Jelang Pungutan Suara, Theresa May Minta Parlemen Mendukung Kesepakatannya
KONTAN.CO.ID - LONDON. Besok jadi hari yang menentukan bagi negara Inggris. Anggota parlemen akan melakukan pemungutan suara terkait kesepakatan Perdana Menteri Inggris, Theresa May dengan para pemimpin Uni Eropa yang berbasis di Brussels.
Pemungutan suara besok merupakan penundaan dari jadwal sebelumnya pada Desember silam. May memperingatkan anggota parlemen agar memberikan dukungan demi Brexit yang lebih teratur. Dia menyebut gagal memberikan Brexit akan menjadi bencana bagi demokrasi dan mengecewakan masyarakat yang mendukung Brexit dalam referendum Juni 2016.
“Melakukan hal tersebut akan menjadi pelanggaran kepercayaan terhadap demokrasi kita. Jadi, pesan saya ke parlemen akhir pekan ini: sekarang saatnya untuk melakukan apa yang benar untuk negara kita,” kata May kepada Sunday Express, seperti dikutip Reuters, Senin (14/1).
Meski tak popular, sejauh ini May menolak untuk mundur dari kesepakatannya. Kesepakatan ini mendapat kecaman dari semua pihak. Banyak orang yang pro-Eropa justru mendesak diadakan referendum kedua.
Jika besok May kalah di parlemen, pemimpin partai buruh opsisi Jeremy Corbyn menyebut pihaknya akan memaksa pemilihan nasional dan berencana mengusulkan mosi percaya pada pemerintah.
Corbyn mengatakan jika dia memaksakan pemilihan nasional dan partainya menang, mungkin Brexit akan ditunda sementara mereka menegosiasikan kesepakatan baru dengan Uni Eropa. “Saya lebih suka mendapat kesepakatan yang dinegosiasikan sekarang, keluar dari kesepakatan dengan Uni Eropa akan menjadi bencana bagi industri dan perdagangan,” ujar Corbyn kepada BBC saat ditanya mengenai prospek referendum kedua.
Surat kabar Observer juga sempat melaporkan bahwa perencana militer telah dikirim ke beberapa departemen pemerintah untuk membantu persiapan Brexit tanpa kesepakatan (Brexit-no deal).
Dalam sebuah pidato, May sempat mengatakan dia meyakini anggota parlemen akan lebih memilih memblokir Brexit sekarang daripada Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Sebelumnya, The Sunday Times melaporkan anggota parlemen pemberontak berencana merebut kendali agenda legislatif dari May dan bermaksud menunda Brexit.
Vince Cable, pemimpin Demokrat Liberal yang pro Uni Eropa menyebut parlemen akan berindak mencegah Brexit-no deal, dan pada akhirnya mereka bisa berupaya mencegah Brexit terjadi. “Saya pikir, parlemen akan mengendalikan proses ini dan bersikeras kami mengejar opsi tidak ada Brexit,” kata Cable kepada BBC TV, seperti dikutip Reuters, Senin (14/1).
Cable menyebut langkah ini bisa dilakukan dengan mencabut pasal 50, pencabutan keanggotaan Britania Raya dari Uni Eropa, atau dengan mengadakan referendum kedua.