Harga Logam Mulia Tertekan Tren Kenaikan Suku Bunga

Senin, 04 Juli 2022 | 04:20 WIB
Harga Logam Mulia Tertekan Tren Kenaikan Suku Bunga
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren negatif harga komoditas logam mulia diperkirakan kembali berlanjut pada kuartal III-2022. Harga komoditas logam mulia yang melemah pada kuartal II-2022, berdampak pada kinerja di sepanjang tahun ini. 

Perak menjadi logam mulia yang harganya turun paling dalam. Di kuartal dua lalu, harga perak turun 18,19%,. Akibatnya, secara year to date (ytd), harga perak turun 13%. Sementara itu, logam mulia yang masih mencatatkan kenaikan harga secara year to date adalah paladium, yang naik 1,86% (lihat tabel). 

Jenis komoditas Akhir 2021 Maret Juni  Q1 Q2 YTD
Emas  1.829,20 1.937,44 1.807,27 5,92% -6,72% -1,2%
Paladium 1.904,84 2.268 1.940,22 19,07% -14,45% 1,86%
Platinum 968,74 986,25 896,71 1,81% -9,08% -7,44%
Perak  23,31 24,79 20,28 6,35% -18,19% -13,00%

Sumber: Bloomberg

Baca Juga: Memoles Portofolio Investasi di Semester II, Tetap Waspadai Volatilitas

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim menilai, potensi kenaikan suku bunga The Fed 75 bps Juli ini membuat spekulan khawatir. Pasalnya, indeks dollar Amerika Serikat (AS) berada dalam tren penguatan, sehingga logam mulia tertekan. 

Harga emas turun 1,2% di semester I ke US$ 1.807,27 per ons troi, Sepanjang kuartal dua lalu, harga emas turun 6,72% setelah naik 5,92% di kuartal satu. 

Ibrahim memperkirakan, The Fed masih akan agresif, mengingat Rusia menghentikan ekspor gas dan minyak. Kondisi ini memicu tingginya harga komoditas energi dan membuat inflasi melonjak. "Selama sikap The Fed masih agresif, sulit emas kembali menguat," ujar dia. 

Ibrahim menyebut, harga logam mulia mungkin akan kembali naik pada akhir 2022. Ia yakin, sikap agresif The Fed akan membuat inflasi mereda, tapi memicu terjadinya resesi ekonomi. "Bunga naik secara agresif dan tidak diiringi pertumbuhan ekonomi maka akan memicu resesi. Dari situ, emas akan kembali jadi incaran sebagai safe haven," proyeksi dia.

Baca Juga: Ingin Tekan Defisit Perdagangan, India Naikkan Bea Masuk Emas

Menurut Ibrahim, kenaikan emas akan mengangkat harga komoditas logam mulia lainnya. Namun, paladium dan platinum secara fundamental memang kurang solid, mengingat permintaan cenderung lemah akibat lesunya industri otomotif dan mobil listrik dengan kondisi saat ini.

Founder Traderindo.com Wahyu Laksono pun sepakat mengatakan jika potensi perlambatan ekonomi justru memicu emas kembali menjadi safe haven. Sementara itu komoditas logam mulia lainnya seperti perak, palladium dan platinum, yang digunakan untuk kebutuhan industri, justru diselimuti outlook suram seiring perlambatan ekonomi. 

Perak saat ini lebih banyak digunakan untuk pembuatan panel surya dan barang elektronik. Sementara platinum dan paladium yang digunakan untuk bahan baku sistem gas buang industri otomotif. 

Proyeksi Wahyu, harga emas akan berkisar US$ 1.800-US$ 2.000 dan perak di kisaran US$ 18-US$ 23 sampai akhir tahun nanti. Sedang kisaran harga paladium dan platinum sampai akhir tahun nanti di US$ 1.700-US$ 2.300 dan US$ 600 - US$ 1.000.

Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) Jual 11,05 Ton Emas Dalam Lima Bulan Pertama 2022

Bagikan

Berita Terbaru

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia April 2025 Menyusut, Paling Mini Sejak Mei 2020
| Senin, 02 Juni 2025 | 20:50 WIB

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia April 2025 Menyusut, Paling Mini Sejak Mei 2020

Surplus neraca perdagangan bulan April tercatat sebesar US$ 160 juta atau US$ 0,16 miliar, terendah sejak Mei 2020.

Deflasi Bulanan 0,37% pada Mei 2025, Harga Pangan Jadi Pemicu Utama
| Senin, 02 Juni 2025 | 20:37 WIB

Deflasi Bulanan 0,37% pada Mei 2025, Harga Pangan Jadi Pemicu Utama

Meskipun terjadi deflasi secara bulanan, inflasi tahunan atau year-on-year (YoY) pada Mei 2025 tercatat sebesar 1,60%.

Anomali Pergerakan Saham HAJJ, Harganya Terus Terkoreksi di Tengah Musim Haji
| Senin, 02 Juni 2025 | 08:40 WIB

Anomali Pergerakan Saham HAJJ, Harganya Terus Terkoreksi di Tengah Musim Haji

Sejak 21 Mei 2025 hingga menjelang musim haji tahun ini, harga saham PT Arsy Buana Travelindo Tbk (HAJJ) terus bergerak turun.

Profit 30,91% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (2 Juni 2025)
| Senin, 02 Juni 2025 | 08:40 WIB

Profit 30,91% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (2 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (2 Juni 2025) 1.905.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 30,91% jika menjual hari ini.

Tak Mempan Kena Suspensi Sampai Masuk PPK, Harga NICL Terus Naik Hingga All Time High
| Senin, 02 Juni 2025 | 08:08 WIB

Tak Mempan Kena Suspensi Sampai Masuk PPK, Harga NICL Terus Naik Hingga All Time High

Kenaikan harga saham PT PAM Mineral Tbk (NICL) diiringi lonjakan kinerja keuangan yang signifikan sejak tahun buku 2024.

Menimbang Ulang Racikan Portofolio
| Senin, 02 Juni 2025 | 07:40 WIB

Menimbang Ulang Racikan Portofolio

Aset berisiko bisa dipertimbangkan untuk investasi, tapi analis mengingatkan bahwa volatilitas masih cukup tinggi

Kabar Spin-Off Bank BSI dari BMRI Menyeruak, Kelak BRIS Langsung di Bawah Danantara
| Senin, 02 Juni 2025 | 07:31 WIB

Kabar Spin-Off Bank BSI dari BMRI Menyeruak, Kelak BRIS Langsung di Bawah Danantara

Spin-off PT Bank Syariah Indonesia Tbk ditargetkan rampung tahun ini sekaligus akan menjadikan Danantara sebagai pengendali baru BRIS.​

Ruang Pemulihan Saham Sektor Consumer Cyclicals Terbuka Lebar
| Senin, 02 Juni 2025 | 07:29 WIB

Ruang Pemulihan Saham Sektor Consumer Cyclicals Terbuka Lebar

Sektor konsumen nonprimer berpeluang membaik di tengah ekspektasi penurunan suku bunga dan pemulihan daya beli

Emiten Menjaring Pinjaman Bank Bernilai Jumbo
| Senin, 02 Juni 2025 | 07:21 WIB

Emiten Menjaring Pinjaman Bank Bernilai Jumbo

Sejumlah emiten gencar memanfaatkan fasilitas pinjaman atau kredit dari perbankan untuk berbagai keperluan. 

Mengawali Pekan Setelah Libur Panjang, Kurs Rupiah Berpotensi Melemah
| Senin, 02 Juni 2025 | 06:34 WIB

Mengawali Pekan Setelah Libur Panjang, Kurs Rupiah Berpotensi Melemah

Pelemahan pada mata uang garuda terjadi beriringan dengan kenaikan indeks dolar (DXY) selama sepekan.

INDEKS BERITA

Terpopuler