Berita Bisnis

Krisis Listrik Ancam Rantai Pasok China

Rabu, 29 September 2021 | 07:30 WIB
Krisis Listrik Ancam Rantai Pasok China

Reporter: Ferrika Sari | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Krisis energi listrik di China menjadi masalah baru bagi rantai pasokan global. Sebab pabrik-pabrik di China sebagai eksportir terbesar dunia dipaksa untuk menghemat energi dengan membatasi jumlah produksi.

Dilansir dari Bloomberg, Selasa (28/9), krisis listrik terjadi saat produsen dan distributor berlomba  memenuhi permintaan.  Mulai dari pakaian hingga mainan untuk musim belanja liburan akhir tahun.
 
Sialnya, jalur pasokan juga sudah terganggu oleh melonjaknya biaya bahan baku, penundaan perjalanan barang di pelabuhan, dan kekurangan kontainer barang.
 
Produsen sangat khawatir kebijakan ketat untuk memotong penggunaan listrik akan memangkas produksi di wilayah wilayah pusat ekonomi seperti provinsi Jiangsu, Zhejiang dan Guangdong. kawasan tersebut menyumbang hampir sepertiga produk domestik bruto (PDB) China. Akibatnya kemungkinan mereka akan menaikan harga jual. 
 
Pemerintah daerah memerintahkan pemadaman listrik karena mereka berupaya mengejar target pengurangan emisi karbon. Sementara beberapa perusahaan telah menghadapi krisis listrik sebenarnya.
 
Clark Feng dari perusahaan furnitur, Vita Leisure Co. mengatakan, pembatasan listrik di provinsi timur Zhejiang, telah memberikan pukulan terhadap bisnis lain. Produsen kain, misalnya menghentikan produksi dan mulai menaikkan harga serta menunda menerima pesanan baru dari luar negeri. 
 
"Kami sudah kesulitan mengirim barang ke luar negeri, dan sekarang dengan pembatasan kapasitas produksi, itu pasti akan menjadi kekacauan besar,” kata Feng. 
 
Yiwu Huading Nylon Co. Ltd., produsen nilon kain sintetis di Zhejiang, menangguhkan setengah dari kapasitas produksinya sejak 25 September sebagai tanggapan atas kebijkan pemerintah daerah  memangkas konsumsi listrik. Yiwu berharap, produksi bisa dilanjutkan mulai 1 Oktober. 
 
Masalah listrik datang setelah gangguan aliran barang terjadi di pelabuhan baru-baru ini. Salah satunya pelabuhan Ningbo, tidak beroperasi selama berminggu-minggu akibat wabah Covid-19. 
 
Sementara pelabuhan Yantian di Shenzhen ditutup sejak Mei. “Pasar global akan merasakan kekurangan pasokan tekstil, mainan hingga suku cadang mesin,” kata Lu Ting, Kepala Ekonom China di Nomura Holdings Inc.    

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru