Intiland Development (DILD) Memperluas Kawasan Industri

Selasa, 16 Juli 2019 | 06:50 WIB
Intiland Development (DILD) Memperluas Kawasan Industri
[]
Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intiland Development Tbk ingin menambah portofolio kawasan industri. Untuk itu, perusahaan berkode saham DILD di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut akan mengakuisisi dua lahan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Intiland sengaja mengincar Jawa Tengah dan Jawa Timur karena peluang kawasan industri yang semakin besar setelah Tol Trans Jawa tersambung. "Kami memang sudah mengkaji dari pembangunan infrastruktur terkait kesempatan bagi kami," ujar Archied Noto Pradono, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk, Senin (15/7).

Khusus tahun ini, prospek kawasan industri juga semakin terasa pasca pemilihan umum alias pemilu usai. Intiland meyakini minat investasi pengusaha bakal membesar sehingga kebutuhan lahan industri juga meningkat.

Hanya saja, Intiland belum dapat mengungkapkan luas lahan yang mereka incar dan investasi yang disiapkan. Intiland berdalih, saat ini masih dalam tahap mengurus perizinan.

Yang pasti, kawasan industri baru akan melengkapi Ngoro Industrial Park di Ngoro, Mojokerto, Jawa Timur seluas 500 hektare (ha). Intiland sudah mengembangkan lahan seluas 400 ha. Mengintip materi paparan publik pada Mei 2019, beberapa penyewanya seperti Unicharm, Mitsui, Hitachi, HB Fuller, Yakult, Roman Ceramic, Mulia Ceramic, Cort Indonesia dan Toyota Astra Motor.

Adapun tahun ini, lahan siap jual di Ngoro Industrial Park seluas 60 ha. Sejumlah perusahaan dari sektor konsumsi sudah mengajukan minat. Intiland menawarkan harga jual lahan senilai Rp 2 juta per meter persegi (m²)-Rp 2,3 juta per m². Harga tersebut kurang lebih masih sama dengan tahun lalu.

Hingga akhir 2019 nanti, Intiland berharap kawasan industri menyumbang 10% terhadap total target marketing sales atau pendapatan pra penjualan sebesar Rp 2,5 triliun. Kembali mengintip materi paparan publik, kawasan industri belum mendatangkan marketing sales sampai 31 Maret 2019.

Marketing sales

Selain kawasan industri, Intiland mengandalkan pendapatan pra penjualan dari proyek superblok, gedung bertingkat dan kawasan perumahan. Pada semester II-2019, mereka berencana merilis hunian bertingkat South Quarter Tahap II.

South Quarter Tahap II terdiri dari dua menara yang berisi sekitar 600 unit. Tahun ini, Intiland membidik kontribusi marketing sales Rp 600 miliar–Rp 700 miliar dari proyek tersebut.

Selain itu, Intiland bakal lebih gencar memasarkan produk yang berada dekat dengan jalur moda raya transportasi (MRT). Informasi saja, perusahaan tersebut memiliki tujuh hingga delapan proyek yang berada di sekitar koridor MRT. Kenaikan popularitas MRT belakangan ini, mengerek minat beli proyek-proyek tersebut.

Proyek Intiland di sekitar jalur MRT seperti 57 Promenade di KebonMelati, Jakarta Pusat. Ada pula South Quarter Tahap I di Jalan T. B. Simatupang, Jakarta Selatan.

Intiland belum bisa mengungkapkan realisasi pendapatan pra penjualan semester I 2019. Namun manajemen DILD menggambarkan, pencapaiannya belum seperti harapan lantaran terimbas oleh libur panjang Lebaran dan pemilu. Makanya, mereka akan lebih mengandalkan kinerja penjualan pada kuartal III dan kuartal IV-2019.

Sementara sejumlah katalis positif bakal mendorong pencarian marketing sales pada semester II-2019. "Dengan banyaknya insentif seperti PPh 5% menjadi 1%, PPnBM, kami mengharapkan bisa positif," tutur Archied.

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 26,3% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Susut (30 Juni 2025)
| Senin, 30 Juni 2025 | 09:02 WIB

Profit 26,3% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Susut (30 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (30 Juni 2025) Rp 1.880.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 26,3% jika menjual hari ini.

Neraca Perdagangan Berpotensi Kembali Mencetak Surplus Besar
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:51 WIB

Neraca Perdagangan Berpotensi Kembali Mencetak Surplus Besar

Kinerja ekspor pada bulan Mei diperkirakan meningkat akibat normalisasi setelah liburhari raya pada April lalu

Tantangan Berat Para Pengelola Dana Investasi
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:51 WIB

Tantangan Berat Para Pengelola Dana Investasi

Hanya MI dengan permodalan kuat yang mampu mendanai pengembangan ini, memperkuat prinsip Pareto (20/80) dan survival of the fittest.

Harga Pangan Bisa Picu Inflasi Juni
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:40 WIB

Harga Pangan Bisa Picu Inflasi Juni

Inflasi kelompok harga bergejolak diperkirakan meningkat, terutama disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas pangan

Sisa Anggaran Pemerintah Cetak Rekor Tertinggi
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:32 WIB

Sisa Anggaran Pemerintah Cetak Rekor Tertinggi

Sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) per akhir Mei 2025 melampaui Rp 300 triliun

Mengawal Harga Beras
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:05 WIB

Mengawal Harga Beras

Pemerintah perlu mengawal harga beras yang masih di atas harga eceran tertinggi (HET) agar tidak menimbulkan gejolak di publik.

Terjebak Dalam Demokrasi Konsumtif
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:00 WIB

Terjebak Dalam Demokrasi Konsumtif

Relasi negara dengan masyarakatnya adalah sebuah modal yang penting untuk membangun demokrasi berkualitas.​

Pelonggaran Moneter AS Bisa Kembali Mengangkat Bitcoin
| Senin, 30 Juni 2025 | 06:45 WIB

Pelonggaran Moneter AS Bisa Kembali Mengangkat Bitcoin

Berdasarkan data Coinmarketcap, BTC naik 6,16% dalam sepekan terakhir ke level US$ 108.158 pada Minggu (29/6).

Wamen Investasi dan Hilirisasi Memperkenalkan Terobosan Kemudahan Berusaha di OSS
| Senin, 30 Juni 2025 | 06:44 WIB

Wamen Investasi dan Hilirisasi Memperkenalkan Terobosan Kemudahan Berusaha di OSS

Fiktif positif diberlakukan sebagai terobosan reformasi birokrasi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi layanan perizinan.

Harga Logam Industri Menanti Perkembangan Tarif Trump
| Senin, 30 Juni 2025 | 06:20 WIB

Harga Logam Industri Menanti Perkembangan Tarif Trump

Peningkatan pada logam industri ini didorong oleh sentimen pasar yang optimistis terhadap pemulihan ekonomi global.

INDEKS BERITA

Terpopuler