Konsumsi Masyarakat Mengangkat Pertumbuhan Ekonomi di 2018

Kamis, 07 Februari 2019 | 04:15 WIB
Konsumsi Masyarakat Mengangkat Pertumbuhan Ekonomi di 2018
[]
Reporter: Grace Olivia, Lidya Yuniartha | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 mencapai 5,17%. Angka yang terbilang mengejutkan itu lebih tinggi daripada pertumbuhan di tahun sebelumnya, yang cuma 5,07%.

Nilai produk domestik bruto (PDB) mencapai Rp 14.837,4 triliun. Itu berarti pendapatan per kapita penduduk sebesar US$ 3.927 atau Rp 56 juta.

Jika menggunakan patokan lama dari Bank Dunia, Indonesia sudah masuk ke negara berpenghasilan menengah atas. Tapi jika menggunakan patokan baru yang dirilis Juli 2016, pendapatan Indonesia masuk kategori menengah.

Sebagai catatan, menurut kategori lama Bank Dunia, negara berpendapatan menengah atas (upper-middle income) jika pendapatan per kapita di rentang US$ 3.896–US$ 12.055. Sementara jika menggunakan patokan baru, negara berpendapatan menengah atas jika memiliki pendapatan per kapita antara US$ 4.036–US$ 12.475.

Menko Perekonomian Darmin Nasution tak mau berspekulasi tentang posisi kenaikan PDB per kapita ini. Dia hanya mengatakan, salah satu penyokong pertumbuhan ekonomi kali ini adalah konsumsi rumah tangga. Ini tanda daya beli naik.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2018 terbilang positif. "Ini capaian yang cukup menggembirakan," katanya, Rabu (6/2). Indonesia mampu tumbuh di atas 5% di tengah kondisi global bergejolak.

Konsumsi rumah tangga 2018 tetap jadi jawara penyokong ekonomi. Konsumsi tumbuh 5,05%, berkontribusi sampai 55,74% atas PDB. Disusul investasi yang naik 6,67% dengan kontribusi 32,29% terhadap PDB.

Laju investasi yang lebih besar diharapkan memutar lebih kencang ekonomi karena bisa menciptakan lapangan kerja dan mengungkit daya beli. "Realisasi kinerja investasi 2018 tidak sesuai target, tapi kita akan benahi terus," kata Thomas Trikasih Lembong, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Wakil Ketua Kadin Shinta Kamdani melihat, pertumbuhan ekonomi 5,17% belum cukup untuk memangkas angka kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan. Hanya, di tengah turbulensi di 2018, capaian ini lebih baik.

Pieter Abdullah, Ekonom Center of Reform on Economic menilai, pertumbuhan ekonomi 2108 bisa lebih baik lagi. Masalahnya, "Ekonomi Indonesia bergantung sumber daya alam," katanya.

Jika ekonomi terjebak tumbuh hanya di level 5%, Indonesia bisa terancam masuk negara Indonesia akan masuk jebakan sebagai negara dengan pendapatan menengah (middle income trap).

Bagikan

Berita Terbaru

Steady Safe (SAFE) Jajaki Peluang Masuk ke Bisnis Taksi Listrik
| Kamis, 25 September 2025 | 18:28 WIB

Steady Safe (SAFE) Jajaki Peluang Masuk ke Bisnis Taksi Listrik

Sejauh ini, kinerja SAFE masih sangat bergantung pada kontrak kerja sama dengan PT Transportasi Jakarta untuk melayani beberapa rute.

Saham-Saham Ritel Ambrol Kecuali RALS, Begini Kondisi dan Proyeksinya
| Kamis, 25 September 2025 | 18:13 WIB

Saham-Saham Ritel Ambrol Kecuali RALS, Begini Kondisi dan Proyeksinya

Penurunan saham AMRT, ACES, dan MAPI terutama disebabkan lemahnya daya beli yang terlihat dari data penjualan eceran riil yang tumbuh tipis.

INA dan EDC Kanada Jalin Kemitraan Strategis Senilai US$ 600 Juta (Rp 10 Triliun)
| Kamis, 25 September 2025 | 17:03 WIB

INA dan EDC Kanada Jalin Kemitraan Strategis Senilai US$ 600 Juta (Rp 10 Triliun)

Indonesia Investment Authority (INA) dan Export Development Canada (EDC) jajaki solusi pembiayaan di sektor-sektor prioritas senilai US$ 600 juta.

PPN DTP Dilanjutkan Sampai 2026, Saham Properti Layak Dicermati
| Kamis, 25 September 2025 | 16:29 WIB

PPN DTP Dilanjutkan Sampai 2026, Saham Properti Layak Dicermati

Direktur PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Harun Hajadi menyampaikan insentif ini memang harus dilanjutkan di tengah kondisi pasar yang melemah.

Harga Emas Masih Perkasa Saham Emiten Produsen Emas Kian Memesona, Ini Pilihannya
| Kamis, 25 September 2025 | 11:24 WIB

Harga Emas Masih Perkasa Saham Emiten Produsen Emas Kian Memesona, Ini Pilihannya

Harga emas berpotensi menuju target di US$ 4.000 per ons troi didukung oleh sejumlah sentimen positif.

Kawasan Asia Tenggara Kini Menjadi Hidden Gem Bagi Rantai Pasok Global
| Kamis, 25 September 2025 | 11:17 WIB

Kawasan Asia Tenggara Kini Menjadi Hidden Gem Bagi Rantai Pasok Global

Dari enam kawasan yang dianggap memiliki peran penting bagi rantai pasok global saat ini, dua di antaranya ada di Asia Tenggara

Ada Transaksi Jumbo Rp 2,05 Triliun, Glencore Masuk Jadi Investor 7,19% Saham NCKL
| Kamis, 25 September 2025 | 10:56 WIB

Ada Transaksi Jumbo Rp 2,05 Triliun, Glencore Masuk Jadi Investor 7,19% Saham NCKL

Harga saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) kian menanjak seiring munculnya nama Glencore di jajaran pemegang saham.

Harga Saham BUMI dan DEWA Terbang Diterpa Kabar Penjualan Saham oleh CIC
| Kamis, 25 September 2025 | 10:21 WIB

Harga Saham BUMI dan DEWA Terbang Diterpa Kabar Penjualan Saham oleh CIC

Di balik kenaikan harga saham BUMI dan DEWA, muncul rumor adanya rencana penjualan saham salah satu pemegang saham BUMI kepada Grup Salim.

Produksi Minyak Naik Bikin Pergerakan Saham ENRG kian Menarik
| Kamis, 25 September 2025 | 10:00 WIB

Produksi Minyak Naik Bikin Pergerakan Saham ENRG kian Menarik

PT Energi Mega Persada Tbk (ENGR) melalui anak usahanya, PT EMP Energi Riau telah menyelesaikan pengeboran sumur minyak Kayuara-20 di Blok Kampar.

Korban Peretasan Akun Sekuritas dan Pembobolan RDN Makin Banyak Buka Suara
| Kamis, 25 September 2025 | 09:11 WIB

Korban Peretasan Akun Sekuritas dan Pembobolan RDN Makin Banyak Buka Suara

Sejauh ini Self-Regulatory Organization (SRO) pasar modal baru mengeluarkan himbauan dan surat edaran bersama.

INDEKS BERITA

Terpopuler