Gunung Raja Paksi (GGRP) Angkat Dua Direktur dari Perusahaan Baja Terbesar China
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) tengah berupaya menggenjot kinerja operasionalnya.
Namun, strategi yang ditempuh oleh produsen pelat dan gulungan baja itu berbeda dengan yang umumnya digunakan perusahaan lain.
GGRP meneken perjanjian kerja sama manajemen operasional dengan B&C International Operations Management Co.
Lewat kerjasama tersebut, perusahaan baja asal China, yakni Baowu Group akan menempatkan dua pejabat seniornya untuk memegang jabatan Direktur Operasional dan Direktur Teknik PT Gunung Raja Paksi Tbk.
"Pengangkatannya akan dilaksanakan pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 10 Februari 2020," kata Leonardus Salim, Corporate Secretary PT Gunung Raja Paksi Tbk dalam keterbukaan informasi pada 23 Januari 2020.
Baca Juga: Gunung Raja Paksi (GGRP) mengevaluasi target kinerja tahun 2019
Oh ya, kerjasama operasi bernilai sekitar US$ 10,46 juta ini sudah diteken pada 31 Desember 2019 lalu.
B&C International Operations Management Co., merupakan perusahaan yang dibentuk oleh CISDI Group Co. Ltd., dan Baowu Group.
Sementara CISDI adalah salah satu entitas bisnis milik BUMN China, yakni China Metallurgical Group Corporation (MCC Group) melalui China Minmetals, dikutip dari situs resmi CISDI.
Terbesar di dunia
Sedangkan Baowu Group merupakan perusahaan baja terbesar di China, dan terbesar kedua di dunia.
Ini berkat catatan kapasitas produksi yang mencapai sekitar 90 juta ton, seiring serangkaian restrukturisasi beberapa perusahaan baja China.
Perihal kerja sama operasional dan manajemen dengan perusahaan baja China sebetulnya sudah diungkapkan Alouisius Maseimilian, Direktur Utama PT Gunung Raja Paksi Tbk saat pencatatan perdana saham GGRP September 2019 lalu.
GGRP melantai di bursa saham pada 19 September 2019.
Baca Juga: Dirut Gunung Raja Paksi Alouisius Maseimilian: Sukses Investasi Bermodal Keyakinan
Kala itu GGRP melepas 1,23 miliar saham dengan harga perdana Rp 840 per saham.
Sekitar 99,52% digunakan untuk melunasi utang pembelian aset tetap dan biaya operasi. Sisanya, digunakan untuk modal kerja.
Sayangnya, usai initial public offering (IPO), harga saham GGRP terus merosot.
Pada 24 Januari 2020 pukul 09.03 WIB, harga sahamnya ada di Rp 474, anjlok 43,57% dari posisi harga perdana.