Ini Rekomendasi Tiga Analis untuk Saham Harum Energy (HRUM)

Rabu, 10 Juli 2019 | 07:25 WIB
Ini Rekomendasi Tiga Analis untuk Saham Harum Energy (HRUM)
[]
Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan harga batubara menggerus kinerja PT Harum Energy Tbk (HRUM). Di tiga bulan pertama tahun ini, HRUM masih belum mampu mencatat kinerja positif.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal pertama 2019, pendapatan HRUM turun 16,98% jadi US$ 72,06 juta. Di periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan HRUM mencapai US$ 86,81 juta.

Penurunan lebih dalam terjadi di pos laba bersih. Penurunan mencapai 49,43% menjadi US$ 6,38 juta, dari sebesar US$ 12,61 juta di periode yang sama di 2018.

Dessy Lapagu, Analis Samuel Sekuritas Indonesia, mengatakan, penyebab utama kinerja melemah adalah pelemahan harga batubara global. Tercatat, harga batubara kontrak pengiriman Juli 2019 di ICE Futures melemah 22,55%. "Penurunan kinerja keuangan di kuartal I juga terjadi pada emiten produsen batubara lain selain HRUM," kata Dessy, Selasa (9/7).

Selain itu, Dessy melihat, secara musiman, produktivitas di kuartal I-2019 cenderung lebih rendah akibat musim hujan dari kuartal IV-2018. Kondisi ini mengakibatkan produsen tidak bisa berproduksi normal, sebagaimana ketika curah hujan rendah.

Dessy memperkirakan harga batubara global berada di US$ 81 per metrik ton di akhir tahun, atau turun 21% sejak awal 2019. Namun, jika dihitung dari posisi harga batubara per Selasa (8/7) yang berada di US$ 75,20 per metrik ton, maka harga batubara berpotensi naik.

Untuk mengatasi tren penurunan harga batubara, Dessy menilai, HRUM perlu melakukan efisiensi. Ini demi menekan cost di tengah harga jual atau average selling price (ASP) yang rendah dan tidak bisa dihindari.

Efisiensi juga bisa menjadi solusi pada produksi yang tak masif. Perseroan ini menargetkan produksi batubara tahun ini mencapai 5 juta ton. Dessy menilai target produksi ini flat, lantaran hanya naik 8,7% dari realisasi produksi tahun lalu, yakni 4,6 juta ton.

Meski begitu, target ini tidak bisa menjadi patokan bahwa kinerja emiten akan melemah ke depannya. "Faktor penting lainnya adalah efisiensi yang dilakukan emiten demi menekan biaya sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan laba bersih yang baik," kata Dessy.

Menurut hitungan Dessy, keuntungan dari efisiensi bisa mengompensasi volume produksi yang flat dan kenaikan harga jual yang tak signifikan.

Masih turun

HRUM juga memiliki peluang melakuakn diversifikasi ke bisnis downstream atau hilir, seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Ini bisa menjadi pilihan jangka panjang bagi emiten untuk mempertahankan penjualan cadangan batubara.

Eksplorasi atau akuisisi tambang lain yang memiliki reserves coking coal juga bisa dilakukan. Pasalnya, karakteristik batubara kokas yang mayoritas dikonsumsi oleh industri baja dalam jangka panjang masih akan meningkat secara global.

Dessy belum memiliki target harga untuk HRUM di akhir tahun. Sedangkan, Janeman Latul, Analis Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia, merekomendasikan hold saham HRUM dengan target harga Rp 1.400 per saham.

Janeman merekomendasikan hold karena melihat ke depan pasar Asia cenderung mencari batubara yang rendah kalori atau di bawah 5.000 kcal per kilogram, dengan kandungan sulfur rendah di bawah 0,4%.

Sementara itu, dalam risetnya, Janeman menilai, rata-rata produksi batubara HRUM terjebak pada batubara dengan kalori 5.500 kcal per kilogram dengan sulfur 0,8%.

