Ini Prediksi Para Ekonom tentang Laju Inflasi di Bulan Juli

Kamis, 01 Agustus 2019 | 07:59 WIB
Ini Prediksi Para Ekonom tentang Laju Inflasi di Bulan Juli
[]
Reporter: Bidara Pink, Grace Olivia, Yusuf Imam Santoso | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju inflasi selama Juli kemungkinan lebih lambat dibandingkan pergerakan di bulan sebelumnya. Proyeksi itu disampaikan sejumlah ekonom yang diwawancara Kontan.

Kalau tidak ada aral melintang, hari ini Kamis (1/8), Badan Pusat Statistik akan mengumumkan angka inflasi untuk bulan Juli 2019.

Ekonom Samuel Aset Management Lana Soelistianingsih memperkirakan, inflasi Juli 2019 berada di kisaran 0,35%, lebih kecil dibandingkan inflasi Juni 2019 yang tercatat 0,55%. Sedangkan inflasi secara tahunan atau year on year sebesar 3,2%. "Inflasi terkendali karena keseimbangan inflasi dan deflasi," kata Lana, Rabu (31/7).

Penyumbang inflasi masih berasal dari bahan makanan yang diproyeksi punya kontribusi paling tinggi, seperti kenaikan harga cabai. Sedangkan faktor deflasi berasal dari mulai normalnya tarif angkutan paska Lebaran yang sempat melonjak pada periode tersebut. Deflasi juga disumbang efek melemahnya harga beberapa komoditas, seperti kelapa sawit dan batubara.

Ekonom BCA David Sumual menambahkan, profil masyarakat Indonesia yang unik dan doyan pedas membuat harga cabai hingga kini masih terus melonjak. Apalagi pola konsumsi orang Indonesia adalah mengkonsumsi cabai segar, bukan dalam bentuk saus. "Ini uniknya. Kalau negara lain suka processed chilli atau bentuk saus, kita masih tradisional. Apalagi tren makanan pedas masih marak," kata David.

Direktur Riset Core Piter Abdullah menilai, lonjakan harga cabai untungnya bisa diimbangi dengan penurunan beberapa harga pangan lainnya. Seperti daging ayam, telur, bawang putih dan bawang merah.

Dus, untungnya pula, beberapa faktor pendukung lainya masih stabil. Sebut saja kurs rupiah yang menguat, harga beras dan pasokan bahan makanan seperti daging dan makanan olahan yang masih stabil. Karena faktor inilah David memproyeksikan, inflasi bulan Juli masih stabil ketimbang inflasi bulan Juni.

Ekonom Maybank Kim Eng Sekuritas Luthfi Ridho menyoroti faktor kurs rupiah yang selama Juli kemaren menguat, sebagai salah satu faktor yang membuat inflasi terkendali. Pada periode tersebut, rupiah menguat 0,74%. Sedangkan posisi kurs rupiah pada penutupan 31 Juli 2019 tercatat Rp 14.022 per dollar Amerika Serikat.

Ke depan, kurs rupiah masih berpotensi terus menguat. "Kemungkinan rupiah kembali kuat besok karena prediksi The Fed yang dovish, bisa jadi benar mereka memangkas Fed Rate," tutur Lana.

Di luar harga cabai, menurut pengamat ekonomi dari Asian Development Bank Institute Eric Alexander Sugandi, faktor lain pengungkit inflasi Juli 2019 adalah kenaikan harga alat tulis dan buku pelajaran terkait tahun ajaran baru. "Harga peralatan sekolah sifatnya musiman, karena terjadi pada bulan Juli di setiap tahunnya," katanya.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memberi perhatian terhadap biaya pendidikan pada periode tersebut. "Kelompok pendidikan akan menyumbang inflasi inti karena biaya pendidikan dasar dan menengah di tengah tahun ajaran baru. Begitu juga dengan harga emas perhiasan yang masih naik karena demand global masih cukup tinggi," lanjut Josua.

Dengan berbagai faktor tersebut, para ekonom memproyeksi, untuk beberapa bulan ke depan laju inflasi masih terkendali. Tarik menarik inflasi dan deflasi masih terus terjadi. Lonjakan inflasi baru akan terjadi menjelang akhir 2019, karena naiknya kebutuhan untuk akhir tahun.

Bagikan

Berita Terbaru

Haji Isam dan Oscar Darmawan Dikabarkan Tertarik Garap Bursa Kripto
| Sabtu, 15 November 2025 | 08:16 WIB

Haji Isam dan Oscar Darmawan Dikabarkan Tertarik Garap Bursa Kripto

Pengelola bursa kripto di Indonesia, PT Central Finansial X (CFX), bakal kedatangan pesaing tangguh.

Redenominasi Rupiah dan Kesiapan Sistem
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:46 WIB

Redenominasi Rupiah dan Kesiapan Sistem

Redenominasi bukan sekadar menghapus nol di atas kertas, melainkan membangun kepercayaan baru terhadap nilai ekonomi Indonesia.

Keadilan Iklim COP30
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:31 WIB

Keadilan Iklim COP30

COP 30 harus kembali ke akarnya, memastikan rakyat yang paling terdampak mendapatkan perlindungan utama.

Waspada Lonjakan Inflasi Pangan Berlanjut
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:26 WIB

Waspada Lonjakan Inflasi Pangan Berlanjut

BI mewaspadai pergerakan inflasi kelompok pangan alias volatile food yang mulai meningkat beberapa waktu terakhir.

Cerita Direktur Sreeya Sewu Indonesia Mengadopsi Strategi Value Investing
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:15 WIB

Cerita Direktur Sreeya Sewu Indonesia Mengadopsi Strategi Value Investing

Mengupas strategi berinvestasi Natanael Yuyun Suryadi, Direktur PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SPID) 

 Membentuk Ulang Industri Lelang
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:06 WIB

Membentuk Ulang Industri Lelang

Menyusuri perjalanan karier Deny Gunawan hingga menjabat Chief Operating Officer (COO) PT JBA Indonesia

Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) Merambah Bisnis Susu Untuk MBG
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:00 WIB

Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) Merambah Bisnis Susu Untuk MBG

Mengupas profil dan strategi bisnis baru PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) di sektor susu sapi perah dan turunannya

KRAS Berpeluang Dapat Suntikan Dana Danantara
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:00 WIB

KRAS Berpeluang Dapat Suntikan Dana Danantara

Industri baja dinilai memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja berkualitas dan berkeahlian tinggi.

Sanksi Tegas Bagi Importir Pakaian Bekas
| Sabtu, 15 November 2025 | 06:56 WIB

Sanksi Tegas Bagi Importir Pakaian Bekas

Total nilai impor pakai bekas itu sebesar Rp 112,35 miliar atau setara 19.391 balpres yang dimusnahkan.

Pesangon dan Uang Pensiun Tetap Kena Pajak
| Sabtu, 15 November 2025 | 06:54 WIB

Pesangon dan Uang Pensiun Tetap Kena Pajak

Mahkamah Konstitusi menolak permohonan uji materiil pajak atas pesangon pensiun                     

INDEKS BERITA

Terpopuler