Investasi Proyek Migas Abadi dan Indonesia Deep Water Development Dipangkas
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mendorong pengembangan proyek migas skala jumbo demi mengerek produksi migas nasional. Setidaknya ada empat proyek migas skala besar yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional.
Keempat proyek itu adalah proyek Lapangan Abadi Blok Masela, proyek Indonesia Deep Water Development (IDD), proyek Tangguh Train III, dan Proyek Jambaran Tiung Baru (JTB).
Proyek Lapangan Abadi Blok Masela yang dikelola Inpex Corporation tahun ini ditargetkan menyelesaikan revisi rencana pengembangan atau plan of development (POD) I. Kemudian proyek itu bisa menyelesaikan konsultasi publik untuk Amdal dan memprosesnya ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Senior Manager Communication & Relations Inpex Masela, Mohammad Berly juga mengatakan, target Inpex tahun ini memang menyelesaikan revisi POD I. "Target Inpex POD I direvisi tahun ini," ungkap dia kepada KONTAN pada Selasa (15/1).
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto juga menyebutkan dalam dua minggu ini SKK Migas, Inpex dan para ahli akan membahas masalah teknis pengembangan Blok Masela. Targetnya pada akhir Januari atau awal Februari revisi POD I Blok Masela diserahkan ke Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). "Semoga di akhir Januari atau paling lambat awal Februari, SKK Migas sudah bisa menyampaikan rekomendasi," ujar dia.
Meski perhitungan biaya pengembangan Blok Masela belum final, SKK Migas telah memiliki estimasi pengembangan proyek Blok Masela yaitu sebesar US$ 16 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah dari estimasi sebelumnya sebesar US$ 22 miliar.
Soal biaya pengembangan Blok Masela yang lebih rendah, Inpex hanya menyebutkan prosesnya masih berjalan. "Kajian teknis masih berlangsung," imbuh Berly.
Proyek Blok Masela ditargetkan mulai berproduksi pada kuartal II 2027. Estimasi produksi puncak dari Lapangan Abadi sebesar 9,5 juta ton per tahun dan 150 mmscfd.
Selain proyek Lapangan Abadi Blok Masela, pemerintah memproyeksikan investasi proyek IDD yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia bisa lebih rendah daripada estimasi awal. Mengacu data SKK Migas, estimasi biaya pengembangan proyek IDD Tahap II senilai US$ 5 miliar.
Estimasi biaya itu lebih rendah 50% dari estimasi awal US$ 10 miliar. Namun Manager Corporate Communications Chevron Pacific Indonesia, Danya Dewanti, tidak berkomentar terkait pemangkasan biaya tersebut.
Proyek IDD Tahap II pada tahun ini ditargetkan masuk proses front end engineering design (FEED). Proyek ini ditargetkan masuk tahap pemberian kontrak (contract award) untuk pengembangan Lapangan Gendalo-Gehem.
Selain dua proyek itu, investasi proyek Tangguh Train 3 yang dikelola BP Indonesia juga telah dipangkas pada 2016 menjadi US$ 8 miliar–US$ 10 miliar dari estimasi awal US$ 12 miliar.