Ekonomi Karbon

Jumat, 03 Desember 2021 | 09:00 WIB
Ekonomi Karbon
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga kata ini makin sering terdengar pasca Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021, yang berakhir November lalu: net zero emissions alias emisi nol bersih. Pemerintah menargetkan Indonesia mencapai net zero emissions di 2060. 

Salah satu strategi pemerintah untuk mengejar target tersebut adalah penyelenggaraan perdagangan emisi karbon. Untuk itu, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon.

Beleid yang berlaku mulai 29 Oktober 2021 ini menyebutkan, perdagangan karbon menggunakan dua mekanisme: perdagangan emisi dan offset emisi.

Penerbitan Perpres itu juga merupakan tonggak penting dalam menetapkan arah kebijakan Indonesia menuju net zero emissions.

Sebelum Perpres Nilai Ekonomi Karbon terbit, pemerintah sudah melakukan uji coba perdagangan karbon di sektor pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). PLTU mengambil peran signifikan dalam produksi emisi karbon Indonesia.

Sektor ketenagalistrikan menyumbang emisi karbon 14% dari total emisi nasional. Kontribusi PLTU mencapai 70% emisi karbon sektor kelistrikan.

Ada 80 PLTU yang ikut serta dalam uji coba yang bergulir sejak Maret hingga Agustus 2021. Dalam uji coba ini, pemerintah menetapkan batas intensitas emisi karbon dioksida (CO2) PLTU, tergantung kapasitas.

Batasan ini menentukan jumlah alokasi kuota emisi masing-masing pembangkit. PLTU yang melebihi kuota emisi bisa membeli kuota emisi dari PLTU lain yang memiliki surplus kuota emisi. 

Setelah PLTU, pemerintah berencana melakukan uji coba perdagangan karbon di industri minyak dan gas bumi (migas), khususnya kilang. Industri migas juga penghasil karbon yang terbilang besar. 

Instrumen nilai ekonomi karbon, seperti perdagangan karbon, bisa menjadi momentum bagi first mover advantage penanggulangan perubahan iklim berbasis pasar. Dengan memanfaatkan first mover advantage, Indonesia akan menjadi acuan dan tujuan investasi rendah karbon di berbagai sektor.

Harapannya, investasi hijau global akan berlomba menuju Indonesia di samping sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan pembiayaan hijau berbiaya rendah. Sebab, industri berbasis hijau bakal jadi primadona investasi di masa depan. Ambil contoh, kendaraan listrik

Hanya, selain ada kebijakan yang kuat, perdagangan karbon butuh akuntabilitas dan transparansi.     

Bagikan

Berita Terbaru

Tren Konsumsi Kopi tak Diimbangi Produksi, Indonesia Berisiko Jadi Net Importer
| Kamis, 29 Mei 2025 | 10:47 WIB

Tren Konsumsi Kopi tak Diimbangi Produksi, Indonesia Berisiko Jadi Net Importer

Selain produktivitas yang rendah, upaya peremajaan tanaman kopi yang sudah lama didengungkan juga belum berjalan baik.

Pembangunan Dimulai, Pabrik Bahan Baku Kalbe-Livzon Ditargetkan Beroperasi 2027
| Kamis, 29 Mei 2025 | 10:19 WIB

Pembangunan Dimulai, Pabrik Bahan Baku Kalbe-Livzon Ditargetkan Beroperasi 2027

Pabrik yang dibangun kongsi Kalbe Farma (KLBF) dengan Livzon Group akan memproduksi bahan baku obat, terutama untuk pasar ekspor.

Profit 28,4% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kian Rendah (29 Mei 2025)
| Kamis, 29 Mei 2025 | 08:58 WIB

Profit 28,4% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kian Rendah (29 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (29 Mei 2025) 1.874.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 28,4% jika menjual hari ini.

Kiat Agar Para Pensiunan Bisa Hidup dengan Tenang
| Kamis, 29 Mei 2025 | 08:09 WIB

Kiat Agar Para Pensiunan Bisa Hidup dengan Tenang

Perang dagang antara AS dan China masih simpang siur, sehingga penempatan dana pada instrumen saham kemungkinan bakal diturunkan lagi.

Akankah Rupiah Menguat ke Rp 16.000? Ini Prediksi Kiwoom Sekuritas Indonesia
| Kamis, 29 Mei 2025 | 07:28 WIB

Akankah Rupiah Menguat ke Rp 16.000? Ini Prediksi Kiwoom Sekuritas Indonesia

Lewat Monthly Market Outlook-nya, Kiwoom Sekuritas Indonesia memprediksi rupiah masih berpeluang menguat ke kisaran Rp 16.100–Rp 16.000.

Entitas Usaha PTBA ini Pernah Ungkap Mau IPO, Begini Bisnis dan Targetnya di 2025
| Kamis, 29 Mei 2025 | 06:00 WIB

Entitas Usaha PTBA ini Pernah Ungkap Mau IPO, Begini Bisnis dan Targetnya di 2025

Rencana IPO Satria Bahana Sarana merupakan bagian dari strategi jangka panjang PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

IHSG Turun 0,53% di Pekan Terakhir Tapi Menguat 6,04% Sepanjang Bulan Mei
| Kamis, 29 Mei 2025 | 05:00 WIB

IHSG Turun 0,53% di Pekan Terakhir Tapi Menguat 6,04% Sepanjang Bulan Mei

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.175,82 pada perdagangan terakhir Mei, Rabu (28/5). 

Stimulus Ekonomi dan Tantangan Kinerja BUMN
| Kamis, 29 Mei 2025 | 04:00 WIB

Stimulus Ekonomi dan Tantangan Kinerja BUMN

Pemerintah berencana memberikan berbagai stimulus ekonomi melalui enam paket guna menjaga daya beli masyarakat dan meningkatkan konsumsi domestik.

Menahan Laju Deindustrialisasi
| Rabu, 28 Mei 2025 | 14:55 WIB

Menahan Laju Deindustrialisasi

Hal krusial yang harus diperhatikan pemerintah adalah kepastian hukum dalam kegiatan investasi bagi investor domestik maupun asing.

Konsumsi atau Kerja?
| Rabu, 28 Mei 2025 | 14:38 WIB

Konsumsi atau Kerja?

Sekarang ini dalam beberapa bulan terakhir, konsumsi domestik kita di bawah 55% produk domestik bruto. 

INDEKS BERITA

Terpopuler