Devaluasi Yuan Picu Perang Kurs, Siapa yang Untung dan yang Rugi?

Rabu, 07 Agustus 2019 | 05:15 WIB
Devaluasi Yuan Picu Perang Kurs, Siapa yang Untung dan yang Rugi?
[]
Reporter: Arfyana Citra Rahayu, Danielisa Putriadita, Nur Qolbi, Yasmine Maghfira | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi China yang sengaja melemahkan yuan memicu perang kurs di pasar keuangan global. Indonesia diperkirakan tak lepas dari imbas negatif aksi tersebut.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan, ada dua efek negatif dari perang kurs tersebut.

Pertama, dari sisi perusahaan. Ketika China mendevaluasi yuan, sudah pasti barang mereka terlihat lebih murah daripada produk negara lain. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekspor China.

Baca Juga: Proyeksi Rupiah: Bersiap Koreksi Lanjutan Akibat Tensi China-AS

Imbasnya, produk dari Indonesia yang berorientasi ekspor akan mendapat tekanan dari produk China. Sehingga, emiten yang mempunyai irisan penjualan ekspor dengan produk China kemungkinan akan semakin sulit untuk bersaing.

Kedua, efek secara makro. Jika produk ekspor Indonesia kalah bersaing dengan China, kemungkinan Indonesia akan mengalami penurunan ekspor. Hal ini akan membuat neraca dagang terganggu.

Tapi devaluasi kurs yuan juga bisa memberi sentimen positif, yakni potensi capital inflow. Sebab, nilai mata uang yuan yang turun dapat membuat investor keluar dari China dan malahan berpotensi masuk ke Indonesia.

Baca Juga: Perang dagang AS-China berlanjut, Sri Rejeki Isman (SRIL) genjot penjualan ke AS

"Cuma, sejauh ini yang ada lebih banyak ekspor kita tertekan daripada peningkatan capital inflow. Ini menekan makroekonomi, yang berimbas ke pasar saham juga," jelas Alfred, Selasa (6/8).

Pada level mikro, sejumlah emiten bisa memperoleh untung dari devaluasi yuan. Misalnya, emiten yang banyak mengimpor produk dari China.

Wawan Hendrayana, Kepala Riset Infovesta Utama, memberi contoh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).Emiten ini bisa diuntungkan karena beberapa infrastrukturnya dari China. Telkomsel, anak usaha TLKM, juga punya kerjasama dengan Huawei.

Celah keuntungan

Devaluasi yuan juga bisa dimanfaatkan investor valas. Pasangan mata uang EUR/USD jadi menarik untuk dibeli ketika terjadi perang kurs.

"Akhir-akhir ini data ekonomi kawasan Eropa membaik, di tengah pelemahan dollar AS karena ketegangan AS dan China, euro jadi menarik," kata Faisyal, Analis Monex Investindo Futures.

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, mata uang yang sering dijadikan aset safe haven seperti yen Jepang dan franc Swiss juga diburu ketika perang kurs terjadi.

Baca Juga: Menanti PMK superdeduction tax, berikut jenis-jenis biaya yang pajaknya didiskon

Faisyal merekomendasikan jual dollar Kanada. Sebab, ketika perang kurs terjadi, pelaku pasar cenderung menghindari aset berisiko seperti dollar Kanada. Apalagi, harga minyak cenderung turun memberi sentimen negatif pada dollar Kanada.

Ibrahim memperkirakan perang kurs hanya terjadi sementara. Ia menilai jika Presiden AS Donald Trump benar-benar menerapkan tarif impor dan China melawan dengan menaikkan tarif impor, maka perang kurs bisa berhenti. "Ketika 1 September mendatang Donald Trump menerapkan impor dan Tiongkok melawan, nanti baru ada keseimbangan," kata Ibrahim.

Baca Juga: Harga Emas Antam Rekor, Investor Silakan Tetap Akumulasi

Asal tahu saja, China sengaja melemahkan nilai tukar yuan, dan menyatakan tidak akan membeli produk pertanian AS. Ini sebagai bentuk balasan atas rencana Trump menerapkan tarif impor tambahan atas produk-produk asal China.

China juga melawan dengan menurunkan cadangan rasio dan melakukan isolasi dengan tidak mengimpor komoditas tambang. Terakhir, China melemahkan nilai tukar mata uangnya. "Tiongkok juga sudah menjual obligasi AS dan berimbas pada melemahnya yuan," kata Ibrahim.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Pedoman Umrah Mandiri Dikebut
| Kamis, 20 November 2025 | 05:40 WIB

Pedoman Umrah Mandiri Dikebut

Pemerintah tengah menyiapkan sistem pelaksanaan umrah mandiri supaya bisa berjalan secara aman dan nyaman..

Bosch Membangun Pabrik Anyar di Cikarang
| Kamis, 20 November 2025 | 05:35 WIB

Bosch Membangun Pabrik Anyar di Cikarang

Bosch membangun pabrik anyar dengan sistem modular.di areal Cikarang, Kabupaten Bekasi yang ditargetkan beroperasi kuartal I-2027.

Pemerintah Tambah Tenaga Medis dan Rumah Sakit
| Kamis, 20 November 2025 | 05:15 WIB

Pemerintah Tambah Tenaga Medis dan Rumah Sakit

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tengah menggeber tambahan tenaga medis serta rumah sakit di berbagai daerah.

Pebisnis Menanti Insentif untuk Kerek Industri Otomotif
| Kamis, 20 November 2025 | 05:10 WIB

Pebisnis Menanti Insentif untuk Kerek Industri Otomotif

Pabrikan mobil dan industri komponen otomotif nasional mengharapkan adanya insentif pada tahun depan.

Sabar, Keputusan UMP 2026 Baru Awal Desember
| Kamis, 20 November 2025 | 05:00 WIB

Sabar, Keputusan UMP 2026 Baru Awal Desember

Diskusi penentuan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) 2026 antara pemerintah dan pengusaha masih alot.

Pertumbuhan Kredit Industri Bank Masih Jauh dari Target
| Kamis, 20 November 2025 | 04:50 WIB

Pertumbuhan Kredit Industri Bank Masih Jauh dari Target

Kredit industri perbankan cuma naik 7,36% di Oktober 2025, lebih rendah dari bulan sebelumnya dan jauh dari target BI di 8%-11%.

QRIS Tap Kian Populer Transaksi Tembus Rp 13,8 Miliar dalam Tujuh Bulan
| Kamis, 20 November 2025 | 04:50 WIB

QRIS Tap Kian Populer Transaksi Tembus Rp 13,8 Miliar dalam Tujuh Bulan

Transaksi QRIS Tap melesat Rp 13,8 miliar dalam tujuh bulan, dipakai 1,1 juta merchant. BI enjot perluasan ke sektor ritel dan transportasi.

DSI Minta Waktu Satu Tahun untuk Lunasi Lender
| Kamis, 20 November 2025 | 04:50 WIB

DSI Minta Waktu Satu Tahun untuk Lunasi Lender

Dana Syariah Indonesia dan para pemberi pinjaman mencapai kata sepakat dalam rencana pengembalian dana pinjaman.

Bunga Kredit Tak Kunjung Layu Kendati Sudah Dipacu
| Kamis, 20 November 2025 | 04:45 WIB

Bunga Kredit Tak Kunjung Layu Kendati Sudah Dipacu

Penurunan suku bunga acuan belum berdampak signifikan terhadap tingkat kredit bank dan bunga kredit yang diberikan ke konsumen

Proyeksi IHSG Kamis (20/11): Potensi Sideways Menanti Rilis Data AS
| Kamis, 20 November 2025 | 04:45 WIB

Proyeksi IHSG Kamis (20/11): Potensi Sideways Menanti Rilis Data AS

Meski IHSG naik, analis ingatkan volatilitas jelang data tenaga kerja AS & sinyal The Fed. Pelajari proyeksi pergerakan dan saham pilihan.

INDEKS BERITA