Investasi Rio Tinto di Tambang Lithium Serbia Senilai US$ 2,4 Miliar, Banyak Diprotes


KONTAN.CO.ID - KORENITA. Rencana investasi penambangan lithium Rio Tinto senilai US$ 2,4 miliar di Serbia, mendapatkan banyak penolakan. Selain kerusakan lingkungan, aktivitas penambangan juga berpotensi mematikan sumber penghidupan masyarakat setempat.

Empat tahun dari sekarang, ladang di lembah Sungai Jadar, Serbia Barat akan diubah menjadi tempat pembuangan limbah tambang (tailing) lithium terbesar di Eropa milik Rio Tinto. Padahal salah seorang peternak sapi perah di desa Korenita bernama Djorjde Kapetanovic, menanam jagung dan kedelai di tempat itu untuk memberi makan ternaknya. 

Kalau tambang lithium dibuka, Kapetanovic khawatir akan terpapar polusi dan kehilangan penghasilan. Tanah, rumah dan kandang ternaknya, juga akan berada dekat di luar tambang. "Siapa yang mau membeli produk yang dibuat di pinggiran tambang?" kata dia.

Ini Artikel Spesial

Segera berlangganan sekarang untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.

ATAU

Baca Juga: Regulator Obat Eropa: Risiko Hukum Negara Uni Eropa Pemakai Booster Covid Meningkat

Saat ini, Kapetanovic memproduksi 10 ton daging dan 90.000 liter atau 23.775 galon susu per tahun. Dia adalah salah satu produsen terbesar di daerah Loznica.

Salah satu studi dampak lingkungan yang dilakukan di bawah penugasan Rio Tinto menyimpulkan, tambang tidak boleh dibangun karena akan menyebabkan kerusakan biosfer yang tidak dapat ditebus. Demikian bunyai sebuah abstrak yang diperoleh oleh Reuters.

Studi oleh Fakultas Biologi Universitas Beograd menyebutkan pelaksanaan kegiatan yang direncanakan terutama pembuangan limbah industri, akan secara signifikan merusak keanekaragaman hayati. "Di zona utama pengaruh (tambang), akan ada perusakan habitat secara lengkap dan langsung dengan hilangnya semua organisme yang menghuninya," katanya.

Baca Juga: JD.com Semakin Dekat Dengan Kesepakatan Akuisisi Saham Pengendali China Logistics

Penolakan terhadap proyek Jadar semakin meningkat seiring dengan adanya kekhawatiran mengenai potensi kerusakan lingkungan. Demonstrasi pun menjadi lebih sering terjadi.

Pada Bulan April, ribuan orang berkumpul di Beograd untuk memprotes perluasan polusi di Serbia. Demonstrasi itu menentang tambang lithium di dekat Loznica yang terletak 142 km (88 mil) barat daya ibu kota.

Potensi banjir

 

Pada Bulan Juni, Presiden Serbia Aleksandar Vucic telah dikecam karena mendukung proyek tambang lithium Rio Tinto. Dia kemudian mengatakan akan mengadakan referendum untuk memutuskan jadi atau tidaknya proyek dilanjutkan.

Tidak adanya rincian lebih lanjut tentang referendum, mengkhawatirkan lawan politik. Pada Bulan Juli, Majelis Kotamadya Loznica yang didominasi oleh Partai Progresif Serbia Vucic dan sekutu, secara resmi memberikan lampu hijau untuk pembangunan tambang dengan menyetujui rencana kota baru untuk alokasi lahan.

Rio Tinto telah membeli hampir setengah dari lahan yang dibutuhkan untuk tambang. Lokasinya akan tersebar di sekitar 387 hektare (ha).

Sekitar US$ 100 juta dari investasi Rio Tinto telah dialokasikan untuk perlindungan lingkungan. Namun para aktivis mengatakan bahwa itu tidak cukup untuk mengompensasi potensi kerusakan.

Baca Juga: Botol Terkontaminasi, Jepang Menangguhkan Penggunaan 1,63 Juta Dosis Vaksin Moderna

Salah satu perhatian utama para pencinta lingkungan adalah rencana Rio Tinto untuk menempatkan pembuangan sampah di lembah Sungai Korenita dan Jadar. Padahal kedua daerah itu rawan banjir bandang. Pada tahun 2014, banjir Sungai Korenita menyebabkan bendungan tailing tambang yang telah ditutup, meluap sehingga menumpahkan limbah beracun ke lahan pertanian.

