Imbal Hasil Investasi Obligasi Terus Naik

Selasa, 19 Maret 2019 | 07:12 WIB
Imbal Hasil Investasi Obligasi Terus Naik
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar obligasi dalam negeri cukup dahsyat. Berkurangnya risiko global, ditambah perbaikan data ekonomi dalam negeri, membuat indeks obligasi Indonesia kembali memecahkan rekor terbaiknya.

Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Indonesia Composite Bond Index (ICBI) berhasil mencapai level 249,64 pada Senin (18/3). Ini merupakan level tertinggi indeks obligasi Indonesia ini sepanjang masa. Sepanjang tahun ini, ICBI telah tumbuh 3,56%.

Keuntungan berinvestasi di obligasi dalam negeri, baik obligasi pemerintah maupun obligasi korporasi, juga masih terus naik. Ini terlihat dari pergerakan indeks IBPA yang menggambarkan return investasi di obligasi.

Kemarin, INDOBeX Government Total Return, yang menggambarkan return investasi obligasi pemerintah, naik 3,52% sejak awal tahun. Di saat yang sama, INDOBeX Corporate Total Return, yang menggambarkan return investasi obligasi korporasi, naik sekitar 3,78%.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail mengatakan, pasar obligasi dalam negeri bergairah lantaran ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed menipis. Pasalnya, sejumlah data ekonomi Amerika Serikat (AS) kurang memuaskan.

Surplus neraca dagang domestik senilai US$ 330 juta Februari lalu juga memberi sentimen positif. Belum lagi, sebelumnya lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings memastikan peringkat utang Indonesia tetap BBB dengan outlook stabil.

Analis melihat, kinerja ICBI cukup mentereng karena tingginya pertumbuhan indeks obligasi korporasi. Rio Ariansyah, Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management menilai, kinerja indeks saat ini cukup tertolong oleh nilai kupon obligasi korporasi yang lebih tinggi daripada yield surat utang negara (SUN).

Apalagi, pergerakan indeks obligasi pemerintah cenderung fluktuatif akibat besarnya nilai outstanding dan transaksi harian di pasar sekunder. Dari situ, para analis sepakat bahwa saat ini obligasi korporasi memiliki prospek yang menjanjikan bagi para investor.

Mikail menambahkan, semester I-2019 menjadi waktu yang tepat bagi para investor untuk berburu obligasi korporasi. Mengingat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) masih berada di level 6%.

Kecil kemungkinan bagi BI menaikkan suku bunga acuan di tahun ini. Bahkan, potensi penurunan suku bunga acuan jauh lebih besar. Jika itu terjadi, perusahaan yang menerbitkan obligasi korporasi pasti memangkas kupon yang ditawarkan.

Toh, tanpa menunggu suku bunga acuan benar-benar turun, yield SUN sudah lebih dulu turun. Kemarin, yield SUN seri acuan 10 tahun berada di level 7,70%. "Kalau tujuannya hold to maturity, investor sebaiknya masuk dan membeli obligasi korporasi sejak semester pertama. Kalau ditunda, belum tentu investor bisa memperoleh return lebih tinggi," jelas Mikail, Senin (18/3).

Senada, Rio menyebut investor obligasi korporasi mesti pintar-pintar memanfaatkan situasi dan kondisi di pasar. Jika memiliki dana dalam jumlah besar, investor dapat mencicil dengan melakukan pembelian obligasi korporasi secara berkala dari sekarang.

Kemudian, dana yang tersisa dapat dimanfaatkan untuk membeli obligasi korporasi di semester kedua nanti. "Upaya ini bisa dilakukan untuk mengantisipasi jika ternyata masih ada kenaikan suku bunga acuan satu kali lagi di sisa tahun ini," terang Rio.

Di sisi lain, investor juga tak perlu khawatir dengan potensi penurunan penerbitan obligasi korporasi akibat faktor agenda pemilihan presiden. Memang ada potensi perusahaan cenderung menahan diri. Tetapi, bagi perusahaan yang punya kepentingan refinancing, sentimen pilpres bukan halangan.

Sebagai catatan, dalam pemberitaan KONTAN sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) pernah menyebut bahwa surat utang korporasi yang akan jatuh tempo pada tahun ini mencapai sekitar Rp 111 triliun.

Bagikan

Berita Terbaru

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang
| Kamis, 20 November 2025 | 14:00 WIB

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang

Prospek bisnis United Tractors (UNTR) diprediksi menantang hingga 2026, terlihat dari revisi proyeksi kinerja operasional.

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing
| Kamis, 20 November 2025 | 11:07 WIB

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing

Defisit NPI Indonesia berlanjut tiga kuartal berturut-turut. Transaksi berjalan surplus didorong ekspor nonmigas, namun modal finansial defisit.

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret
| Kamis, 20 November 2025 | 09:53 WIB

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret

Realisasi anggaran tiga K/L tercat baru mencapai sekitar 60% dari pagu                              

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter
| Kamis, 20 November 2025 | 09:45 WIB

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter

Kementerian Keuangan akan turut hadir dalam setiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan yang digelar Bank Indonesia

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol
| Kamis, 20 November 2025 | 09:27 WIB

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol

Hingga akhir Oktober 2025, realisasi penerimaan pajak tercatat masih terkontraksi 3,92%                         

Agresif Menambah Armada, Seberapa Menarik Saham MBSS Untuk Dilirik?
| Kamis, 20 November 2025 | 08:15 WIB

Agresif Menambah Armada, Seberapa Menarik Saham MBSS Untuk Dilirik?

Kinerja MBSS diprediksi membaik dengan penambahan kapal. Diversifikasi ke nikel dan utilisasi armada jadi sorotan.

Ekspansi RAJA Kian Agresif di Bisnis Energi, Lewat Jalur Organik dan Non-Organik
| Kamis, 20 November 2025 | 07:50 WIB

Ekspansi RAJA Kian Agresif di Bisnis Energi, Lewat Jalur Organik dan Non-Organik

Seiring rencana akuisisi dan pendirian anak usaha, ekspektasi terhadap saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) tetap terjaga. 

BEI Mengkaji Penyesuaian Efek Redenominasi Rupiah Ke Pasar Saham
| Kamis, 20 November 2025 | 07:34 WIB

BEI Mengkaji Penyesuaian Efek Redenominasi Rupiah Ke Pasar Saham

Saat ini Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengkaji dampak penerapan redenominasi rupiah terhadap perdagangan saham.

Menakar Prospek Saham BNGA Seiring Kinerja Keuangan yang Diprediksi Makin Sehat
| Kamis, 20 November 2025 | 07:33 WIB

Menakar Prospek Saham BNGA Seiring Kinerja Keuangan yang Diprediksi Makin Sehat

Mulai tahun buku 2024, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA( telah menaikkan dividend payout ratio (DPR) menjadi 60%.

ADMR Ekspansi Smelter Aluminium
| Kamis, 20 November 2025 | 07:32 WIB

ADMR Ekspansi Smelter Aluminium

PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) akan mengoperasikan smelter aluminium fase pertama berkapasitas 500.000 ton per tahun

INDEKS BERITA

Terpopuler