Janeman memperkirakan pendapatan HRUM di tahun ini masih melandai. Menurut hitungan dia, pendapatan HRUM berpotensi turun 11,7%. Begitu juga laba yang diperkirakan melemah 56,9%. "Beban biaya tinggi dan jatuhnya harga batubara bisa menggerus margin dan pendapatan HRUM," kata Janeman.

Sementara, Thomas Radityo, Analis Ciptadana Sekuritas merekomendasikan buy HRUM dengan target harga Rp 1.650 per saham.

Kompak, Stefanus Darmagiri, Analis Danareksa Sekuritas, juga merekomendasikan buy HRUM dengan target harga Rp 2.000 per saham.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Merdeka Battery Material (MBMA) Suntik Modal Anak Usaha US$ 51 juta
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:30 WIB

Merdeka Battery Material (MBMA) Suntik Modal Anak Usaha US$ 51 juta

PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mengumumkan transaksi pemberian pinjaman ke anak usaha terkendali yakni PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM).​

Pengendali Tambah Porsi Kepemilikan 66,5 Juta Saham di SILO
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:14 WIB

Pengendali Tambah Porsi Kepemilikan 66,5 Juta Saham di SILO

Pengendali PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), Sight Investment Company Pte Ltd selaku menambah porsi kepemilikan sahamnya di SILO. 

Sucor Sekuritas Siap Bawa Tiga Perusahaan Melantai di BEI
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:10 WIB

Sucor Sekuritas Siap Bawa Tiga Perusahaan Melantai di BEI

Sucor Sekuritas akan membawa tiga perusahaan jumbo untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) di tahun 2026.

Ada Libur Natal dan Tahun Baru, Penjualan AMRT Bisa Menderu
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:04 WIB

Ada Libur Natal dan Tahun Baru, Penjualan AMRT Bisa Menderu

Salah satu emiten ritel yang diproyeksi bakal kecipratan rezeki dari momen Natal dan tahun baru 2025 adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).

Emiten MIND ID Siap Genjot Kinerja Pada 2026
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:58 WIB

Emiten MIND ID Siap Genjot Kinerja Pada 2026

Emiten pertambangan anggota holding MIND ID membidik pertumbuhan kinerja keuangan dan produksi pada 2026​.

Angkat Hans Patuwo Jadi CEO Baru, Kinerja GOTO Bisa Melaju
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:49 WIB

Angkat Hans Patuwo Jadi CEO Baru, Kinerja GOTO Bisa Melaju

Hans Patuwo akhirnya resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama dan Group Chief Executive Officer (CEO)  PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Superbank (SUPA) Listing di BEI, Emiten Grup Emtek Semakin Seksi
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:42 WIB

Superbank (SUPA) Listing di BEI, Emiten Grup Emtek Semakin Seksi

Berbagai aksi korporasi dilakukan Grup Emtek di sepanjang tahun 2025. Terbaru, PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) resmi listing di BEI. ​

Laju Ekonomi 5,4% Belum Mampu Serap Tenaga Kerja
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:30 WIB

Laju Ekonomi 5,4% Belum Mampu Serap Tenaga Kerja

Tingginya target pertumbuhan ekonomi Indonesia, belum sepenuhnya bisa menyelesaikan persoalan tenaga kerja

Paradoks Akhir Tahun: Pemerintah Tebar Diskon, Alam Bunyikan Alarm Bahaya
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:00 WIB

Paradoks Akhir Tahun: Pemerintah Tebar Diskon, Alam Bunyikan Alarm Bahaya

Jika warga Jakarta batal ke luar kota, perputaran uang akan terkunci sehingga pemerataan ekonomi antardaerah tertahan.

Ruang Pemangkasan Bunga Acuan Lebih Sempit
| Kamis, 18 Desember 2025 | 08:43 WIB

Ruang Pemangkasan Bunga Acuan Lebih Sempit

Bank Indonesia (BI) menutup tahun 2025 dengan mempertahankan suku bunga acuan alias BI rate di level 4,75%

INDEKS BERITA

Terpopuler