KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) menggenjot kinerja di semester dua tahun ini. Untuk memenuhi kebutuhan dana ekspansi, perusahaan ini menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III Tahap II senilai Rp 3,38 triliun, terdiri dari obligasi konvensional Rp 2,59 triliun dan sukuk Rp 794 miliar.
Dana penerbitan obligasi ini dialokasikan untuk menambah belanja modal tahun ini, sebesar Rp 10 triliun. Hingga kuartal pertama 2019, ISAT telah menyerap Rp 2,2 triliun, atau senilai 22% dari total alokasi capex tahun ini.
Analis Panin Sekuritas Nico Laurens megatakan, saat ini ISAT getol mengejar ketertinggalan dari emiten telekomunikasi lain. ISAT antara lain tertinggal di jumlah base transceiver station (BTS) yang dimiliki. "Mereka lagi kejar ketertinggalan kepemilikan tower, sehingga belanja modal ISAT lagi gede-gedenya sekarang," jelas dia, kemarin.
Beban utang
Saat ini, ISAT berupaya meningkatkan jumlah BTS jaringan 4G. Di saat yang sama, perusahaan ini mengurangi jumlah BTS 2G dan 3G.
Nico memperkirakan, selama beberapa tahun ke depan, kinerja ISAT masih sulit melesat. Hanya saja, dia optimistis, laba perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) secara perlahan akan tumbuh.
Secara umum, analis menilai EBITDA Indosat sejatinya lebih baik dibanding emiten telekomunikasi lain. Di kuartal pertama tahun ini, ISAT mencatat pertumbuhan EBITDA 6% year on year. Bandingkan dengan TLKM yang mencetak penurunan EBITDA 5% dan EXCL yang turun 3%.
Meskipun masih tertinggal, Nico menilai masih ada prospek baik untuk ISAT ke depan. Pasalnya, kompetisi dari pemain di bidang telekomunikasi tahun ini sudah seketat tahun-tahun sebelumnya. "Di kuartal tiga tahun lalu, pendapatan ISAT per megabyte sudah tidak menunjukkan tekanan dibandingkan sebelumnya," jelas Nico.
Di sisa semester dua ini, Nico melihat, Indosat masih akan fokus mengejar ketertinggalan dari kompetitor lain, terutama dari sisi kualitas jaringan dan kecepatan unduh data.Pelan-pelan, pertambahan BTS sudah kelihatan terutama yang 4G, ujar Nico.
Karena itu, saat ini Nico masih merekomendasikan hold saham ISAT. Nico mematok target harga ISAT sebesar Rp 3.000 per saham. Nico beralasan, belanja modal yang tinggi bisa membuat beban utang Indosat makin besar.
Analis Deutsche Bank Raymond Kosasih, dalam riset, merekomendasikan sell untuk saham ISAT dengan target harga Rp 1.400. Ia melihat, ada potensi kerugian ISAT memburuk tahun ini.
Namun Foong Choong Chen, analis CIMB Securities, masih optimistis dengan prospek ISAT. Ia merekomendasikan add dengan target harga Rp 3.500 per saham.