Harga Batubara Masih Sulit Melesat

Sabtu, 09 Maret 2019 | 05:21 WIB
Harga Batubara Masih Sulit Melesat
[]
Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinyal perlambatan ekonomi global menyeret harga batubara. Kemarin, harga batubara kontrak pengiriman April 2019 di ICE Futures melemah 0,73% menjadi US$ 95,50 per metrik ton. Sementara bila dihitung dalam sepekan, harga komoditas ini sudah terdepresiasi 1,55%.

Menurut Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar, pelemahan harga batubara global terjadi setelah European Central Bank (ECB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi zona Eropa.

Seperti diketahui, dalam pidatonya, Gubernur ECB Mario Draghi menyebut proyeksi pertumbuhan ekonomi Eropa di tahun ini hanya sekitar 1,1%. Angka ini lebih rendah 0,6% dibanding proyeksi ECB di tiga bulan lalu. Pemangkasan target pertumbuhan ekonomi ini termasuk yang terbesar yang pernah dilakukan ECB.

Draghi juga menyampaikan, ECB akan tetap menjalankan kebijakan suku bunga rendah. ECB mempertahankan suku bunga di level -0,4% setidaknya sampai akhir tahun.

Tambah lagi, kawasan Eropa juga masih berhadapan dengan masalah rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa atawa Brexit. Bila masalah penyelesaian Brexitberlalu, ekonomi Eropa juga bisa terkena dampaknya. "Kebutuhan industri terhalang dan menjadi beban akibat masalah Brexit," kata Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka, kemarin.

Sinyal perlambatan ekonomi bukan cuma tampak di kawasan zona euro. Ibrahim menyebut, sebelumnya pemerintah China juga telah menurunkan target pertumbuhan ekonominya menjadi 6%–6,5% tahun ini.

Dengan pemangkasan proyeksi ekonomi tersebut, pelaku pasar mengkhawatirkan permintaan komoditas akan menurun, tak terkecuali batubara. "Perlambatan ekonomi saat ini sudah terjadi secara menyeluruh," kata Ibrahim.

Sebenarnya, selain masalah pemangkasan pertumbuhan ekonomi, masalah lingkungan hidup juga masih membayangi harga batubara. Buat informasi, baru-baru ini Belanda menutup satu dari lima pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara.

Negeri kincir angin ini memang telah menargetkan tidak lagi menggunakan batubara sebagai sumber energi dan bahan utama pembangkit listrik pada 2030 mendatang. Hal ini seperti tercantum dalam kesepakatan koalisi partai pemenang pemilu 2017. "Tak hanya Belanda, ini juga terjadi di Inggris sebagai cara untuk melanjutkan kampanye perlindungan iklim usai Perjanjian Paris 2015 silam," jelas Deddy, kemarin.

Selain itu, secara umum permintaan batubara akan cenderung menurun. Penyebabnya adalah faktor pergantian musim.

Para analis menyebut, secara historikal, permintaan komoditas yang menjadi bahan bakar atau sumber energi biasanya meningkat menjelang musim dingin. Sebaliknya, ketika musim dingin berakhir, permintaan kembali berkurang. Saat ini, dunia mulai memasuki musim semi. Karena itu, permintaan batubara juga merosot.

Dengan demikian, Deddy melihat masih cukup sulit bagi harga batubara untuk naik kembali dalam jangka pendek. "Memang ada pembukaan pasar impor batubara di India, permintaan dari Vietnam juga bisa saja menjadi katalis. Namun, belum terlalu positif," terang dia.

Apalagi, meski sejumlah negara menaikkan permintaan batubara, China justru membuat kebijakan melarang pasokan batubara dari Australia masuk. Padahal China merupakan pembeli utama impor batubara Australia. Sebanyak 89 juta per metrik ton batubara diekspor Australia ke China pada 2018 lalu.

Harga batubara juga masih terkena sentimen negatif perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. "Jika permasalahan perang dagang belum usai dan belum menemui sebuah kesepakatan yang pasti, sangat sulit melihat harga batubara bisa naik kembali," ujar Ibrahim.

Bagikan

Berita Terbaru

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku
| Jumat, 22 November 2024 | 15:14 WIB

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku

Kepemilikan Prajogo Pangestu dalam emiten Gozco Group, diakitkan dengan investasi Gozco di PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB),  

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI
| Jumat, 22 November 2024 | 14:33 WIB

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI

Dua nama calon menteri Donald Trump yang pro energi fosil, yakni Doug Burgum calon Menteri Dalam Negeri dan Chris Wright calon Menteri Energi.

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal
| Jumat, 22 November 2024 | 09:50 WIB

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal

Tahun ini BPDPKS menargetkan setoran pungutan ekspor sawit sebesar Rp 24 triliun, turun dari target awal

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan
| Jumat, 22 November 2024 | 09:32 WIB

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan

Ribuan masyarakat Indonesia menandatangani petisi yang menolak rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12% tersebut

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana
| Jumat, 22 November 2024 | 09:14 WIB

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana

Menurut Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto, tax amnesty tidak bisa diterapkan terus-menerus dalam waktu singkat

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru
| Jumat, 22 November 2024 | 09:12 WIB

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru

Kendati harga saham pendatang baru sudah naik tinggi hingga ratusan persen, waspadai pembalikan arah

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD
| Jumat, 22 November 2024 | 08:58 WIB

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2024 bisa melebar jadi 0,9% PDB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 08:52 WIB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun

PT Wika Beton Tbk (WTON) memperkirakan, hingga akhir 2024 ini nilai kontrak baru hanya akan mencapai ke Rp 6 triliun.

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

Mimpi ke Piala Dunia
| Jumat, 22 November 2024 | 08:00 WIB

Mimpi ke Piala Dunia

Indonesia harus mulai membuat cetak biru pengembangan sepakbola nasional yang profesional agar mimpi ke Piala Dunia jadi kenyataan.

INDEKS BERITA

Terpopuler