Dirut Red Planet, Suwito: Sisihkan Gaji dan Rutin Berinvestasi

Sabtu, 13 Agustus 2022 | 00:38 WIB
Dirut Red Planet, Suwito: Sisihkan Gaji dan Rutin Berinvestasi
[ILUSTRASI. Suwito - CEO, Presdir, Presiden Direktur PT Red Planet Indonesia, perusahaan hotel, perhotelan]
Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berkecimpung di dunia pengelolaan investasi mendatangkan banyak pelajaran bagi Direktur Utama PT Red Planet Indonesia Tbk (PSKT) Suwito. Pasang surut dalam perjalanan investasi di pasar modal sudah dilaluinya.

Pria lulusan University of Missouri ini sudah berkenalan dengan pasar saham sejak bekerja. Setelah lulus kuliah pada 1995, Suwito cukup lama tinggal di Hong Kong untuk bekerja di perusahaan properti asal Amerika Serikat (AS). Makanya Suwito tak hanya masuk pasar modal dalam negeri dan Amerika Serikat, tapi juga Hong Kong.

Tapi Suwito mengaku telah mencoba investasi kecil-kecilan saat mengenyam bangku kuliah di AS pada 1992. Ia rajin menyisihkan gaji hasil kerja part time untuk ditanamkan di reksadana. Ia berupaya konsisten menyetor sekitar US$ 50 per bulan. Kala itu, ia memilih reksadana lantaran tak memiliki banyak waktu untuk mengatur portofolio investasi.

Baca Juga: CIO TRIN, Riska Afriani: Belajar Tak Konsumtif dengan Investasi

Pria yang lahir di Medan tahun 1970 ini mengaku cukup agresif menanamkan modal di pasar saham saat berusia 30-an. Bahkan ia pernah menggunakan fasilitas margin trading guna memaksimalkan keuntungan.

Tak selalu cuan, Suwito malah mengecap rugi lebih besar, karena menggunakan fasilitas margin. Untungnya, Suwito memegang dana tunai yang cukup longgar untuk menutup kerugian tersebut.

Dari kejadian tersebut, Suwito menjadi lebih berhati-hati, disiplin, serta menggunakan dana dingin untuk berinvestasi. "Jadi hati-hati kalau sudah dapat margin call, kalau market lagi turun bisa rugi lumayan besar," ujar Suwito.

Suwito juga pernah melewati kejatuhan pasar saat krisis ekonomi melanda seperti pada tahun 1998, 2008, hingga yang terbaru pandemi Covid-19 pada 2020. Menurut dia, turunnya pasar saham dapat menjadi momentum untuk menyerok saham-saham bagus di harga yang lebih murah.

Kini lebih konservatif

Kini Suwito mengaku cukup selektif dalam meracik portofolio investasi. Hal itu disebabkan arah Suwito yang kini lebih konservatif. Tidak seperti saat dirinya memulai investasi yang cenderung agresif.

Suwito menyatakan lebih nyaman berinvestasi saham untuk jangka panjang. Sekarang, ia tak muluk-muluk dalam menempatkan target keuntungan investasinya, yang penting berada di atas tingkat inflasi.

Baca Juga: Direktur Keuangan BEBS Pio Wehantouw Telaten Berinvestasi Properti hingga Bisnis F&B

Kini, Suwito cenderung memburu saham emiten yang memiliki prospek bagus, memberikan imbal hasil menarik, dan rajin membagikan dividen. "Saya lebih banyak mengoleksi saham bluechips, misalnya dari sektor perbankan dan konsumer," kata dia.

Selain itu, pria yang lulus dari jurusan akuntansi ini mencermati saham emiten yang bergerak di bidang energi terbarukan. Seperti diketahui, pengurangan emisi karbon melalui penggunaan energi terbarukan sudah menjadi program utama sejumlah negara. Selanjutnya ada emiten dari sektor teknologi dinilai memiliki prospek baik.

Suwito juga memiliki aset investasi berupa properti. Ia tertarik membeli sejumlah aset properti lantaran mempunyai nilai terus naik dan berisiko rendah. Saat ini, ia mempunyai beberapa apartemen yang berlokasi di di Jabodetabek. 

Suwito juga memiliki beberapa proyek pengembangan properti seperti rumah tapak di beberapa tempat salah satunya di Cisauk. Aset properti menempati posisi terbesar sebagai portofolionya yakni sekitar 50%.

Selain itu, kue portofolio investasi Suwito sebesar 40% di saham dan reksadana dan sisanya di kas tunai 10%. 

Setelah mengecap asam garam berinvestasi, Suwito memandang investasi merupakan hal yang sangat penting sebagai bekal di masa depan. Investasi bisa menjadi sumber dana dalam mengatasi hal yang tak terduga dalam menjalani hidup.

Oleh karena itu, sangat penting berinvestasi sejak sedini mungkin. "Ini paling penting, mulai sisihkan penghasilan untuk investasi, kalau dapat bonus jangan dihabiskan begitu saja, karena waktu itu tak bisa kembali lagi," saran Suwito.

Baca Juga: Dirut Clipan Finance, Harjanto Tjitohardjojo: Disiplin Berinvestasi di Aset Aman

Pria yang hobi mengoleksi lukisan ini juga menyarankan menggunakan dana yang tak terpakai untuk investasi. Tak kalah penting, calon investor harus memahami profil risiko dan memahami jenis investasi yang akan dikoleksi. "Jangan asal ikut-ikutan," saran dia.        

