Ini Prospek Saham Gajah Tunggal (GJTL)

Selasa, 09 Juli 2019 | 07:34 WIB
Ini Prospek Saham Gajah Tunggal (GJTL)
[]
Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan lembaga pemeringkat Moody's Investor Service tak berpengaruh signifikan terhadap kinerja saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) tahun 2019. Hal ini nampak dari pergerakan saham GJTL yang masih naik 12,31% sepanjang tahun ini di Rp 730 per saham pada Senin (8/7).

Padahal pada April 2019, Moody's mengubah outlook peringkat utang GJTL dari stabil menjadi negatif. Sementara, peringkat perusahaan dan surat utang US$ 250 juta yang jatuh tempo Agustus 2022 diberi rating B2.

Kala itu, Moody's memangkas peringkat utang GJTL karena menilai tingginya risiko volatilitas harga bahan baku terhadap kinerja GJTL. Di samping itu, volatilitas nilai tukar cukup berpengaruh pada potensi margin emiten ban ke depan.

Sepanjang kuartal I-2019, GJTL masih sukses membukukan kenaikan penjualan 4,66% menjadi Rp 4,038 triliun. Begitu juga laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk GJTL yang naik 55,29% menjadi Rp 151,09 miliar. Meskipun begitu, jumlah liabilitas GJTL dalam tiga bulan pertama 2019 meningkat Rp 162 miliar atau naik 1,17% menjadi Rp 13,97 triliun.

Sejatinya, menurut analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih, pemangkasan peringkat utang GJTL bisa berdampak negatif bagi perusahaan. "Efek pemangkasan menyebabkan biaya utang yang meningkat. Tentunya itu tidak baik buat GJTL," kata Alfatih, Senin (8/7). Pasalnya, kreditur biasanya memberikan beban bunga lebih besar.

Tak hanya itu, Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menilai, secara umum penurunan peringkat utang bisa berdampak pada likuiditas perusahaan ini ke depan. "Selain lebih sulit mencari pendanaan, GJTL perlu memberikan kupon atau bunga bagi hasil yang relatif lebih besar," jelas Valdy.

Meski begitu, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji optimistis, prospek GJTL masih oke. Dia melihat, penjualan ban masih menunjukkan hasil yang positif, baik dari penjualan dalam negeri maupun ekspor.

Nafan menyarankan, selain menggenjot penjualan, GJTL perlu melakukan efisiensi bisnis. Sehingga, potensi peningkatan laba bersih GJTL bisa kian terbuka lebar. Terlebih, volatilitas nilai tukar rupiah serta meningkatnya biaya bahan baku masih menghantui kinerja GJTL di 2019.

Tren harga karet

Alfatih juga melihat, kinerja GJTL bisa meningkat di tahun ini. Pasalnya, tren harga karet dunia di pasar Tokyo sempat merosot tajam dari JPY 207 per kilogram ke JPY 181 per kilogram. Penurunan tersebut bisa menguntungkan GJTL, meskipun ke depannya harga karet rata-rata akan stabil dari tahun sebelumnya.

Untuk itu, Alfatih merekomendasikan buy on weakneess (BOW) saat harga menyentuh Rp 685–Rp 650. Sedangkan target jangka panjang di Rp 800–Rp 1.000.

Sementara itu, Nafan menilai saham GJTL berpotensi menembus Rp 865 per saham di akhir tahun dengan rekomendasi hold. Valdy juga menyarankan hold di Rp 715.

Bagikan

Berita Terbaru

Bisnis TLKM Diprediksi di Fase Pemulihan, Investor Asing Institusi Borong Sahamnya
| Selasa, 16 September 2025 | 22:56 WIB

Bisnis TLKM Diprediksi di Fase Pemulihan, Investor Asing Institusi Borong Sahamnya

JP Morgan Chase & Co terpantau paling banyak membeli saham TLKM sebanyak 129,33 juta saham, yang datanya terekam Bloomberg  per 16 September 2025.

Grup Astra Borong 1,47 Miliar Saham HEAL, ASII Kini Jadi Investor Terbesar RS Hermina
| Selasa, 16 September 2025 | 21:12 WIB

Grup Astra Borong 1,47 Miliar Saham HEAL, ASII Kini Jadi Investor Terbesar RS Hermina

ASII memborong 1.472.471.400  saham HEAL lewat anak usahanya, yakni PT Astra Healthcare Indonesia dengan mahar Rp 2,69 triliun.

CDIA Turun Usai Ada Transaksi Crossing Ratusan Miliar, Cek Prediksi Pergerakannya
| Selasa, 16 September 2025 | 16:26 WIB

CDIA Turun Usai Ada Transaksi Crossing Ratusan Miliar, Cek Prediksi Pergerakannya

Dalam jangka pendek hingga menengah, harga saham CDIA berpotensi menguat dengan resistance di Rp 1.625-Rp 1.700 per saham.

Penjualan Turun Namun Recurring Income Naik, Berikut ini Prospek Saham SMRA
| Selasa, 16 September 2025 | 15:00 WIB

Penjualan Turun Namun Recurring Income Naik, Berikut ini Prospek Saham SMRA

Tekanan margin SMRA masih terasa karena komposisi produk yang kurang menguntungkan, meski beban operasional relatif terkendali.

Berhasil Tekan Rugi, Yuk Simak Fundamental Saham Kimia Farma (KAEF)
| Selasa, 16 September 2025 | 13:10 WIB

Berhasil Tekan Rugi, Yuk Simak Fundamental Saham Kimia Farma (KAEF)

Prospek industri farmasi masih positif, ditopang oleh kenaikan PDB sektor kesehatan dan peningkatan belanja kesehatan per kapita masyarakat.

Anak Usaha TPIA di Singapura Gaet Fasilitas Kredit Sindikasi US$ 1 Miliar
| Selasa, 16 September 2025 | 11:00 WIB

Anak Usaha TPIA di Singapura Gaet Fasilitas Kredit Sindikasi US$ 1 Miliar

Partisipasi bank-bank internasional ini diklaim mencerminkan kepercayaan terhadap kualitas kredit, strategi pertumbuhan Aster.

Menakar Strategi Berkebun Pohon Emas
| Selasa, 16 September 2025 | 08:37 WIB

Menakar Strategi Berkebun Pohon Emas

Misalnya uang kita hanya cukup membeli sebatang emas lebih sedikit. Setelah membeli batang emas pertama kita bisa menggadaikan

Menkeu Sebut Perlu Analisa Tarif Cukai Rokok
| Selasa, 16 September 2025 | 08:25 WIB

Menkeu Sebut Perlu Analisa Tarif Cukai Rokok

Pemerintah belum mengambil keputusan terkait tarif cukai hasil tembakau dan akan melakukan kajian lapangan menyeluruh sebelum bergerak

Saham Komoditas Ini Berpotensi Menguat Seiring Potensi Pemangkasan Suku Bunga The Fed
| Selasa, 16 September 2025 | 07:43 WIB

Saham Komoditas Ini Berpotensi Menguat Seiring Potensi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Potensi pemangkasan suku bunga acuan The Fed cuma salah satu faktor yang memengaruhi harga komoditas.

Profit Taking Saham ASII Seiring Pengumuman Akuisisi Tambang Emas PSAB Oleh UNTR
| Selasa, 16 September 2025 | 07:32 WIB

Profit Taking Saham ASII Seiring Pengumuman Akuisisi Tambang Emas PSAB Oleh UNTR

ASII berencana mempertimbangkan aspek kinerja saham agar menghasilkan return yang optimal bagi pemegang saham.

INDEKS BERITA

Terpopuler