Investor Ritel Serbu Saving Bond Ritel Seri 005

Sabtu, 19 Januari 2019 | 14:30 WIB
Investor Ritel Serbu Saving Bond Ritel Seri 005
[]
Reporter: Danielisa Putriadita, Grace Olivia | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tampaknya bakal sukses mendulang pendanaan lewat penerbitan Saving Bond Ritel (SBR) seri 005. Indikatornya: investor sangat antusias membeli obligasi ritel yang pemerintah tawarkan sejak 10 Januari lalu itu. Dengan masa penawaran hingga 24 Januari nanti, kemungkinan besar permintaan SBR005 melebihi target sebesar Rp 5 triliun.

Berdasarkan situs pembelian SBR005 di salah satu mitra distribusi (midis), sampai Jumat (18/1) pukul 21.00 WIB, sisa kuota pemesanan tinggal Rp 917 miliar saja. Artinya, hanya dalam tempo sepekan, pemesanan yang masuk sudah lebih dari Rp 4 triliun.

Antusias investor yang besar menyebabkan pembelian SBR005 di sejumlah midis sulit terlaksana. Terutama, di Bank Central Asia (BCA) yang selama ini jadi midis dengan penjualan obligasi ritel pemerintah terbesar. "Sudah mencoba membeli berkali-kali, baik online di telepon selular maupun laptop, tapi gagal juga," ungkap Nurdiana, calon pembeli SBR005, ke KONTAN kemarin.

Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengakui, nasabah banknya yang meminati SBR005 sangat banyak. Hingga Kamis (17/1), penjualan SBR005 di BCA telah menembus angka Rp 1,1 triliun. "Sampai saat ini sudah terjual Rp 1,1 triliun dari target sebesar Rp 2 triliun," ujar Jahja saat dihubungi KONTAN, Jumat (18/1).

Sementara ini, Jahja mengungkapkan, BCA hanya mematok target penjualan SBR005 sebesar Rp 2 triliun. Soalnya, pemerintah hanya menetapkan kuota maksimal penjualan senilai Rp 5 triliun.

Jika kelak penjualan SBR005 telah memenuhi target Rp 2 triliun sebelum akhir periode, Jahja menyebutkan, BCA kemungkinan bakal menutup "loket" penawaran obligasi ritel tersebut.

Animo investor yang tinggi juga terjadi di Bank Tabungan Negara (BTN). Direktur Konsumer BTN Budi Satria mengatakan, target penjualan SBR005 banknya hanya Rp 100 miliar. "Kami sudah menjual Rp 40 miliar," sebutnya.

Budi memperkirakan, penawaran SBR005 berpotensi mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed. "Kalau melihat animonya dan yield (kupon) yang ditawarkan, kemungkinan bisa oversubscribed," imbuh dia.

Sebelumnya, Loto Srinaita Ginting Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, menegaskan, pemerintah membatasi kuota maksimal penjualan SBR005 dengan nilai sebesar Rp 5 triliun. "Jadi, kalau nanti sudah terpenuhi, penawaran bisa saja kami tutup sebelum masanya selesai. Untuk itu, investor lebih baik membeli SBR005 secepat mungkin," ujarnya saat acara peluncuran SBR005, Kamis (10/1) pekan lalu.

Ifan Mohamad Ihsan, Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) pun melihat, penawaran obligasi ritel perdana tahun ini bakal laris manis. Sebab, imbalan minimal yang SBR005 berikan lebih tinggi dari yield Surat Utang Negara (SUN) seri acuan. "Berarti, investor bisa mengambil keuntungan daripada masuk ke SUN, walau sebagai kompensasi instrumen itu tidak bisa ditransaksikan di pasar sekunder," ungkap Ifan.

Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama, menambahkan, instrumen ini layak koleksi ketimbang deposito. Pajak SBR005 hanya 15%, sedangkan deposito 20%.
Beli, selagi masih ada.

Bagikan

Berita Terbaru

Obesitas Ekonomi Triwulan Dua 2025
| Selasa, 12 Agustus 2025 | 03:32 WIB

Obesitas Ekonomi Triwulan Dua 2025

Kesenjangan laju pertumbuhan utang dan penerimaan pajak mulai menimbulkan tekanan fiskal yang nyata.

Permintaan dari PLN, Masih Jadi Pendorong Kinerja POWR
| Senin, 11 Agustus 2025 | 14:00 WIB

Permintaan dari PLN, Masih Jadi Pendorong Kinerja POWR

Per Juni 2025, POWR mencatat penerimaan pendapatan sebesar US$ 271,33 juta, naik 0,89% YoY dari sebelumnya US$ 268,93 juta.

Potensi Bisnis Besar Tapi Anggota BRICS+ Masih Pilih Melangkah Sendiri
| Senin, 11 Agustus 2025 | 13:00 WIB

Potensi Bisnis Besar Tapi Anggota BRICS+ Masih Pilih Melangkah Sendiri

BRICS+ yang digadang sebagai simbol kekuatan ekonomi baru belum menunjukkan tajinya sebagai penyeimbang dominasi negara barat.

Balik Rugi Jadi Laba, RAAM Memacu Bisnis Bioskop Platinum Cineplex
| Senin, 11 Agustus 2025 | 12:00 WIB

Balik Rugi Jadi Laba, RAAM Memacu Bisnis Bioskop Platinum Cineplex

RAAM berhasil membalik kerugian dari rugi Rp 98,37 miliar menjadi laba Rp 7,19 miliar, kinerja bioskop turut mendongkrak kinerja perusahaan ini.

Genjot Kinerja, HERO Perkuat Strategis Bisnis Guardian dan IKEA
| Senin, 11 Agustus 2025 | 11:00 WIB

Genjot Kinerja, HERO Perkuat Strategis Bisnis Guardian dan IKEA

Transformasi membuat HERO lebih fokus mengelola dua lini bisnis utama yakni ritel kecantikan kesehatan dan furnitur perabot rumah tangga.

Profit 27,84% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun (11 Agustus 2025)
| Senin, 11 Agustus 2025 | 09:35 WIB

Profit 27,84% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun (11 Agustus 2025)

Harga emas batangan bersertifikat di laman resmi Logam Mulia PT Aneka Tambang turun Rp 6.000 per gram ke Rp 1.945.000 per gram.

Sudah Saatnya Mengevaluasi Tantiem Direksi dan Komisaris BUMN
| Senin, 11 Agustus 2025 | 09:13 WIB

Sudah Saatnya Mengevaluasi Tantiem Direksi dan Komisaris BUMN

Bonus dan tantiem di BUMN triliunan rupiah per tahun itu seharusnya berdasarkan pencapaian operasional riil. Bukan karena trik akuntans. 

Menimbang Investasi Jangka Panjang di Perbankan
| Senin, 11 Agustus 2025 | 08:19 WIB

Menimbang Investasi Jangka Panjang di Perbankan

Faktor diversifikasi juga perlu diperhatikan. Meski sama-sama bergerak di bidang keuangan masing-masing bank memiliki pasar yang dapat berbeda.

Mempercayai Data
| Senin, 11 Agustus 2025 | 06:09 WIB

Mempercayai Data

Lembaga riset CELIOS mengirimkan surat ke PBB dan meminta badan statistik PBB mengaudit BPS terkait data pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut.

Kinerja Emiten Danantara Merana
| Senin, 11 Agustus 2025 | 06:05 WIB

Kinerja Emiten Danantara Merana

Mayoritas emiten pelat marah di bawah naungan BPI Danantara mengalami penurunan laba di semester I-2025.

INDEKS BERITA