarakat.

Cuma perlu diperhatikan juga, meski deflasi September merupakan yang terdalam di era kedua pemerintahan Jokowi, tapi Indonesia tetap mencatatkan inflasi inti, yakni sebesar 0,16% di September.

Inflasi inti merupakan inflasi yang tidak memperhitungkan harga pangan dan energi. Alasannya, harga energi biasanya fluktuatif. Sementara harga pangan kerap diatur. 
Jadi, inflasi inti lebih menggambarkan kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Karena itu, harga pada dasarnya masih naik, atau daya beli masih ada.

BPS juga mencatat, secara tahunan, inflasi inti tercatat mencapai 2,09%. Inflasi inti tahun berjalan mencapai 2,02%. Buat perbandingan, Indonesia juga secara tahunan masih mencetak inflasi 1,84% dan di tahun berjalan 0,74%.

Tapi, kalau dibilang ekonomi baik-baik saja, enggak juga, sih. Para pengusaha masih hati-hati menggelar ekspansi. Jumlah kredit menganggur alias undisbursed loan di bank tumbuh tinggi, lebih tinggi dari pertumbuhan penyaluran kredit.

Jadi, pemerintah baru nanti perlu gesit menyusun strategi mendorong ekonomi. Jangan sampai kondisi ekonomi benar-benar berubah jadi tidak baik-baik saja.

Bagikan

Berita Terbaru

Deretan Investor Asing yang Tekor, Gara-Gara Harga Saham Bank BRI (BBRI) Longsor
| Senin, 13 Januari 2025 | 22:10 WIB

Deretan Investor Asing yang Tekor, Gara-Gara Harga Saham Bank BRI (BBRI) Longsor

BBRI dianggap gagal memenuhi proyeksi 2024 mereka, khususnya pada indikator penting seperti pertumbuhan kredit.

Portofolio Bisnis Grup Salim Kian Lengkap, Punya Bisnis Properti Hingga Pertambangan
| Senin, 13 Januari 2025 | 21:53 WIB

Portofolio Bisnis Grup Salim Kian Lengkap, Punya Bisnis Properti Hingga Pertambangan

Grup Salim terlihat kian getol melakukan ekspansi usaha di luar bidang-bidang yang menjadi bisnis intinya.

Saat ini Saham-saham Bluechip Tak Jadi Pilihan, Simak Penyebabnya
| Senin, 13 Januari 2025 | 21:42 WIB

Saat ini Saham-saham Bluechip Tak Jadi Pilihan, Simak Penyebabnya

Investor saat ini lebih cenderung memilih saham-saham growth stock seperti BREN, PANI, PTRO, DSSA, dan BRMS.

Mengupas Bisnis Energi Terbarukan Grup Salim, Mencengkram Kuat di Dalam & Luar Negeri
| Senin, 13 Januari 2025 | 09:05 WIB

Mengupas Bisnis Energi Terbarukan Grup Salim, Mencengkram Kuat di Dalam & Luar Negeri

Selain menjadi produsen listrik berbasis PLTM terbesar di Indonesia, Salim juga masuk ke bisnis PLTS di dalam dan luar negeri. 

Saat Suku Bunga The Fed Tak Goyah, Ruang Penurunan BI-Rate pun Terbatas
| Senin, 13 Januari 2025 | 07:33 WIB

Saat Suku Bunga The Fed Tak Goyah, Ruang Penurunan BI-Rate pun Terbatas

BI telah menerapkan suku bunga riil yang sangat tinggi, hingga 4,45% untuk mempertahankan daya tarik aset berbasis rupiah.

Laba yang Indah dari Penghias Rumah
| Senin, 13 Januari 2025 | 07:31 WIB

Laba yang Indah dari Penghias Rumah

Mengandalkan bahan baku ramah lingkungan yang melimpah, usaha home decor mampu raup omzet puluhan juta rupiah.

Dana IPO Tak Terserap Optimal, Laju Saham Emiten Terganjal
| Senin, 13 Januari 2025 | 07:26 WIB

Dana IPO Tak Terserap Optimal, Laju Saham Emiten Terganjal

Sederet emiten masih menyisakan dana hasil penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

Mengalir Deras, Kredit Bersiap Bangkit
| Senin, 13 Januari 2025 | 07:25 WIB

Mengalir Deras, Kredit Bersiap Bangkit

Kredit siap tumbuh dua digit di tahun ini. Kredit konsumer dan UMKM menjadi penopang pertumbuhan kredit.

Kala Petunjuk Perjalanan Jadi Andalan
| Senin, 13 Januari 2025 | 07:21 WIB

Kala Petunjuk Perjalanan Jadi Andalan

Beragam alternatif petunjuk perjalanan menyimpan potensi bisnis. Karena banyak masyarakat menafaatkan aplikasi tersebut.

Saham Emiten Konsumer Grup Salim Masih Moncer
| Senin, 13 Januari 2025 | 07:20 WIB

Saham Emiten Konsumer Grup Salim Masih Moncer

Kinerja saham emiten Grup Salim yang bergerak di sektor barang konsumsi (konsumer) bervariasi di sepanjang tahun 2024.

INDEKS BERITA

Terpopuler