Investasi Riil di Sektor Infrastruktur dan Telko Meningkat, Prospek Sahamnya Juga Oke

Sabtu, 03 Agustus 2019 | 07:27 WIB
Investasi Riil di Sektor Infrastruktur dan Telko Meningkat, Prospek Sahamnya Juga Oke
[]
Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis data investasi rill di semester I-2019 paling besar berada pada sektor usaha transportasi, gudang dan telekomunikasi. Nilainya mencapai Rp 71,8 triliun. Perolehan investasi ini senada dengan kinerja korporasi yang sahamnya tercatat di papan bursa.

Di pasar modal, saham-saham tersebut tercatat di sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi. Indeks sektor sahamnya juga berkinerja kokoh sepanjang tahun berjalan ini, yaitu tercatat naik 13,09%. Bandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cuma naik 3,02% untuk periode yang sama.

Baca Juga: IHSG akan konsolidasi dalam jangka pendek

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan, kinerja sektor ini cemerlang, disokong keadaan politik yang membuat kinerja infrastruktur membaik. Terutama di subsektor telekomunikasi yang memiliki kontribusi 62,3% pada indeks sektor, dengan penguatan 28,49%.

Pada sektor telekomunikasi, emiten PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi yang terbesar mendukung sektor ini. Harga sahamnya menguat 14,13%, kemudian disusul PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang sepanjang tahun ini naik 64,65%.

Penyumbang terbesar kedua adalah subsektor transportasi dengan kontribusi 12,1% dan kenaikan harga 4,26%. PT Jasa Marga Tbk (JSMR) punya bobot kontribusi besar pada indeks sektor ini.

Sudah mahal

Kendati demikian, di semester dua ini, Sukarno menilai kenaikan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi tidak akan setinggi semester satu. Alasannya, harga sudah mendekati harga wajarnya. Dia melihat rata-rata 5 tahun. Price to earning ratio (PER) sektor ini sekitar 43 kali. Sementara PER saat ini di 38,2 kali.

Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga berpendapat senada. Ia memperkirakan, sektor infrastruktur tidak akan mencetak kinerja tinggi lagi.

Menurut dia, dengan tren penurunan suku bunga, baik oleh bank sentral asing maupun Bank Indonesia (BI), sektor properti dan keuangan akan mendapat bahan bakar untuk menguat. Apalagi, pemerintah mengucurkan insentif di sektor properti, yang membuat sektor ini menarik.

Baca Juga: Gara-gara satu cuitan Trump, rusak pasar saham sedunia

Sukarno spesifik mencermati saham JSMR dan TBIG yang menurutnya tergolong murah, lantaran masih di bawah rata-rata industri, jika dilihat dari rasio PE dan EV/Ebitda. Sedangkan dari price to book value (PBV) yang masih tergolong murah hanya JSMR.

Sementara harga TLKM sudah berada di atas rata-rata jika dilihat dari PBV. Namun, dari segi EV/EBitda, TLKM masih tergolong murah.

Wawan menambahkan, sektor telekomunikasi dan transportasi layak dilirik sebagai investasi jangka panjang. Dengan gencarnya ekspansi bidang transportasi seperti produsen mobil yang masuk ke Indonesia, tentunya menaikkan kinerja sektornya secara signifikan, jelas Wawan, kemarin (2/8).

Baca Juga: LPEM UI proyeksikan PDB kuartal II 2019 tumbuh 5,1%

Bagi Wawan, saham TLKM yang berkapitalisasi besar masih menarik karena juga ditopang kinerja yang baik. Ia memperkirakan harga sahamnya masih bisa naik 5%.

Untuk investor long term, Wawan menganalisa harga TLKM bisa mencapai Rp 5.000 dalam tiga tahun ke depan. Apalagi, peluang bisnis seluler dan internet masih potensial. Sementara JSMR disarankan hold.

Sedangkan Sukarno merekomendasikan TBIG dengan target harga Rp 4.500-Rp 4.560 dan JSMR di Rp 6.125- Rp 6.225. Keduanya direkomendasikan lantaran harganya dianggap masih menarik.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Begini Asal Muasal Utang Pemerintah Rp 60 Triliun yang Disangkutkan dengan BCA
| Rabu, 20 Agustus 2025 | 18:01 WIB

Begini Asal Muasal Utang Pemerintah Rp 60 Triliun yang Disangkutkan dengan BCA

BCA disebut-sebut memiliki utang kepada negara senilai Rp 60 triliun ketika krisis moneter sekitar tahun 1998.

