Keberlanjutan Kebijakan

Minggu, 01 Desember 2024 | 04:28 WIB
Keberlanjutan Kebijakan
[ILUSTRASI. TAJUK - Hendrika Yunapritta]
Hendrika Yunapritta | Redaktur Eksekutif

Ada kisah dari kedai yang sempat viral usai pandemi Covid19 lalu. Tempat makan di Tangsel ini hanya menawarkan satu menu saja, dengan beberapa variasi. Waktu awal buka, tahun 2022, kedai di ruko itu, mampu menciptakan antrian yang mengular.

Kapasitas dalam kedai memang tidak banyak, sekitar 50 orang. Antrian orang lapar, sering melontarkan protes. Misalnya : kenapa kapasitas enggak ditambah biar antrinya enggak kelamaan.

Alih-alih menuruti, para pemilik warung ini dengan tegas menjawab : tidak. Alasannya, mereka tidak mau semata-mata melayani pembeli fear of missing out (fomo). Mereka ingin bisnis kulinernya sustain, dengan menjaring pembeli yang jadi pelanggan.

Para empunya kedai yang termasuk generasi milenial ini, toh tidak diam saja. Mereka melakukan ekspansi ke luar kawasan, mendirikan beberapa cabang. Maka, saat pandemi dinyatakan selesai, konsumen bisa datang ke kedai terdekat. Kadang ada antrian di kedai pertama, begitu pun di cabang-cabangnya, tapi sudah tidak sepanjang dulu. Setidaknya, para pemilik kedai berhasil mengumpulkan pelanggan setia yang bukan fomo semata, pembeli yang melakukan repeat order.

Lewat media sosial, orang gampang membagikan info positif, seperti kedai yang menawarkan makanan enak, warung hidden gem, tempat wisata unik. Di tempat yang sama, orang juga berbagi kisah yang bikin prihatin layaknya resto yang sudah tutup meski sempat ramai banget, kedai yang belakangan sepi kendati pernah viral, dan destinasi wisata yang mangkrak karena tak lagi dikunjungi orang, padahal sebelumnya sangat terkenal.

Jika ditelisik, situasi serupa juga terjadi dalam tataran regulasi di negeri ini, malah jauh sebelum ada media sosial dan fenomena fomo. Kita sudah akrab dengan istilah: ganti menteri, ganti kurikulum, untuk dunia pendidikan. Meski penuh tantangan, saban ada menteri baru, seluruh ekosistem pendidikan formal di Indonesia, bersiap untuk menerima dan menerapkan kurikulum berbeda. Hal itu sudah berlangsung berpuluh tahun, sejak jaman Orde Baru, sampai-sampai dianggap 'normal'.

Dalam perjalanannya hingga kini, hal serupa terjadi meluas, tak hanya soal ganti kurikulum dan bidang pendidikan.

Beberapa kebijakan yang ditelurkan zaman presiden lalu, ternyata implementasinya malah menggantung, padahal dampak kebijakan itu, bisa positif. Misalnya saja, kebijakan untuk percepatan pengembangan industri gim lokal, yang keluar hampir berbarengan dengan gim Ojol nan viral.

Kini, seperti kehilangan induk, pengusaha gim lokal menanti campur tangan pemerintah tersebut, agar ekosistem gim dapat makin moncer. Maklum saja, dalam setahun ini, pasar gim lokal kita diperkirakan bakal mencapai US$ 3,67 miliar atau sekitar Rp 58 triliun, dengan pertumbuhan setiap tahun berkisar 8,4%.

Lantas di bidang pendidikan, keberlanjutan program MSIB (Magang dan Studi Independen Bersertifikat) masih jadi tanda tanya. Padahal, program ini sudah digadang-gadang merupakan salah satu jembatan, untuk makin mendekatkan institusi pendidikan dengan dunia kerja.

