Berita Bisnis

Emiten Tambang Ramai-ramai Menjajal Bisnis Batubara Kokas

Selasa, 27 November 2018 | 09:21 WIB
Emiten Tambang Ramai-ramai Menjajal Bisnis Batubara Kokas

ILUSTRASI. PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS)

Reporter: Yoliawan H | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen batubara mulai melirik batubara kokas (coking coal) untuk mengatasi pelemahan harga batubara. Teranyar, Grup Sinarmas juga ikut masuk ke bisnis batubara untuk industri baja ini.

Induk PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS), Golden Energy and Resources Limited (GEAR), pada pertengahan bulan ini mengumumkan akuisisi tambang coking coal milik Stanmore Coal di Australia senilai US$ 202 juta.
 
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sudah lebih dulu memiliki tambang batubara dengan kalori di atas 7.000 kal/gr itu. Di awal tahun ini, ADRO bersama EMR Capital Ltd (EMR) merampungkan akuisisi kepemilikan Rio Tinto atas 80% saham Kestrel Coal Mine.
 
Nilai akuisisi mencapai US$ 2,6 miliar, atau setara Rp 36,4 triliun. Akuisisi ini melengkapi tambang coking coal yang sudah dimiliki ADRO.
 
Sebelumnya, ADRO sudah memiliki tambang coking coal di Kalimantan melalui Adaro MetCoal Companies (AMC). "Permintaan batubara kokas akan meningkat di masa mendatang," ujar Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira kepada KONTAN, Senin (26/11).
 
Per kuartal tiga tahun ini, produksi AMC mencapai 24.000 ton, naik 7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan di sembilan bulan pertama, akumulasi produksinya naik 27% menjadi 86.000 ton.
 
Harga lebih menarik
 
Secara umum, makin tinggi kalori batubara, makin mahal pula harganya. Artinya, makin tinggi harga, makin besar pula peluang meraup untung.
 
Terlebih, pemintaan coking coal bakal terus meningkat, seiring dengan tingginya permintaan baja. Tak heran, para pemain batubara saat ini memaksimalkan produksi coking coal.
 
Analis BCA Sekuritas Prasetya Gunadi memperkirakan tambang Kestrel bisa memproduksi 5 juta ton coking coal per tahun. "ADRO diperkirakan bisa memperoleh tambahan keuntungan US$ 40 juta per tahun dari tambang Kestrel," tulis dia dalam riset 15 November.
 
Menyadari potensi tersebut, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tak mau ketinggalan. Secara perlahan, PTBA ingin memperbesar porsi produksi batubara dengan kalori yang lebih tinggi. Cuma memang, ini bukan coking coal, melainkan batubara termal kalori tinggi, di atas 6.000 kal/gr. "Harga batubara high kalori lebih tinggi," ujar Sekretaris Perusahaan PTBA Suherman.
 
Saat ini, dari total produksi 24 juta ton batubara PTBA, sebesar 500.000 ton merupakan batubara kalori tinggi. Tahun ini ditargetkan produksi batubara itu mencapai 1 juta ton. Sedangkan untuk tahun depan target produksi bakal naik hingga 5 juta ton.
 
Dari sektor batubara, Prasetya bullish dengan saham ADRO. Dia merekomendasikan buy dengan target harga Rp 2.700 per saham. Kemarin, saham ADRO turun 20 poin ke level Rp 1.275 per saham.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru