Ekonomi Mulai Pulih, Laba Perusahaan Pelayaran Dunia Ini Naik hingga 10 Kali Lipat

Kamis, 12 Agustus 2021 | 16:58 WIB
Ekonomi Mulai Pulih, Laba Perusahaan Pelayaran Dunia Ini Naik hingga 10 Kali Lipat
[ILUSTRASI. Tumpukan peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (22/7/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - FRANKFURT. Perusahaan pelayaran peti kemas Jerman Hapag-Lloyd, Kamis (12/8), mengatakan, kapasitas pengiriman tetap ketat di tahun ini. Tingginya bisnis runaway freight telah mendorong laba bersih Hapag Llyod dalam enam bulan pertama tahun hampir 10 kali lipat.

Antrian dalam infrastruktur logistik terjadi karena waktu tunggu pelabuhan yang diperpanjang, akibat kekurangan tenaga kerja dan kemacetan lalu lintas. Ini menyebabkan waktu pengembalian peti kemas kosong tertunda.

“Ekonomi dunia mulai pulih dan itu meningkatkan permintaan, yang bertepatan dengan pelabuhan yang tersumbat akibat krisis virus corona,” tutur kepala eksekutif Hapag Lloyd, Rolf Habben Jansen. “Ada ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan dan itu sebabnya tetap ketat,” imbuh dia.

 Baca Juga: Harga minyak tergelincir, kekhawatiran banjir pasokan kembali muncul

Perusahaan pelayaran terbesar kelima di dunia itu, melaporkan laba bersih untuk semester pertama sebesar 2,7 miliar euro, atau setara Rp 45,8 triliun, melonjak jauh dibanding hasil di periode sama tahun sebelumnya, 285 juta euro (Rp 4,8 triliun).

Kemacetan dalam rantai pasokan memang meningkatkan tarif pengiriman dan pendapatan, namun tidak demikian dengan volume. Hapag Lloyd memprediksi peningkatan volume hanya beberapa persen dalam setahun penuh, setelah membukukan kenaikan volume sebesar 4% pada Januari-Juni.

Hapag-Lloyd memesan selusin kapal kontainer besar pada bulan Desember dan Juni, yang baru akan tiba antara akhir 2022 dan hingga 2024.

Peti kemas baru yang dipesan awal tahun ini, sudah mengalir masuk. Dan, jumlah pesanan yang tiba akan meningkat di kuartal keempat, tutur Jansen. Namun, Hapag Llyod tetap tak mampu memenuhi semua permintaan transportasi yang mengalir masuk.

Baca Juga: Pelayaran Nelly Dwi Putri (NELY) bagikan dividen interim 2021 total Rp 11,75 miliar

Laba semester pertama Hapag-Lloyd sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) naik 52% year-on-year (yoy) menjadi 3,5 miliar euro (Rp 59,1 triliun) dan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) naik 21% yoy menjadi 2,9 miliar euro (Rp 49 triliun)

Pendapatan meningkat 51% yoy menjadi 8,8 miliar euro (Rp 148,6 triliun).

Tarif angkutan meningkat 46% menjadi US$1.612 per 20-kaki setara standar unit kontainer (TEU) dan biaya bahan bakar turun 6% menjadi US$421 per ton.

Hapag-Lloyd mempertahankan target EBITDA dan EBIT yang lebih tinggi pada tahun 2021. Pesaingnya yang lebih besar, Maersk, juga mengangkat prospek pendapatan 2021.

Selanjutnya: Tertopang Pesanan Apple, Laba Bersih Foxconn Kuartal II Terungkit Hingga 30% Yoy

 

Bagikan

Berita Terbaru

Pelemahan Harga Properti, CTRA dan SMRA Tahan Banting dan Lebih Bisa Beradaptasi
| Senin, 17 November 2025 | 09:57 WIB

Pelemahan Harga Properti, CTRA dan SMRA Tahan Banting dan Lebih Bisa Beradaptasi

Survei harga properti BI menunjukkan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer melambat, hanya naik 0,84% YoY hingga kuartal III-2025

Strategi Transformasi ASSA Berbuah Manis: Laba Melonjak, Saham Direkomendasikan Buy
| Senin, 17 November 2025 | 08:30 WIB

Strategi Transformasi ASSA Berbuah Manis: Laba Melonjak, Saham Direkomendasikan Buy

Laba bersih PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) melompat didorong bisnis logistik dan penjualan kendaraan bekas.

Daya Beli Konsumen bisa Menguat, Saham Ritel AMRT dan MIDI Siap Tancap Gas?
| Senin, 17 November 2025 | 08:09 WIB

Daya Beli Konsumen bisa Menguat, Saham Ritel AMRT dan MIDI Siap Tancap Gas?

Menjelang momen musiman Nataru, kinerja emiten ritel modern seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) diprediksi menguat.

Dana Kelolaan Reksadana Pecah Rekor Rp 621 Tiliun, Aset Defensif jadi Andalan
| Senin, 17 November 2025 | 08:00 WIB

Dana Kelolaan Reksadana Pecah Rekor Rp 621 Tiliun, Aset Defensif jadi Andalan

Tujuh tahun mentok di sekitar Rp 500-an triliun, akhirnya dana kelolaan industri reksadana tembus level Rp 600 triliun.  

Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun
| Senin, 17 November 2025 | 06:45 WIB

Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun

Berdasarkan catatan salah satu mitra distribusi, Bibit, ST015 tenor dua tahun ST015T2 mencatatkan penjualan lebih banyak

Prospek Ekonomi Global Mendongkrak Logam Industri
| Senin, 17 November 2025 | 06:30 WIB

Prospek Ekonomi Global Mendongkrak Logam Industri

Harga logam industri terangkat oleh kombinasi sentimen makro yang membaik serta tekanan pasokan global yang belum mereda.

Rupiah Pekan Ini Menanti Data Ekonomi
| Senin, 17 November 2025 | 06:15 WIB

Rupiah Pekan Ini Menanti Data Ekonomi

Rupiah menguat 0,13% secara harian ke level Rp 16.707 per dolar AS pada Jumat (14/11). Namun, dalam sepekan lalu, rupiah melemah 0,10%. 

Jalan Tengah UMP 2026
| Senin, 17 November 2025 | 06:14 WIB

Jalan Tengah UMP 2026

Negara ini butuh upah yang layak dan iklim usaha yang sehat. Keduanya bisa berjalan jika semua pihak bersedia mendekat ke tengah.

Laju Kredit Valuta Asing di Bank Kian Melemah
| Senin, 17 November 2025 | 06:10 WIB

Laju Kredit Valuta Asing di Bank Kian Melemah

Keputusan bank milik Danantara menaikkan bunga deposito USD menjadi 4% masih mengundang tanya. Pasalnya, permintaan kredit valas masih melambat​

Punya Modal Besar, Sejumlah Bank Berpeluang Melakukan Akuisisi
| Senin, 17 November 2025 | 06:10 WIB

Punya Modal Besar, Sejumlah Bank Berpeluang Melakukan Akuisisi

Jika melihat kondisi permodalan bank-bank menengah dan besar, ada sejumlah bank yang punya ruang lebar melakukan akuisisi.​

INDEKS BERITA

Terpopuler