Emiten Properti Ini Memacu Recurring Income

Kamis, 25 Juli 2019 | 06:02 WIB
Emiten Properti Ini Memacu Recurring Income
[]
Reporter: Andy Dwijayanto, Harry Muthahhari | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten properti terus menggenjot pertumbuhan pendapatan berulang alias recurring income pada tahun ini. Strategi tersebut demi menjaga kinerja di tengah belum pulihnya pasar properti dan semakin terbatasnya ketersediaan cadangan lahan (landbank).

Sejumlah emiten properti masih meyakini pemasukan dari segmen recurring income bakal meningkat selama semester kedua tahun ini. Optimisme tersebut lantaran situasi politik setelah pemilu relatif stabil. Maklumlah, selama masa pesta demokrasi lima tahunan itu, banyak investor yang memilih wait and see, sehingga berdampak pada lesunya pasar properti dan bisnis emiten terkait.

Nah, untuk memuluskan strategi pendapatan berulang, manajemen PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) bakal mengoptimalkan pendapatan sewa. Adapun sumber pendapatan sewa berasal dari pusat perbelanjaan, perkantoran, apartemen dan sewa tanah.

Wakil Direktur Utama PT Metropolitan Kentjana Tbk, Jeffri S Tanudjaja, mengungkapkan, hingga semester pertama tahun ini pendapatan dari segmen penyewaan berkisar antara Rp 600 miliar sampai dengan Rp 700 miliar. "Angka tersebut masih di luar pendapatan lain-lain," ungkap dia kepada KONTAN, Rabu (24/7).

Namun Jeffri mengaku tidak mengetahui secara mendetail berapa angka persis pendapatan sewa. Adapun penjualan hingga semester I 2019 tercatat sebesar Rp 100 miliar. "Kami mengharapkan kondisi politik stabil dan regulasi baru bisa mendorong bisnis properti menjadi lebih baik," ucap dia.

Berdasarkan laporan keuangan MKPI pada semester I 2018, pengembang kawasan Pondok Indah ini meraup pendapatan sewa antara lain dari pusat perbelanjaan sebesar Rp 394,97 miliar, perkantoran Rp 120,75 miliar, apartemen 70,89 miliar serta tanah Rp 16 miliar. Total pendapatan sewa MKPI di sepanjang semester pertama tahun lalu mencapai Rp 605,56 miliar.

Sedangkan di kuartal pertama tahun ini, MKPI meraup pendapatan sewa sebesar Rp 325,6 miliar. Porsi itu berasal dari pusat perbelanjaan senilai Rp 208,44 miliar, perkantoran Rp 62,94 miliar, apartemen Rp 33,62 miliar, tanah sebesar Rp 8,85 miliar dan hotel Rp 11,75 miliar.

Kenaikan okupansi

Manajemen PT Intiland Development Tbk (DILD) juga meyakini pendapatan recurring income akan mengalir lebih deras di enam bulan terakhir tahun ini. Mereka memproyeksikan pendapatan berulang pada tahun ini tumbuh 5%-10%.

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk, Archied Noto Pradono, menjelaskan ada kenaikan pendapatan berulang dari peningkatan okupansi proyek South Quarter Office. "Kira-kira kontribusi terhadap total pendapatan 2019 sebesar 20% ," kata dia kepada KONTAN, kemarin.

Di samping kenaikan okupansi, Archied menyebutkan, potensi pertumbuhan pendapatan berulang DILD akan berasal dari kenaikan harga berdasar kontrak sewa.

Namun kenaikan tersebut belum bisa dihitung pada semester I 2019. Akan tetapi hingga akhir tahun nanti, efek kenaikan bisa dirasakan lantaran pendapatan berulang bersifat kontrak. Cuma, belum bisa diakui tanpa melewati masa waktu sewa.

Sebelumnya Archied memastikan kinerja pada tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu, walaupun bakal kehilangan beberapa momentum karena Pilpres. Tahun ini, DILD akan lebih konservatif dalam memasang target.

Pada tahun lalu, Intiland Development mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,55 triliun. Adapun laba bersihnya sebesar Rp 203,67 miliar. Intiland menargetkan kontribusi recurring income tahun ini sebesar 25%. Adapun sepanjang tahun lalu, pendapatan berulang berkontribusi sekitar 23% atau Rp 596 miliar dari total pendapatan yang sebesar Rp 2,6 triliun. Sedangkan sisanya berasal dari penjualan proyek lain.

Strategi mengeduk pendapatan berulang juga ditempuh PT Urban Jakarta Propertindo Tbk (URBN). Bukan hanya membangun dan menjual proyek baru, Urban Jakarta juga berencana mengumpulkan recurring income dari ruang komersial. "Kami akan menyewakan ruang-ruang komersial termasuk co-working space," ungkap Tri Rachman Batara, Direktur Pengembangan Bisnis URBN.

