Emiten Belum Menikmati Penuh Kenaikan Tinggi Harga Batubara

Kamis, 10 Maret 2022 | 07:00 WIB
Emiten Belum Menikmati Penuh Kenaikan Tinggi Harga Batubara
[]
Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga batubara yang mencapai 210% tahun ini tidak serta merta dinikmati emiten batubara. Perusahaan batubara masih menjajakan batubara dengan harga kontrak yang lama.

Corporate Secretary PT Indika Energy Tbk (INDY) Ricky Fernando menyebut, tidak semua kontrak bisa menikmati harga saat ini. Pasalnya, setiap kontrak memiliki formula harga jual berbeda-beda.

Kata Ricky, ada kontrak yang mengenakan harga saat pengiriman, ada juga yang menggunakan harga jual rata-rata (ASP) tiga sampai enam bulan terakhir. "Saat ini perhitungan ASP masih dikonsolidasikan secara internal," ujar Ricky, Selasa (8/3).

Yang jelas, di tengah kenaikan harga batubara saat ini, INDY tetap fokus mengejar target yang telah ditentukan. Produksi INDY di tahun 2022 ditargetkan mencapai 35,8 juta ton. Dengan perincian sebanyak 34 juta ton untuk anak usaha Kideco dan 1,8 juta ton untuk Multi Tambangjaya Utama.

Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava menambahkan, efek kenaikan harga komoditas batubara biasanya baru terasa satu kuartal berikutnya. "Harga baru untuk ekspor mungkin akan tercermin di kuartal berikutnya," kata dia.

Tanpa menyebut kisaran ASP saat ini, Dileep mengatakan, harga jual batubara BUMI pada kuartal I tahun ini sudah menanjak. Sebagai gambaran, September lalu, ASP BUMI lebih tinggi 39% secara tahunan. "Jadi, seharusnya masih akan lebih tinggi di kuartal I-2022 dan akan lebih baik di kuartal II 2022," jelas dia.

BUMI juga akan menggenjot produksinya setelah terpengaruh hujan lebat akibat efek La Nina. "Hingga tutup tahun, BUMI menargetkan volume produksi batubara sebanyak 85 juta-90 juta ton, lebih tinggi dibanding volume produksi 2021 di 78 juta ton-80 juta ton," kata Dileep.

Analis B-Trade Raditya Pradana memperkirakan, potensi kenaikan ASP dengan situasi saat ini secara konservatif mencapai dua digit. Ia menilai, selama harga batubara menguat, saham emiten batubara juga masih berpotensi naik. "Namun saat ini, kami menyarankan investor take profit dan buyback lagi ketika harga terkoreksi," kata dia.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku
| Jumat, 22 November 2024 | 15:14 WIB

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku

Kepemilikan Prajogo Pangestu dalam emiten Gozco Group, diakitkan dengan investasi Gozco di PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB),  

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI
| Jumat, 22 November 2024 | 14:33 WIB

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI

Dua nama calon menteri Donald Trump yang pro energi fosil, yakni Doug Burgum calon Menteri Dalam Negeri dan Chris Wright calon Menteri Energi.

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal
| Jumat, 22 November 2024 | 09:50 WIB

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal

Tahun ini BPDPKS menargetkan setoran pungutan ekspor sawit sebesar Rp 24 triliun, turun dari target awal

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan
| Jumat, 22 November 2024 | 09:32 WIB

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan

Ribuan masyarakat Indonesia menandatangani petisi yang menolak rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12% tersebut

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana
| Jumat, 22 November 2024 | 09:14 WIB

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana

Menurut Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto, tax amnesty tidak bisa diterapkan terus-menerus dalam waktu singkat

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru
| Jumat, 22 November 2024 | 09:12 WIB

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru

Kendati harga saham pendatang baru sudah naik tinggi hingga ratusan persen, waspadai pembalikan arah

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD
| Jumat, 22 November 2024 | 08:58 WIB

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2024 bisa melebar jadi 0,9% PDB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 08:52 WIB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun

PT Wika Beton Tbk (WTON) memperkirakan, hingga akhir 2024 ini nilai kontrak baru hanya akan mencapai ke Rp 6 triliun.

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

Mimpi ke Piala Dunia
| Jumat, 22 November 2024 | 08:00 WIB

Mimpi ke Piala Dunia

Indonesia harus mulai membuat cetak biru pengembangan sepakbola nasional yang profesional agar mimpi ke Piala Dunia jadi kenyataan.

INDEKS BERITA

Terpopuler