Investor Terbesar di JAWA Melepas Sebagian Kepemilikannya

Jumat, 06 September 2019 | 08:57 WIB
Investor Terbesar di JAWA Melepas Sebagian Kepemilikannya
[ILUSTRASI. Perkebunan kelapa sawit ]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor terbesar di PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) mengurangi sebagian kepemilikannya di perusahaan perkebunan tersebut.

PT Sarana Agro Investama diketahui telah melepas sekitar 260,50 juta saham JAWA.

Transaksi tersebut tercatat dalam laporan kepemilikan efek 5% atau lebih per 4 September 2019.

Usai penjualan saham tersebut, kepemilikan Sarana Agro Investama di JAWA berkurang 6,90% menjadi tinggal 80%.

Baca Juga: Ini Dampak Tiga Skenario Kebijakan Pembatasan CPO

Tidak ada catatan soal investor institusi atau individu skala besar yang menjadi pembeli saham tersebut.

Sarana Agro Investama tetap menjadi pemegang saham mayoritas perusahaan perkebunan kelapa sawit dan karet tersebut.

Investor JAWA yang lain adalah investor publik dengan kepemilikan di bawah 5%.

Pas dua tahun

Kiprah Sarana Agro Investama di JAWA sejatinya masih terbilang baru.

Hari ini, 6 September 2019, tepat dua tahun perusahaan investasi itu masuk sebagai pemegang saham pengendali JAWA.

Pada 6 September 2017 Sarana Agro Investama memborong seluruh saham JAWA yang dikuasai PT Sinar Kasih Abadi sebanyak 70,51%.

Berdasarkan keterangan yang diberikan ke Bursa Efek Indonesia pada saat itu, penanggung jawab dari pihak pembeli adalah Ronny Alexander Waliry. 

Ronny saat ini tercatat sebagai Komisaris di Setiabudi Investment Management.

Baca Juga: Seluas 381.000 ha kebun karet terserang penyakit gugur daun, produksi anjlok 15%

Merujuk profil Ronny di perusahaan investasi tersebut, Ia juga menjabat sebagai Direktur di PT Rajawali Agung Wisesa.

Ini merupakan perusahaan yang bermain di bisnis pengelolaan air bersih.

Dari 2007 hingga 2027 mendatang perusahaan tersebut terikat kerjasama PDAM Kota Makassar.

Mereka menjalin kerjasama ROT (rehabilitasi, operasi dan transfer) Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Panaikang di Makassar, Sulawesi Selatan.

Kembali ke cerita JAWA, transaksi Sarana Agro Investama pada 6 September 2017 berlangsung di harga Rp 250 per saham.

Dengan demikian, total nilai transaksi tersebut mencapai sekitar Rp 665,4 miliar.

Tanpa memperhitungkan harga pembelian JAWA di transaksi-transaksi berikutnya, dan berdasarkan harga penutupan 4 September 2019 di Rp 105 per saham, selisih kerugiannya Rp 145 per saham.

Dengan asumsi tersebut, dari penjualan sekitar 260,50 juta saham JAWA pada 4 September 2019, selisih kerugiannya sekitar Rp 37,77 miliar.

Kinerja terpuruk

Sejauh ini belum ada informasi resmi soal alasan transaksi penjualan tersebut.

Yang jelas, kinerja keuangan JAWA dalam beberapa tahun terakhir memang tengah terpuruk.

Sejak tahun 2015 perusahaan itu tercatat terus menanggung rugi bersih. 

Data terbaru, rugi bersih JAWA membengkak dari Rp 88 miliar per Juni 2019 menjadi Rp 145 miliar hingga pertengahan tahun 2019

Baca Juga: Ikuti Jejak Indonesia, Peritel Malaysia Hentikan Penjualan Produk Palm Oil Free

Tekanan terhadap kinerja keuangan JAWA seiring melemahnya harga komoditas, terutama crude palm oil (CPO).

Walhasil, harga saham JAWA selama bertahun-tahun panjang terus tertekan.

Saham JAWA tidak pernah berhasil kembali ke harga perdana saat initial public oferring pada 30 Mei 2011 di Rp 500 per saham.

Pada perdagangan kemarin (05/09) saham JAWA terkapar di Rp 105 per saham.

Masih optimistis

Kendati demikian, manajemen PT Jaya Agra Wattie Tbk yakin bisa memperbaiki kinerja keuangannya meski mungkin tidak terwujud tahun ini.

Berdasar pemberitaan KONTAN sebelumnya, sesuai dengan rencana revitalisasi infrastruktur perkebunan dan fasilitas pengolahan, Jaya Agra Wattie memprediksi kinerja baru akan terungkit mulai 2020-2021.

