KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 mencapai 5,17%. Angka yang terbilang mengejutkan itu lebih tinggi daripada pertumbuhan di tahun sebelumnya, yang cuma 5,07%.
Nilai produk domestik bruto (PDB) mencapai Rp 14.837,4 triliun. Itu berarti pendapatan per kapita penduduk sebesar US$ 3.927 atau Rp 56 juta.
Jika menggunakan patokan lama dari Bank Dunia, Indonesia sudah masuk ke negara berpenghasilan menengah atas. Tapi jika menggunakan patokan baru yang dirilis Juli 2016, pendapatan Indonesia masuk kategori menengah.
Sebagai catatan, menurut kategori lama Bank Dunia, negara berpendapatan menengah atas (upper-middle income) jika pendapatan per kapita di rentang US$ 3.896–US$ 12.055. Sementara jika menggunakan patokan baru, negara berpendapatan menengah atas jika memiliki pendapatan per kapita antara US$ 4.036–US$ 12.475.
Menko Perekonomian Darmin Nasution tak mau berspekulasi tentang posisi kenaikan PDB per kapita ini. Dia hanya mengatakan, salah satu penyokong pertumbuhan ekonomi kali ini adalah konsumsi rumah tangga. Ini tanda daya beli naik.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2018 terbilang positif. "Ini capaian yang cukup menggembirakan," katanya, Rabu (6/2). Indonesia mampu tumbuh di atas 5% di tengah kondisi global bergejolak.
Konsumsi rumah tangga 2018 tetap jadi jawara penyokong ekonomi. Konsumsi tumbuh 5,05%, berkontribusi sampai 55,74% atas PDB. Disusul investasi yang naik 6,67% dengan kontribusi 32,29% terhadap PDB.
Laju investasi yang lebih besar diharapkan memutar lebih kencang ekonomi karena bisa menciptakan lapangan kerja dan mengungkit daya beli. "Realisasi kinerja investasi 2018 tidak sesuai target, tapi kita akan benahi terus," kata Thomas Trikasih Lembong, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Wakil Ketua Kadin Shinta Kamdani melihat, pertumbuhan ekonomi 5,17% belum cukup untuk memangkas angka kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan. Hanya, di tengah turbulensi di 2018, capaian ini lebih baik.
Pieter Abdullah, Ekonom Center of Reform on Economic menilai, pertumbuhan ekonomi 2108 bisa lebih baik lagi. Masalahnya, "Ekonomi Indonesia bergantung sumber daya alam," katanya.
Jika ekonomi terjebak tumbuh hanya di level 5%, Indonesia bisa terancam masuk negara Indonesia akan masuk jebakan sebagai negara dengan pendapatan menengah (middle income trap).