KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deflasi Indonesia yang terjadi selama lima bulan berturut-turut tahun ini ramai diperbincangkan. Di media sosial, masalah deflasi ini bahkan jadi sumber tubir alias keributan terbaru.
Banyak warganet menganggap deflasi yang terjadi lima bulan berturut-turut ini sebagai sinyal bahaya ekonomi memburuk. Apalagi, banyak yang membandingkan deflasi beruntun tahun ini dengan deflasi beruntun yang terjadi di 1999 silam, usai krisis moneter melanda.
Di sisi lain, ada juga warganet yang menilai ekonomi sebenarnya baik-baik saja. Salah satu warganet ada yang berusaha membuktikan pendapatnya dengan mendatangi salah satu konter penjual ponsel pintar seri yang sedang menawarkan ponsel seri terbaru, yang kebetulan ramai diburu konsumen.
Badan Pusat Statistik mencatat, deflasi di September lalu mencapai 0,12% secara bulanan. Buat perbandingan, di Agustus, deflasi cuma 0,03% secara bulanan. BPS juga menyebut, ini deflasi terdalam selama lima tahun terakhir pemerintahan Joko Widodo.
Tentu sudah banyak yang tahu, deflasi adalah kondisi di mana harga-harga turun, kebalikan dari inflasi. Harga turun bisa diduga karena permintaan juga menyusut. Alhasil, deflasi kerap dikaitkan dengan pelemahan daya beli masyarakat.
Cuma perlu diperhatikan juga, meski deflasi September merupakan yang terdalam di era kedua pemerintahan Jokowi, tapi Indonesia tetap mencatatkan inflasi inti, yakni sebesar 0,16% di September.
Inflasi inti merupakan inflasi yang tidak memperhitungkan harga pangan dan energi. Alasannya, harga energi biasanya fluktuatif. Sementara harga pangan kerap diatur.
Jadi, inflasi inti lebih menggambarkan kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Karena itu, harga pada dasarnya masih naik, atau daya beli masih ada.
BPS juga mencatat, secara tahunan, inflasi inti tercatat mencapai 2,09%. Inflasi inti tahun berjalan mencapai 2,02%. Buat perbandingan, Indonesia juga secara tahunan masih mencetak inflasi 1,84% dan di tahun berjalan 0,74%.
Tapi, kalau dibilang ekonomi baik-baik saja, enggak juga, sih. Para pengusaha masih hati-hati menggelar ekspansi. Jumlah kredit menganggur alias undisbursed loan di bank tumbuh tinggi, lebih tinggi dari pertumbuhan penyaluran kredit.
Jadi, pemerintah baru nanti perlu gesit menyusun strategi mendorong ekonomi. Jangan sampai kondisi ekonomi benar-benar berubah jadi tidak baik-baik saja.