KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten sektor konstruksi diprediksi kembali menguat tahun ini. Sejak awal tahun hingga Kamis (18/4), indeks sektor properti dan konstruksi menguat 11,32%. Kinerja indeks sektor ini tertinggi kedua setelah indeks sektor finansial.
Analis MNC Sekuritas Rudy Setiawan mengatakan, penguatan yang terjadi pada indeks konstruksi, terutama akhir pekan lalu, merupakan sentimen euforia pemilihan presiden. Berdasarkan perhitungan cepat dari berbagai lembaga survei, pasangan capres Jokowi-Ma'ruf Amin unggul dibanding dengan Prabowo-Sandi.
"Kalau melihat dari visi misi Jokowi-Amin memang masih ada peluang sektor konstruksi menguat, sebab ada visi misi tentang pembangunan pada poin ketiga mereka," ungkap Rudy, Kamis lalu.
Jika dilihat daftar visi-misi capres, fokus utama kinerja petahana cenderung pada pengembangan sumber daya manusia dan industri 4.0. Dengan begitu, pasar tetap harus melihat tawaran pemerintahan baru Jokowi pada Oktober mendatang.
Rudy menilai kinerja emiten konstruksi masih bisa melaju positif sepanjang 2019. Ia menilai, secara fundamental, emiten konstruksi pelat merah menarik, terutama PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT PP Tbk (PTPP). Kinerja emiten tersebut bakal makin positif bila banyak memperoleh kontrak proyek di luar proyek pemerintah.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai, kebijakan pemerintah terkait akselerasi infrastruktur akan menjadi katalis positif bagi emiten sektor konstruksi. Apalagi, masih banyak proyek strategis nasional yang belum dieksekusi. Katalis lainnya, stabilitas nilai tukar rupiah.
Nafan menghitung, valuasi saham-saham sektor konstruksi masih menarik. Tetapi, beberapa emiten sudah melewati target harganya.
Hitungan Nafan, PTPP memiliki target harga baru di level Rp 2.540 setelah menembus Rp 2.240. Sedang WSKT yang sudah melampaui target Rp 2.030 memiliki target terdekat Rp 2.240 per saham.
ADHI yang melewati target harga Rp 1.775, memiliki target terdekat Rp 2.000 per saham. Sedang WIKA telah melewati target harga Rp 2.370 per saham.
Dengan kondisi tersebut, dia merekomendasikan investor mulai ambil untung sementara di saham PTPP dan WIKA. "Tetapi, saya pikir sektor konstruksi tahun ini sangat potensial. Maka, keempat saham konstruksi BUMN, yaitu WSKT, WIKA, PTPP dan ADHI, memiliki peluang yang bagus tahun ini," ujar Nafan.
Panen pembayaran
Dalam risetnya awal April, Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya memasang rekomendasi overweight untuk saham-saham emiten konstruksi BUMN. Artinya, investor bisa menambah bobot saham-saham tersebut di portofolio.
Pembentukan holding konstruksi juga diharapkan mendorong kinerja operasional emiten-emiten tersebut. Holding juga akan mengurangi beban biaya dan memperbaiki arus kas emiten.
Dari sisi valuasi, sektor konstruksi masih menarik. Apalagi, sejumlah proyek turnkey akan rampung tahun ini. Dus, arus kas operasional emiten akan membaik. "Kami melihat ini sebagai waktu bagi perusahaan konstruksi memanen dan menerima pembayaran untuk proyek multi tahun mereka," jelas Andrey.
Setidaknya, tujuh proyek dijadwalkan rampung tahun ini, nilainya sekitar Rp 49,4 triliun, atau dua kali lipat dari perolehan 2018. Di sisi lain, keempat emiten BUMN tadi diyakini bisa mengamankan kontrak baru total Rp 170 triliun, naik 35% dari 2018.
Dengan begitu, total proyek yang digarap bernilai Rp 472 triliun atau naik 12% dari 2018. Pilihan Andrey, buy untuk WSKT dengan target harga Rp 2.700, WIKA dengan target Rp 2.900, PTPP targetnya di Rp 2.800, serta ADHI di harga Rp 2.000 per saham.