Rio Tinto menyatakan rencana untuk mengubah limbah cair menjadi dry cakes atau limbah padat agar lebih mudah dan aman untuk disimpan. Mereka juga berencana untuk memperkuat konstruksi untuk mencegah banjir.

Tujuan pemerintah

 

Selain itu, Pemerintah Serbia tampaknya memiliki pertimbangan lain dalam menyetujui proyek tambang lithium Rio Tinto. Lithium adalah inti dari rencana Uni Eropa dalam mengamankan seluruh rantai pasokan mineral dan material baterai kendaraan listrik. Eropa berkepentingan mengamankannya seiring dengan peningkatan penggunaan kendaraan listrik.

Baca Juga: Barclays Inggris Menyuntik Modal US$ 400 Juta Untuk Lengan Bisnis di India

Adapun Serbia memiliki cadangan litium terbesar ke-11 di dunia. Saat ini, negara tersebut sedang berupaya melalui proses aksesi untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Dari sisi ekonomi, proyek Jadar adalah salah satu investasi asing terbesar di Serbia hingga saat ini. Investasi tersebut dapat membantu mengatasi peningkatan pengangguran di negara Balkan tersebut.

Rio Tinto mengatakan tambang lithium di Jadar akan menciptakan sekitar 2.100 pekerjaan konstruksi Mereka menyuntikkan sekitar € 200 juta atau US$ 235,32 juta per tahun ke dalam rantai pasokan domestik.

Menteri Energi Serbia Zorana Mihajlovic mengatakan kepada Reuters bahwa Serbia bertujuan seperti Uni Eropa. Negara itu ingin mengamankan seluruh rantai produksi termasuk pabrik baterai potensial dan pabrik kendaraan listrik.

Vesna Prodanovic, CEO Rio Tinto Serbia mengatakan studi Rio Tinto memperkirakan proyek tersebut akan menambah 1 poin persentase ke dalam produk domestik bruto (PDB) tahunan Serbia sebesar US$ 51,4 miliar. Anggaran Kota Loznica juga akan meningkat sebesar 60%-70% per tahun.

Masuk 10 besar

 

Pada Bulan Juli, Rio Tinto mengungkapkan komitmen investasi US$ 2,4 miliar untuk proyek di Jadar. Pengembangan proyek sejalan dengan upaya mereka mendorong produksi logam yang dibutuhkan dalam transisi energi hijau. Termasuk di antaranya yakni lithium sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik (EV). 

Kalau terealisasi, proyek Jadar akan mendongkrak Rio Tinto ke jajaran produsen lithium 10 teratas di dunia. Setelah mencapai kapasitas penuh, Rio Tinto berharap tambang dapat menghasilkan 58.000 ton lithium karbonat tingkat baterai yang dimurnikan per tahun. Itu akan menjadikan proyek Jadar sebagai tambang lithium terbesar di Eropa dalam skala produksi.

Baca Juga: CATL dan Zhejiang Huayou Kompak Memburu Saham Produsen Kobalt Milik Negara China

Prodanovic mengatakan perusahaan akan memenuhi semua peraturan lingkungan Uni Eropa dan Serbia. Termasuk, tentang pengolahan air limbah. "Tidak mungkin konstruksi dimulai tanpa mendapatkan lisensi (dan) jika semua itu (standar UE) tidak dipatuhi," katanya dalam sebuah wawancara.

Prodanovic juga menambahkan, Rio Tinto memperhitungkan tingkat curah hujan dan tingkat debu sesuai ketentuan. Mereka mengklaim mempertimbangkan semua kondisi di lapangan dan melakukan semua studi untuk mendapatkan data yang jelas.

Rio Tinto mengatakan studi keanekaragaman hayati adalah bagian dari studi kelayakan yang lebih luas. Mereka akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mendukung solusi paling maju dan paling mahal dalam perlindungan alam demi meminimalisasi dampak.

Selanjutnya: Ahabe Niaga Selaras, Pengendali Bintraco Dharma (CARS), Digugat PKPU

 

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina