Diplomasi Bunuh Diri

Senin, 14 April 2025 | 08:02 WIB
Diplomasi Bunuh Diri
[ILUSTRASI. TAJUK - Syamsul Ashar]
Syamsul Ashar | Managing Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah pemerintah Indonesia menempuh jalur diplomasi dalam menghadapi serangan tarif dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump patut diapresiasi. Strategi ini menunjukkan bahwa Indonesia memilih pendekatan damai dan rasional dalam percaturan global yang makin keras.

Namun, diplomasi saja tidak cukup bila tidak dibarengi dengan kewaspadaan. Pemerintah harus cermat dalam membuka pintu negosiasi dengan AS agar neraca seimbang. 

Misalnya, rencana menghapus syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk produk impor, juga produk berisiko tinggi merugikan industri nasional. Apalagi, Amerika Serikat sendiri masih menerapkan berbagai hambatan non-tarif terhadap produk Indonesia. Bila kita terlalu mudah membuka diri, kita justru akan jadi pasar empuk tanpa perlindungan, tidak hanya bagi AS tapi bagi semua.

Langkah penghapusan kuota impor memang bisa membawa angin segar, terutama untuk menutup celah permainan kuota yang selama ini jadi ladang rente para elite. Kita tahu betul bagaimana kasus kuota daging dan gula di masa lalu menjadi sumber pemerasan. 

Tapi, penghapusan kuota pun harus dilakukan dengan mekanisme yang adil dan transparan agar tak berubah jadi banjir impor tanpa kendali. Kuota impor untuk produk pertanian misalnya, kalau memang kita bisa produksi sendiri meskipun masih kecil kapasitasnya, harus tetap dilindungi, dengan cara apapun.

Yang paling penting: sebelum membuka lebar pintu masuk produk asing, benahi dulu daya saing produk dalam negeri. Perkuat industri, terutama sektor padat karya yang selama ini makin tergerus oleh tekanan barang impor murah. Tanpa penguatan dari hulu, pasar bebas hanya akan melahirkan kekalahan.

Indonesia bisa berargumen produk-produk jasa dari AS masih menguasai pasar Indonesia.  Produk jasa mulai dari perbankan, teknologi, hingga kekayaan intelektual.

Merujuk data Kementerian Perdagangan, Indonesia mencatatkan defisit neraca jasa sebesar US$ 18,66 miliar di sepanjang 2024. Defisit itu disebabkan ekspor jasa yang cuma US$ 38,99 miliar dibandingkan impor jasa US$ 57,66 miliar.

Diplomasi adalah seni menekan tanpa terlihat menekan. Tapi dalam urusan perdagangan, diplomasi juga harus disertai keberanian menjaga kepentingan nasional. Jangan sampai niat baik menjaga hubungan justru menjadi jalan bunuh diri ekonomi Indonesia, yang sedang tidak baik-baik saja beberapa tahun ini.

Selanjutnya: ESG SIDO: Mitigasi Perubahan Iklim Untuk Kelancaran Usaha

Bagikan

Berita Terbaru

Total Dividen BBNI Berjumlah Rp 13,9 T, Badan Usaha Asing Kebagian Jatah Rp 3,42 T
| Selasa, 15 April 2025 | 17:42 WIB

Total Dividen BBNI Berjumlah Rp 13,9 T, Badan Usaha Asing Kebagian Jatah Rp 3,42 T

Rasio dividen BBNI atas kinerja tahun 2024 mencapai 65%, lebih tinggi dibanding rasio dividen atas kinerja di tahun-tahun sebelumnya.

Industri Tertekan, PGN (PGAS) Jelaskan Hitung-hitungan Harga Gas Regasifikasi
| Selasa, 15 April 2025 | 16:59 WIB

Industri Tertekan, PGN (PGAS) Jelaskan Hitung-hitungan Harga Gas Regasifikasi

Gas regasifikasi merupakan alternatif pasokan yang ditawarkan kepada seluruh pelanggan, baik PGBT maupun Non-PGBT.

Profit 32,70% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (15 April 2025)
| Selasa, 15 April 2025 | 08:40 WIB

Profit 32,70% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (15 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (15 April 2025) 1 gram Rp 1.896.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 32,70% jika menjual hari ini.

Tren Kenaikan Pembelian Emas di Indonesia dan Global Diprediksi akan Terus Berlanjut
| Selasa, 15 April 2025 | 08:02 WIB

Tren Kenaikan Pembelian Emas di Indonesia dan Global Diprediksi akan Terus Berlanjut

Perkembangan tren dedolarisasi yang semakin cepat belakangan ini kian mendukung kenaikan harga emas.

Rupiah Menanti Petunjuk dari Rilis Data Ekonomi
| Selasa, 15 April 2025 | 07:47 WIB

Rupiah Menanti Petunjuk dari Rilis Data Ekonomi

Penguatan rupiah berpotensi berlanjut seiring tekanan jual dolar Amerika Serikat (AS) yang masih akan terjadi. 

Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Masih Sulit Mendongkrak Kinerja
| Selasa, 15 April 2025 | 07:45 WIB

Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Masih Sulit Mendongkrak Kinerja

Pelemahan harga batubara global masih menjadi sentimen utama yang menekan kinerja PT Indo Tambangraya Megah Tbk

Dolar AS Kehilangan Kepercayaan, Yen Jadi Pilihan
| Selasa, 15 April 2025 | 07:42 WIB

Dolar AS Kehilangan Kepercayaan, Yen Jadi Pilihan

Penguatan JPY berpotensi berlanjut hingga akhir tahun seiring sejumlah keunggulannya di tengah kondisi global yang tak pasti.

Perkara Mirae Asset Sekuritas Vs Sultan Subang, PN Jaksel Kabulkan Keberatan Mirae
| Selasa, 15 April 2025 | 07:41 WIB

Perkara Mirae Asset Sekuritas Vs Sultan Subang, PN Jaksel Kabulkan Keberatan Mirae

Sebanyak 40 nasabah termasuk Sultan Subang Asep Sulaeman Sabanda menggugat Mirae dengan nilai sengketa Rp 8,17 triliun.

Gejolak Kurs Membebani Alat Berat
| Selasa, 15 April 2025 | 07:34 WIB

Gejolak Kurs Membebani Alat Berat

Penurunan permintaan terutama dari sektor dengan tingkat permintaan tinggi seperti pertambangan dan konstruksi

Sulitnya Membuka Akses Pasar Perikanan di Luar AS
| Selasa, 15 April 2025 | 07:30 WIB

Sulitnya Membuka Akses Pasar Perikanan di Luar AS

AP5I  meminta pemerintah untuk segera merampungkan revisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 85 Tahun 2021 tentang Jenis dan Tarif atas PNBP di KKP.

INDEKS BERITA

Terpopuler