Lepas Saham Hasil Buyback, DKFT Incar Dana Segar untuk Modal Akuisisi Tambang Nikel
| Rabu, 20 Agustus 2025 | 16:27 WIB

Lepas Saham Hasil Buyback, DKFT Incar Dana Segar untuk Modal Akuisisi Tambang Nikel

DKFT saat ini mengoperasikan tambang di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, dengan target penjualan bijih nikel 3,4 juta ton pada 2025.

Poin-Poin Penting RDG Bank Indonesia Saat Penurunan Suku Bunga BI Rate, Rabu (20/8)
| Rabu, 20 Agustus 2025 | 16:26 WIB

Poin-Poin Penting RDG Bank Indonesia Saat Penurunan Suku Bunga BI Rate, Rabu (20/8)

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Agustus 2025 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,00%.

BI Rate Turun 25 bps Menjadi 5% pada Agustus 2025, Penurunan Keempat Tahun Ini
| Rabu, 20 Agustus 2025 | 14:56 WIB

BI Rate Turun 25 bps Menjadi 5% pada Agustus 2025, Penurunan Keempat Tahun Ini

Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,00% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2025.​

Dihantui Ketatnya Likuiditas, Perbankan Masuki Pemulihan dan BBCA Jadi Sorotan
| Rabu, 20 Agustus 2025 | 13:15 WIB

Dihantui Ketatnya Likuiditas, Perbankan Masuki Pemulihan dan BBCA Jadi Sorotan

Konsensus telah menurunkan proyeksi laba tahun 2025 untuk 4 bank besar rata-rata sekitar 3% setelah hasil kuartal I-2025 keluar.

Rencana DOID Kuasai Salah Satu Tambang Batubara Metalurgi Terbesar di Australia Pupus
| Rabu, 20 Agustus 2025 | 11:42 WIB

Rencana DOID Kuasai Salah Satu Tambang Batubara Metalurgi Terbesar di Australia Pupus

Insiden kebakaran Tambang Moranbah North memicu Peabody membatalkan perjanjian, termasuk dengan DOID.

Meski Muncul Ide Ambil Paksa 51% Saham Bank BCA, Goldman Sachs Cs Rajin Borong BBCA
| Rabu, 20 Agustus 2025 | 09:01 WIB

Meski Muncul Ide Ambil Paksa 51% Saham Bank BCA, Goldman Sachs Cs Rajin Borong BBCA

Di tengah koreksi harga saham dan munculnya gagasan pengambilalihan paksa Bank BCA, mayoritas investor asing institusi akumulasi saham BBCA.

Setelah Jadi Jawara Top Leaders LQ45, Kini Ratusan Juta Saham BBRI Dilego JP Morgan
| Rabu, 20 Agustus 2025 | 08:30 WIB

Setelah Jadi Jawara Top Leaders LQ45, Kini Ratusan Juta Saham BBRI Dilego JP Morgan

JP Morgan Chase & Co menjual 378,64 juta saham BBRI pada Selasa (19/8), dan menyisakan kepemilikan 921,41 juta saham.

Menakar Saham UNTR, Antara Faktor Harga Batubara, Bisnis Alat Berat, & Kemilau Emas
| Rabu, 20 Agustus 2025 | 08:19 WIB

Menakar Saham UNTR, Antara Faktor Harga Batubara, Bisnis Alat Berat, & Kemilau Emas

Secara keseluruhan, arah saham UNTR akan banyak ditentukan oleh tren harga batubara global dan pergerakan harga emas.

Melirik Lagi Peluang Saham Lapis Kedua
| Rabu, 20 Agustus 2025 | 08:07 WIB

Melirik Lagi Peluang Saham Lapis Kedua

Di tengah harga beberapa saham big cap yang mulai mahal, saham dengan kapitalisasi pasar kecil dan menengah berpeluang menjadi penggerak IHSG

INDEKS BERITA

Terpopuler