Nah, mumpung hawa Pilkada masih hangat dan pemerintahan di bawah presiden baru belum lama memulai masa jabatan, marilah kita berharap agar kondisi 'normal' ganti-ganti kebijakan tak lagi sering terjadi.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Demi Geothermal, Kemenhut Rayu UNESCO Lepas Sebagian Hutan Warisan Dunia di Sumatra
| Rabu, 17 September 2025 | 20:32 WIB

Demi Geothermal, Kemenhut Rayu UNESCO Lepas Sebagian Hutan Warisan Dunia di Sumatra

Sejumlah perusahaan besar memiliki proyek panas bumi di sekitar taman nasional yang menjadi warisan dunia Unesco.

Masih Naik Kendati Masuk UMA, Ini Prospek Saham Dwi Guna Laksana (DWGL)
| Rabu, 17 September 2025 | 19:35 WIB

Masih Naik Kendati Masuk UMA, Ini Prospek Saham Dwi Guna Laksana (DWGL)

Pada semester I-2025, penjualan DWGL meng.alami peningkatan 4,58% dari Rp 1,66 triliun menjadi Rp 1,74 triliun

Prospek Saham HMSP Bergantung Pada Revisi Tarif Cukai yang Lebih Rendah
| Rabu, 17 September 2025 | 18:59 WIB

Prospek Saham HMSP Bergantung Pada Revisi Tarif Cukai yang Lebih Rendah

Pada 2024, penerimaan negara dari cukai mencapai Rp 217 triliun, dengan 95% di antaranya berasal dari cukai rokok.

Biar Masalah Uang Tak Menjadi Sumber Kecemasan
| Rabu, 17 September 2025 | 18:07 WIB

Biar Masalah Uang Tak Menjadi Sumber Kecemasan

Kondisi pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan, bisa memicu stres finansial. Simak upaya untuk mencegahnya!

Menguji Taji Bitcoin cs Hadapi September Effect & Suku Bunga The Fed
| Rabu, 17 September 2025 | 18:03 WIB

Menguji Taji Bitcoin cs Hadapi September Effect & Suku Bunga The Fed

Bulan ini, pasar aset kripto menghadapi ujian September Effect dan agenda suku bunga The Fed. Bagaimana strategi investor?

Presiden Prabowo Subianto Kembali Reshuffle, Ada Menpora dan Menkopolkam Baru
| Rabu, 17 September 2025 | 15:43 WIB

Presiden Prabowo Subianto Kembali Reshuffle, Ada Menpora dan Menkopolkam Baru

Prabowo melantik Djamari Caniago resmi dilantik sebagai Menkopolkam dan Erick Thohir sebagai Menpora

BI Rate Turun 5 Kali Hingga September 2025 Demi Menopang Pertumbuhan Ekonomi
| Rabu, 17 September 2025 | 15:19 WIB

BI Rate Turun 5 Kali Hingga September 2025 Demi Menopang Pertumbuhan Ekonomi

BI memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (Bps) menjadi 4,75% pada RDG yang digelar pada 16-17 September 2025.

BUVA Bakal Rights Issue Buat Ekspansi, Happy Hapsoro Profit Taking Rp 100 Miliar
| Rabu, 17 September 2025 | 13:00 WIB

BUVA Bakal Rights Issue Buat Ekspansi, Happy Hapsoro Profit Taking Rp 100 Miliar

Dalam waktu dekat, BUVA akan melaksanakan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) alias rights issue.

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/9) Masih Menanti Keputusan BI dan The Fed
| Rabu, 17 September 2025 | 07:51 WIB

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/9) Masih Menanti Keputusan BI dan The Fed

Investor menanti hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur BI mengenai suku bunga acuan. Harap-harap cemas ini berbarengan arah suku bunga The Fed.

IPO Merdeka Gold (EMAS) Berpotensi Meraup Dana Rp 4,65 Triliun
| Rabu, 17 September 2025 | 07:44 WIB

IPO Merdeka Gold (EMAS) Berpotensi Meraup Dana Rp 4,65 Triliun

PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) mematok harga initial public offering (IPO) di Rp 2.880 per saham.

INDEKS BERITA

Terpopuler