Untuk kepentingan tersebut, perseroan menyiapkan belanja modal Rp 86,7 miliar. 

Sebagian besar, yakni Rp 81 miliar digunakan untuk rehabilitasi tanaman, irigasi, jalan dan jembatan. 

Di sisi produksi, tahun ini JAWA menargetkan kenaikan produksi karet 43,67% year on year (yoy) menjadi 21.209 ton.

Baca Juga: Tahun Ini Manajemen Jaya Agra Wattie (JAWA) Tak Pasang Target Muluk-muluk

Untuk komoditas kelapa sawit, produksi tandan buah segar (TBS) sawit ditargetkan tumbuh 54,98% menjadi 426.000 ton naik 54,98% yoy. 

Sementara untuk CPO ditargetkan melesat 54,82% (yoy) menjadi 91.731 ton.

Bagikan

Berita Terbaru

Risiko Politik dan Fiskal Bayangi Pasar Keuangan, Investor Diminta Tetap Selektif
| Senin, 01 September 2025 | 17:44 WIB

Risiko Politik dan Fiskal Bayangi Pasar Keuangan, Investor Diminta Tetap Selektif

Pada saat terjadi demonstrasi pada Senin (25/8), asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp 731,36 miliar.

Marak Aksi Demo, Permintaan Jasa Keamanan Milik SOSS Meningkat Tajam
| Senin, 01 September 2025 | 16:52 WIB

Marak Aksi Demo, Permintaan Jasa Keamanan Milik SOSS Meningkat Tajam

Dalam kondisi normal, satu kantor biasanya dijaga sekitar 10 personel keamanan. Namun, saat situasi genting, jumlahnya bisa bertambah 20%-50%.

Ini isi Dakwaan Terdakwa Recapital, MI Milik Bos Danantara di Kasus Korupsi Asabri
| Senin, 01 September 2025 | 13:40 WIB

Ini isi Dakwaan Terdakwa Recapital, MI Milik Bos Danantara di Kasus Korupsi Asabri

Badan Pemeriksa K.euangan Republik Indonesia (BPK RI) menyebut terjadi kerugian keuangan negara sebesar Rp 300 miliar dari aksi Recapital.

Data-Data Tercatat Positif, Industri Manufaktur Masih Dibayangi Sederet Tantangan
| Senin, 01 September 2025 | 11:26 WIB

Data-Data Tercatat Positif, Industri Manufaktur Masih Dibayangi Sederet Tantangan

Industri manufaktur masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti pasokan gas industri yang sempat tersendat pada pertengahan Agustus 2025. 

Permintaan Menanjak, Sinar Mas Land Ekspansi DP Mall Semarang
| Senin, 01 September 2025 | 11:13 WIB

Permintaan Menanjak, Sinar Mas Land Ekspansi DP Mall Semarang

Total investasi untuk perluasan dan pengembangan DP Mall Semarang ini diproyeksikan mencapai Rp 500 miliar.

Keadilan Pajak dan Shadow Economy
| Senin, 01 September 2025 | 11:01 WIB

Keadilan Pajak dan Shadow Economy

Memburu para pedagang kecil berpendapatan rendah justru berpotensi melanggar prinsip vertical equity.

Jaga Nadi Ekonomi
| Senin, 01 September 2025 | 10:46 WIB

Jaga Nadi Ekonomi

Stabilitas politik adalah fondasi iklim investasi, dialog yang dipimpin Presiden harus menghasilkan keputusan nyata yang dirasakan masyarakat.

Emiten ESG Meraup Berkah Pengelolaan Sampah
| Senin, 01 September 2025 | 08:55 WIB

Emiten ESG Meraup Berkah Pengelolaan Sampah

Proyek konversi sampah menjadi energi atau waste energy Danantara jadi sentimen positif bagi emiten ESG.

Segudang Manfaat dari Minyak Jelantah
| Senin, 01 September 2025 | 07:50 WIB

Segudang Manfaat dari Minyak Jelantah

Limbah Dapur Jadi Energi                                                                &nbs

Reksadana ESG: Menimbang Pilihan Investasi Berpadu Filantropi
| Senin, 01 September 2025 | 07:01 WIB

Reksadana ESG: Menimbang Pilihan Investasi Berpadu Filantropi

Reksadana filantropi memungkinkan investor mencari return sekaligus beramal untuk kebaikan masyarakat. Bagaimana prospek

INDEKS BERITA

Terpopuler