Ini Imbauan IMF bagi Negara Berkembang untuk Merespon Kenaikan Bunga di AS

Senin, 10 Januari 2022 | 14:24 WIB
Ini Imbauan IMF bagi Negara Berkembang untuk Merespon Kenaikan Bunga di AS
[ILUSTRASI. Logo International Monetary Fund di kantor pusatnya di Washington, AS, 20 April 2018. REUTERS/Yuri Gripas/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan negara-negara berkembang untuk bersiap mengantisipasi imbas kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) yang lebih cepat dari yang diharapkan. Menurut IMF, langkah Federal Reserve dapat mengguncang pasar keuangan dan memicu arus keluar modal dan depresiasi mata uang di luar negeri.

Dalam posting yang diterbitkan hari ini di blog-nya, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS yang kuat akan berlanjut, dengan inflasi kemungkinan akan moderat di akhir tahun. Pemberi pinjaman global itu akan merilis perkiraan ekonomi global terbarunya pada 25 Januari.

Pengetatan kebijakan moneter AS yang berlangsung secara bertahap dan telah dikomunikasikan dengan baik, kemungkinan akan berdampak kecil terhadap pasar negara berkembang. Permintaan asing akan mengimbangi dampak kenaikan biaya pembiayaan.

Tetapi inflasi upah AS yang berbasis luas atau hambatan pasokan yang berkelanjutan dapat meningkatkan harga lebih dari yang diantisipasi dan memicu ekspektasi inflasi yang lebih cepat. Situasi itu akan memicu kenaikan suku bunga yang lebih cepat oleh bank sentral AS.

Baca Juga: Pemegang Obligasi Tuntut Pelunasan Lebih Cepat, Saham Pengembang China Ini Anjlok

"Negara-negara berkembang harus bersiap menghadapi potensi gejolak ekonomi," demikian pernyataan IMF. Lembaga itu merujuk ke risiko yang ditimbulkan kenaikan suku bunga Fed yang lebih cepat dari perkiraan serta pandemi yang bangkit kembali.

Presiden Fed St Louis James Bullard pada minggu ini mengatakan Fed bisa menaikkan suku bunga secepat-cepatnya pada Maret, satu bulan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Fed sekarang dalam "posisi yang baik" untuk mengambil langkah-langkah yang lebih agresif untuk mengatasi inflasi, sesuai kebutuhan.

"Kenaikan suku bunga Fed yang lebih cepat dapat mengguncang pasar keuangan dan memperketat kondisi keuangan secara global. Perkembangan ini bisa datang dengan perlambatan permintaan dan perdagangan AS dan dapat menyebabkan arus keluar modal dan depresiasi mata uang di pasar negara berkembang," tulis pejabat senior IMF di blog.

Baca Juga: Pasca Terpuruk Sepekan, Harga Bitcoin dan Sebagian Mata Uang Kripto Mencoba Bangkit

Dikatakan pasar negara berkembang dengan utang publik dan swasta yang tinggi, eksposur valuta asing, dan saldo transaksi berjalan yang lebih rendah telah melihat pergerakan yang lebih besar dari mata uang mereka relatif terhadap dolar AS.

IMF mengatakan pasar negara berkembang yang menghadapi tekanan inflasi yang lebih kuat atau memiliki institusi yang lebih lemah, harus bertindak cepat untuk membiarkan mata uang terdepresiasi dan menaikkan suku bunga acuan.

IMF mendesak bank sentral untuk mengomunikasikan rencana pengetatan kebijakan secara jelas dan konsisten. IMF mengatakan negara-negara yang memiliki utang yang besar dalam mata uang asing, harus bersiap melindungi eksposur mereka dengan melakukan hedging, jika memungkinkan.

Pemerintah juga dapat mengumumkan rencana untuk meningkatkan sumber daya fiskal dengan secara bertahap meningkatkan pendapatan pajak, menerapkan perbaikan pensiun dan subsidi, serta langkah-langkah lain, demikian pernyataan IMF.

Bagikan

Berita Terbaru

Indonesian Tobacco (ITIC) Ingin Memperbaiki Kinerja di Kuartal IV 2025
| Senin, 24 November 2025 | 09:45 WIB

Indonesian Tobacco (ITIC) Ingin Memperbaiki Kinerja di Kuartal IV 2025

Penjualan ITIC berasal dari pasar lokal Rp 233,23 miliar dan ekspor Rp 898,86 juta, yang kemudian dikurangi retur dan diskon Rp 4,23 miliar.

Menakar Dampak Pergeseran Pasien Swasta dan BPJS ke Emiten, MIKA dan KLBF Diunggulkan
| Senin, 24 November 2025 | 09:07 WIB

Menakar Dampak Pergeseran Pasien Swasta dan BPJS ke Emiten, MIKA dan KLBF Diunggulkan

Emiten-emiten rumah sakit besar tetap menarik untuk dicermati karena cenderung defensif dari tantangan BPJS. 

Keputusan Korea Menutup 40 PLTU Bakal Berdampak ke ADRO, GEMS, BYAN, PTBA Hingga BUMI
| Senin, 24 November 2025 | 08:32 WIB

Keputusan Korea Menutup 40 PLTU Bakal Berdampak ke ADRO, GEMS, BYAN, PTBA Hingga BUMI

Transisi energi yang dilakoni Korea Selatan memicu penurunan permintaan batubara, termasuk dari Indonesia.

Risiko Waskita Sudah Diperhitungkan, JP Morgan Kerek Rating & Target Harga Saham JSMR
| Senin, 24 November 2025 | 07:55 WIB

Risiko Waskita Sudah Diperhitungkan, JP Morgan Kerek Rating & Target Harga Saham JSMR

Laba bersih PT Jasa Marga Tbk (JSMR) diproyeksikan naik berkat ekspektasi pemangkasan suku bunga dan penyesuaian tarif tol.

Perbankan Optimistis Permintaan Kredit Meningkat Jelang Akhir Tahun
| Senin, 24 November 2025 | 07:55 WIB

Perbankan Optimistis Permintaan Kredit Meningkat Jelang Akhir Tahun

Hasil survei BI menunjukkan perbankan memperkirakan penyaluran kredit baru di kuartal IV akan meningkat ditandai dengan nilai SBT mencapai 96,40%

Pertambangan Topang Permintaan Kredit
| Senin, 24 November 2025 | 07:46 WIB

Pertambangan Topang Permintaan Kredit

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, kredit ke sektor pertambangan dan penggalian melesat 17,03% secara tahunan​ hingga Oktober

Saham ESG: Transisi Bisnis Hijau di Tengah Kinerja Merah
| Senin, 24 November 2025 | 07:45 WIB

Saham ESG: Transisi Bisnis Hijau di Tengah Kinerja Merah

Sejumlah emiten melepas sebagian bisnis batubara untuk lebih fokus di bisnis hijau. Tapi, ini membuat kinerja keuangan m

OJK Minta Bank Evaluasi Kredit ke Pindar
| Senin, 24 November 2025 | 07:42 WIB

OJK Minta Bank Evaluasi Kredit ke Pindar

Meningkatnya kasus gagal bayar pindar kembali mendorong OJK  mengingatkan perbankan agar lebih waspada menyalurkan kredit channeling 

TBS Energi Utama (TOBA) Terbitkan Sukuk Wakalah Rp 448,50 Miliar
| Senin, 24 November 2025 | 06:37 WIB

TBS Energi Utama (TOBA) Terbitkan Sukuk Wakalah Rp 448,50 Miliar

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengumumkan penerbitan Sukuk Wakalah Jangka Panjang dengan dana modal investasi sebesar Rp 448,50 miliar. ​

Prospek IPO Seksi di Tahun Kuda Api
| Senin, 24 November 2025 | 06:32 WIB

Prospek IPO Seksi di Tahun Kuda Api

Tahun 2026 akan jadi momentum yang relatif kondusif bagi perusahaan yang membutuhkan pendanaan dari pasar modal lewat skema IPO.

INDEKS BERITA