Saat ini, URBN bersiap mengoperasikan sendiri area komersial di empat proyek mereka. Namun tidak menutup kemungkinan URBN menggandeng operator profesional bila lebih menguntungkan berdasarkan pertimbangan operasional dan komersial.

Tri bilang, setelah seluruh area komersial terbangun dan produktif, manajemen berharap dalam lima tahun hingga 10 tahun ke depan pendapatan recurring income bisa mencapai 40% dari total pendapatan. Tahun ini, URBN mengucurkan Rp 362,1 miliar untuk akuisisi lahan di Kramat Jati, Jakarta Timur.

Bagikan

Berita Terbaru

Intiland Development (DILD) Fokus Jual Produk Properti Siap Huni
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 09:50 WIB

Intiland Development (DILD) Fokus Jual Produk Properti Siap Huni

Di tengah lesunya sektor properti, DILD bakal fokus melanjutkan sejumlah program promosi yang sudah berjalan pada paruh kedua tahun ini

Sektor Konsumer Dihimpit Daya Beli, Sahamnya Cocok Buat Investor Menengah-Panjang
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 08:48 WIB

Sektor Konsumer Dihimpit Daya Beli, Sahamnya Cocok Buat Investor Menengah-Panjang

Ada peluang perbaikan kinerja sektor konsumer di kuartal IV-2025 seiring momen musiman Natal dan Tahun Baru.

Ini Aset Kripto yang Paling Cepat Rebound Usai Sempat Crash Gara-Gara Ulah Trump
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 08:10 WIB

Ini Aset Kripto yang Paling Cepat Rebound Usai Sempat Crash Gara-Gara Ulah Trump

WLFI, Aster, dan Sonic Labs mendapatkan perhatian karena tindakan konkret mereka dalam menstabilkan pasar lewat buyback.

P2P Lending Dana Syariah Indonesia Urung Buka Kembali Kantornya, Investor Gigit Jari
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 07:45 WIB

P2P Lending Dana Syariah Indonesia Urung Buka Kembali Kantornya, Investor Gigit Jari

Aktivitas karyawan dan layanan operasional Danasyariah saat ini masih dilakukan secara daring hingga waktu yang akan diinformasikan lebih lanjut.

Trump dan AS Jadi Pusat Ketidakpastian, Harga Emas Dunia Berpotensi Cetak Rekor Baru
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 07:40 WIB

Trump dan AS Jadi Pusat Ketidakpastian, Harga Emas Dunia Berpotensi Cetak Rekor Baru

Dalam skenario optimis. harga emas bahkan bisa mencapai US$ 5.000 jika faktor pendorong seperti permintaan bank sentral terus menguat. 

Rumor Masuknya Happy Hapsoro Menyulut Saham GZCO, Fundamental dan Prospek Memang Oke
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 06:59 WIB

Rumor Masuknya Happy Hapsoro Menyulut Saham GZCO, Fundamental dan Prospek Memang Oke

Dalam jangka pendek saham GZCO berpotensi menguji area psikologis 300 namun investor disarankan tetap waspada.

Pelemahan Rupiah Tertahan Data Ekonomi Tiongkok
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 06:45 WIB

Pelemahan Rupiah Tertahan Data Ekonomi Tiongkok

Rupiah melemah tipis terhadap dolar AS di tengah sentimen risk off oleh kekhawatiran eskalasi perang dagang.

Menyeimbangkan Portofolio Investasi di Tengah Ketidakpastian Tinggi di Kuartal IV
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 06:30 WIB

Menyeimbangkan Portofolio Investasi di Tengah Ketidakpastian Tinggi di Kuartal IV

Pada akhir kuartal  tahun ini, pelaku pasar kembali dihadapkan pada volatilitas tinggi akibat dinamika global dan arah kebijakan moneter.

Waspadai Efek Negatif Penyerapan Pesat Dana SAL dalam Waktu Singkat
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 06:20 WIB

Waspadai Efek Negatif Penyerapan Pesat Dana SAL dalam Waktu Singkat

Realisasi penyerapan dana SAL  dalam kredit sudah signifikan menimbulkan kekhawatiran sejumlah pihak. ​

Bidik Lelang SUN Rp 180 Triliun di Kuartal IV
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 06:18 WIB

Bidik Lelang SUN Rp 180 Triliun di Kuartal IV

Namun demikian, target lelang SUN tersebut lebih rendah dibanding hasil pada kuartal-kuartal sebelumnya pada tahun ini

INDEKS BERITA

Terpopuler