Kolektor Lukisan Impresionisme

Mengoleksi lukisan menjadi salah satu cara menyalurkan hobi bagi Direktur Utama PT Red Planet Indonesia Tbk (PSKT) Suwito. Pria kelahiran Medan ini mengaku gemar menikmati karya seni dua dimensi ini. Karena itu, sejak dia memiliki penghasilkan sendiri Suwito mulai mencoba membeli dan mengkoleksinya.

Suwito mengaku telah mulai mengoleksi lukisan saat menginjak umur 30-an tahun. Sejauh ini, Suwito baru membeli lukisan dari pelukis luar negeri. "Lukisan merupakan sesuatu yang indah, jadi memutuskan koleksi kecil-kecilan dulu, sebagai hobi," kata pria yang lulus dari jurusan keuangan pada pendidikan strata duanya.

Beberapa lukisan karya pelukis dari luar negeri berhasil diboyongnya ke rumah. Misalnya saja ada lukisan dari karya Fernando Botero. Selain itu, ia lebih menyukai lukisan dengan jenis impresionisme. Lukisan jenis ini biasanya menampilkan kesan-kesan pencahayaan yang kuat, dengan penekanan pada tampilan warna dan bukan bentuk.

Sekarang ada sekitar 10 lukisan yang dikoleksinya. Ke depan, Suwito tak menutup kemungkinan untuk memburu lukisan karya-karya pelukis dalam negeri yang sesuai dengan keinginannya.

Baca Juga: Managing Director Delimajaya, Winston Wiyanta: Investor Konservatif yang Adaptif

Suwito menyebut, mengoleksi lukisan memang bisa menjadi salah satu alternatif investasi lantaran harganya yang bisa terkerek jauh dari harga beli. Meski begitu, hingga kini lukisan masih ia jadikan koleksi. Suwito mengaku sampai saat ini belum berencana untuk menjual kembali koleksi lukisan yang dimilikinya. 

 

Bagikan

Berita Terbaru

Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja
| Selasa, 04 November 2025 | 19:18 WIB

Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja

Setelah anak usahanya, PT Indofarma Global Medika pailit, Indofarma (INAF) mencoba tetap bertahan dengan melaksanakan pengurangan karyawan.

Era Keemasan Ekspor Batubara Indonesia ke Tiongkok Kian Menjauh
| Selasa, 04 November 2025 | 19:09 WIB

Era Keemasan Ekspor Batubara Indonesia ke Tiongkok Kian Menjauh

Industri batubara Indonesia kini perlu bersiap-siap dengan risiko bisnis besar sejalan dengan turunnya ekspor ke Tiongkok.

Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain
| Selasa, 04 November 2025 | 16:38 WIB

Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain

Ethereum (ETH) berada dalam watchlist karena dijadwalkan meluncurkan upgrade besar bernama Fusaka ke mainnet pada 3 Desember 2025.

Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh
| Selasa, 04 November 2025 | 14:57 WIB

Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh

Prabowo tekankan tidak ada masalah pembayaran utang Whoosh, namun belum jelas sumber dana dari APBN atau dari BPI Danantara.

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR
| Selasa, 04 November 2025 | 09:09 WIB

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR

Hingga akhir 2025 MYOR menargetkan laba bersih sebesar Rp 3,1 triliun atau cuma naik sekitar 0,8% dibandingkan tahun lalu.​

Bursa Efek Indonesia (BEI) Meluncurkan Tiga Indeks Baru
| Selasa, 04 November 2025 | 08:49 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) Meluncurkan Tiga Indeks Baru

Investor diharapkan bisa berinvestasi pada saham profit tinggi, valuasi harga dan volatilitas rendah.

Investasi Saham dan Efek Buntung, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Cetak Kerugian
| Selasa, 04 November 2025 | 08:45 WIB

Investasi Saham dan Efek Buntung, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Cetak Kerugian

Saratoga juga mencatat kerugian bersih atas instrumen keuangan derivatif lainnya Rp 236 juta per 30 September 2025.

Invesco dan Allianz Konsisten Borong Saham UNTR Hingga Oktober, Blackrock Beda Arah
| Selasa, 04 November 2025 | 08:16 WIB

Invesco dan Allianz Konsisten Borong Saham UNTR Hingga Oktober, Blackrock Beda Arah

Sepanjang Oktober 2025 investor asing institusi lebih banyak melakukan pembelian saham UNTR ketimbang mengambil posisi jual.

Penjualan Nikel Melejit, Laba PAM Mineral (NICL) Tumbuh Tiga Digit
| Selasa, 04 November 2025 | 08:02 WIB

Penjualan Nikel Melejit, Laba PAM Mineral (NICL) Tumbuh Tiga Digit

PT PAM Mineral Tbk (NICL) meraih pertumbuhan penjualan dan laba bersih per kuartal III-2025 di tengah tren melandainya harga nikel global.

Laba Emiten Farmasi Masih Sehat Sampai Kuartal III-2025
| Selasa, 04 November 2025 | 07:52 WIB

Laba Emiten Farmasi Masih Sehat Sampai Kuartal III-2025

Mayoritas emiten farmasi mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba di periode Januari hingga September 2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler