KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) terus berupaya menggenjot kinerja tahun ini.
Semen Indpnesia (SMGR) berupaya mengoptimalkan kapasitas produksi.
Saat ini, total kapasitas produksi Semen Indonesia (SMGR) mencapai sekitar 43 juta ton.
Semen Indonesia juga masih akan memperluas pasar luar negeri.
Selama ini, Semen Indonesia sudah mengekspor ke beberapa negara di kawasan Asia Selatan.
Negara yang jadi target ekspor Semen Indonesia di antaranya adalah Bangladesh, Srilanka dan India.
Tahun lalu, total produksi semen yang diekspor oleh perusahaan pelat merah ini mencapai 3 juta ton.
"Angka ini belum ada 10% dari total penjualan kami tahun lalu, yang mencapai 33 juta ton," terang Sigit Wahono, General Manager of Communication Corporate SMGR kepada KONTAN, kemarin.
SMGR kini juga mulai menjajaki pasar mancanegara baru, yakni Australia. "Karena kami supply based, bukan contract based," kata Sigit.
Pasar ekspor merupakan strategi SMGR mengatasi persaingan di pasar semen dalam negeri yang sangat ketat.
Seperti diketahui, saat ini terjadi kelebihan pasokan semen di pasar domestik.
Saat ini, total kapasitas produksi semen di Indonesia diperkirakan mencapai 110 juta ton. Angka ini 38 juta ton lebih banyak dibanding konsumsi semen, 72 juta ton.
Persaingan bisnis
Semen Indonesia juga menilai, kelebihan pasokan terjadi karena banyak pemain baru di industri semen.
Menurut Sigit, segmen Indonesia kawasan Timur menjadi sasaran para pemain baru tersebut.
Hal itu terbukti dengan pembangunan beberapa pabrik di kawasan Indonesia Timur.
"Ada satu pabrik dengan kapasitas empat juta ton di Sulawesi, satu pabrik dengan kapasitas tiga juta ton di Papua dan satu pabrik dengan kapasitas satu setengah juta ton di Kalimantan Selatan," ungkap Sigit.
Meski begitu, beberapa produk semen itu juga beredar di Jawa.
Semen Indonesia berharap, pemerintah bisa menetapkan peraturan mengenai kehadiran produsen semen asing. "Supaya lebih fair," kata dia.
Pasalnya, menurut riset KONTAN, pemain baru membanting harga jual.
Selisih harga jual semen bikinan pemain baru bisa mencapai sekitar Rp 10.000–Rp 15.000 lebih murah dibanding harga semen produksi Semen Indonesia dan Holcim.
Kondisi tersebut juga membuat penjualan Semen Indonesia terkikis.
Di semester I-2019, volume penjualan semen Semen Indonesia tertekan 5,14% menjadi 11,2 juta ton.
Begitu juga volume penjualan perusahaan yang baru diakuisisi Semen Indonesia, yakni PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB).
Pabrikan yang dulu dikenal dengan merek Holcim ini mencatat penurunan volume penjualan 2,3% jadi 4,46 juta ton.
Di 2018, SMCB mencatat volume penjualan 4,55 juta ton.
Meski begitu, Sigit menyebut, pihaknya tidak akan terpancing perang harga.
Semen Indonesia lebih mementingkan kualitas produk sehingga bisa mendapatkan pelanggan loyal.
Selain itu, Sigit menyebut Semen Indonesia lebih memilih terus fokus melanjutkan konsolidasi dan sinergi antar anak perusahaan, terutama pasca SMGR mengakuisisi Holcim.
Tak hanya itu, Semen Indonesia juga akan mengecap ulang alias rebranding merek Holcim.
"Kami masih diberi waktu satu tahun saja untuk memakai merek itu," jelas Sigit kepada KONTAN.
Jadi, paling lambat, akhir September nanti Holcim akan resmi berganti baju.
Ke depan, SMGR akan fokus mengembangkan produk turunan atau produk industri lain. Seperti semen mortar, beton dan precast.
Akuisisi Holcim akan membantu SMGR melakukan penetrasi di pasar mortar. "Holcim pemain besar di mortar. Konsolidasi ini diharap mendukung kinerja," ucap Sigit.