Jauh Hijau dari Industri

Sabtu, 17 Mei 2025 | 06:15 WIB
Jauh Hijau dari Industri
[ILUSTRASI. Jurnalis KONTAN Asnil Bambani Amri. (Ilustrasi KONTAN/Indra Surya)]
Asnil Bambani | Senior Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali menyatakan komitmen mempercepat dekarbonisasi sektor industri menuju target net zero emission pada tahun 2050. 

Upaya ini layak diapresiasi sebagai usaha mengantisipasi dampak perubahan iklim. Jika dihitung mundur, artinya ambisi itu harus dikejar dalam waktu 25 tahun lagi.

Namun, target tersebut akan jauh panggang dari api jika hanya di atas kertas semata. Keinginan mengurangi jejak karbon di industri tak bisa dilakukan hanya dengan mematok target. Harus ada upaya ekstra, biar keinginan mewujudkan net zero emission bisa terealisasi pada tahun 2050 nanti.

Untuk saat ini saja, industri keteteran dalam menerapkan praktik industri hijau. Agar mereka bisa hijrah, industri mesti investasi yang tentu saja butuh pembiayaan dan juga bunga murah. Jika tidak, produktivitas industrinya menjadi rendah dan bisa membuatnya kalah bersaing di pasar. 

Contohnya adalah industri transportasi. Agar bisa rendah emisi karbon, mereka mesti mengganti armada bus atau kapal, dan itu investasinya tidaklah murah. Di sisi lain, pemerintah juga tidak memiliki insentif bagi industri yang berhasil mempraktikkan industri hijau atau melakukan dekarbonisasi itu. 

Belum lagi, ketiadaan regulasi yang memayungi industri yang hijrah ke industri yang ramah lingkungan. Contoh, ketiadaan regulasi yang memberikan kemudahan impor peralatan industri, mesin dan armada yang rendah emisi untuk kebutuhan operasional industri. 

Kondisi semakin pelik, saat infrastruktur industri hijau yang belum memadai. Ada cerita dari salah satu industri data center yang ingin mewujudkan data center rendah emisi tetapi terkendala sumber energi kelistrikan yang masih mengandalkan batubara.

Belum lagi masalah penggunaan teknologi. Pelaku industri harus membayar mahal atau dikenakan pajak barang mewah saat mengimpor produk teknologi ramah lingkungan. Yang paling berat yang dihadapi pemerintah adalah, sulitnya menghadapi pelaku industri yang masih mengejar pertumbuhan ketimbang keberlanjutan.

Juga, industri yang terlihat sudah menerapkan praktik hijau, tetapi ternyata hanya sebatas kedok belaka. Atau, sekadar greenwashing alias pura-pura hijau. 

Masih banyak pekerjaan rumah pemerintah untuk melakukan dekarbonisasi di industri. Jadi, pelan-pelan ya pak!

Selanjutnya: Kupas Strategi Investasi Sektor Riil ala Bos PT Cipta Perdana Lancar Tbk (PART)

Bagikan

Berita Terbaru

CEO Generali Indonesia Rebecca Tan: Misi Menjadi Teman Bagi Nasabah
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 11:29 WIB

CEO Generali Indonesia Rebecca Tan: Misi Menjadi Teman Bagi Nasabah

Melihat perjalanan karier Rebecca Tan di industri keuangan hingga menjadi Presiden Direktur Generali Indonesia

Terdorong Sentimen Kesepakatan AS-China, IHSG Menguat Dalam Sepekan
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:38 WIB

Terdorong Sentimen Kesepakatan AS-China, IHSG Menguat Dalam Sepekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,94% pada Jumat (16/5). Dalam sepekan, IHSG mengakumulasi kenaikan 2,60%.​

Pembukaan Hutan untuk Ketahanan Pangan Bertahap
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:28 WIB

Pembukaan Hutan untuk Ketahanan Pangan Bertahap

Kementerian Kehutanan menegaskan rencana pembukaan 20,6 juta hektare (ha) lahan untuk proyek ketahanan pangan tidak akan dilakukan sekaligus

Kartu Prakerja Tunggu Peralihan ke Kemnaker
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:23 WIB

Kartu Prakerja Tunggu Peralihan ke Kemnaker

Pemerintah akan mengalihkan Program Kartu Prakerja ke Kementerian Ketenagkerjaan dari sebelumnya di bawah Kemko Perekonomian

Setoran PNBP SDA Juga Masih Rentan
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:03 WIB

Setoran PNBP SDA Juga Masih Rentan

PNBP SDA akan dipengaruhi oleh beberapa faktur, termasuk realisasi lifting migas dan pergerakan nilai tukar

Profit 27,7% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambleg (17 Mei 2025)
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:00 WIB

Profit 27,7% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambleg (17 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (17 Mei 2025) 1 gram Rp 1.871.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 27,7% jika menjual hari ini.

Belum Ada Insentif Baru untuk Dorong Konsumsi
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 08:50 WIB

Belum Ada Insentif Baru untuk Dorong Konsumsi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai kondisi perekonomian domestik masih kuat

Bikin Resah, Daya Pungut Pajak Semakin Merosot
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 08:28 WIB

Bikin Resah, Daya Pungut Pajak Semakin Merosot

Angka tax buoyancy Indonesia pada tahun 2024 turun ke bawah 1 dan menjadi negatif pada kuartal I-2025

Mitra Angksa sejahtera (BAUT) Mengencangkan Pendapatan di Tahun Ini
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 08:00 WIB

Mitra Angksa sejahtera (BAUT) Mengencangkan Pendapatan di Tahun Ini

BAUT membidik pendapatan sebesar Rp 160,60 miliar di sepanjang tahun ini. Adapun tahun lalu BAUT membukukan pendapatan sebesar Rp 153,95 miliar.

Imbal Hasil Tinggi, Duit Asing Masuk Pasar Obligasi Indonesia
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 06:30 WIB

Imbal Hasil Tinggi, Duit Asing Masuk Pasar Obligasi Indonesia

Sejak awal tahun ini, asing melakukan aksi beli bersih atau net buy di pasar surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 29,1 triliun di pasar SBN.

INDEKS BERITA

Terpopuler