Investor Asing Mengurangi Porsi Saham

Selasa, 11 Desember 2018 | 08:49 WIB
Investor Asing Mengurangi Porsi Saham
[ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia]
Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi jual investor asing di bursa domestik masih berlanjut hingga kemarin (10/12). Dalam sepekan, akumulasi jual bersih alias net sell di pasar reguler mencapai Rp 2,08 triliun. Menurut data RTI, saham penghuni indeks LQ45, seperti BBCA, ASII, TLKM, BMRI dan BBRI, paling banyak dilego asing.

Analis Mega Capital Adrian M. Priyatna mengatakan, faktor eksternal menyebabkan asing mengurangi kepemilikan saham Asia dan emerging market. Maklum, resesi mengintai perekonomian Amerika Serikat (AS). Belum lagi, belum ada sinyal ketegangan perang dagang berakhir.
 
Menurut Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International Harry Su, aksi jual asing juga terjadi karena mendekati libur akhir tahun. Selain itu, masih banyak tantangan yang dihadapi pasar modal ke depan terkait makroekonomi.
 
Di antaranya, defisit transaksi berjalan dan risiko perlambatan ekonomi. "Apalagi, kalau AS resesi, pertumbuhan ekonomi kita akan terdampak dari sisi ekspor. Rupiah juga akan terimbas," jelas Harry, Senin (10/12). Artinya, net sell masih rawan berlanjut.
 
Namun, kata Adrian, jelang akhir tahun, pasar saham berpeluang rebound, sebab ada kecenderungan aksi window dressing atau mempercantik portofolio. "Dalam skala tertentu, resesi di AS bisa menjadi sentimen positif bagi emerging market seperti Indonesia, karena investor akan mencari imbal hasil lebih menarik," tutur dia, Senin (10/12).
 
Prediksi Adiran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun depan bakal bergerak di kisaran 6.380-6.685. Sedangkan, Harry menganalisa, indeks bisa menuju 6.700 pada tahun depan.
 
 
Meski dilanda aksi jual oleh asing, sejumlah saham masih membukukan kenaikan. Misalnya, BBCA, CPIN dan GGRM. Kenaikan harga saham tentu karena pemodal domestik justru memanfaatkan kesempatan untuk masuk ke saham itu.
 
Adrian memaparkan, saham sektor perbankan, properti dan konstruksi memang masih menarik. Sektor tersebut lebih aman dibandingkan saham pertambangan dan perkebunan, yang harganya sangat terpengaruh harga komoditas di pasar global.
 
Perbankan juga lebih prospektif sebab tahun depan kenaikan suku bunga Bank Indonesia diyakini tak lagi agresif. Adrian merekomendasikan saham BMRI, BBRI dan BBNI.
 
Sebaliknya, Harry menilai, tidak ada sektor yang aman apabila terjadi perlambatan ekonomi global. Jadi, investor disarankan untuk lebih defensif pada paruh pertama tahun depan. "Pilihan hanya sektor konsumer, seperti GGRM dan ICBP," imbuh dia.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Berlangganan

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Bagikan

Berita Terbaru

RI Ajak Investor Inggris Investasi di Sektor EBT
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:57 WIB

RI Ajak Investor Inggris Investasi di Sektor EBT

Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani memamerkan sejumlah upaya pemerintah untuk menciptakan iklim bisnis di sektor energi terbarukan

Ribuan Orang Teken Petisi Tolak Kenaikan Tarif PPN
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:52 WIB

Ribuan Orang Teken Petisi Tolak Kenaikan Tarif PPN

Lebih dari 5.000 orang telah menandatangani petisi online yang telah dibuat sejak 19 November 2024 tersebut

Persiapan Tol Trans Jawa untuk Mudik Libur Nataru
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:45 WIB

Persiapan Tol Trans Jawa untuk Mudik Libur Nataru

Pemerintah memastikan bahwa Tol Trans Jawa siap dilintasi saat libur Natal dan 2024 dan Tahun Baru 2025

Subsidi Pupuk Tetap Dalam Bentuk Volume Barang
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:39 WIB

Subsidi Pupuk Tetap Dalam Bentuk Volume Barang

Pemerintah akan menggelontorkan pupuk subsidi sebanyak lebih dari 9 juta ton secara langsung kepada petani

Duit Beredar Melambat Tanda Isi Dompet Cekak
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:30 WIB

Duit Beredar Melambat Tanda Isi Dompet Cekak

Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) melambat pada Oktober 2024

Bumi Citra Permai (BCIP) Bidik Cuan Bisnis Kaveling Industri
| Sabtu, 23 November 2024 | 10:38 WIB

Bumi Citra Permai (BCIP) Bidik Cuan Bisnis Kaveling Industri

PT Bumi Citra Permai Tbk bersiap menggenjot bisnis dengan menyediakan lebih banyak kaveling industri dan pergudangan. 

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:19 WIB

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%

Pertumbuhan laba bersih SMRA itu didongkrak melejitnya pendapatan di periode Januari-September 2024.

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:11 WIB

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024

Pendapatan dan laba bersih PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) alias Harita Nickel kompak naik di sembilan bulan 2024. 

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:01 WIB

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar

Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi penguatan 0,48%. Jumat (22/11), IHSG ditutup naik 0,77% ke level 7.195,56 

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik
| Sabtu, 23 November 2024 | 06:54 WIB

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik

Menakar efek insentif pajak lanjutan PPnBM DTP dan PPN DTP terhadap prospek kinerja emiten kendaraan listrik​.

INDEKS BERITA

Terpopuler